inilahbali.com, Buleleng: Masih ingat kejayaan jeruk keprok khas Desa Tejakula? Jeruk yang pernah berjaya di era 1970 hingga 1980 an ini tidak hanya disuka warga lokal Bali tapi juga tingkat nasional bahkan juga menembus pasar mancanegara. Namun lantaran terserang hama CVPD (Citrus Vean Phloem Degeneration) jeruk ini pun terpuruk bahkan lenyap seperti ditelan bumi. Nah setelah beberapa dekade menghilang, belakangan muncul tanda-tanda akan munculnya kembali kejayaan jeruk keprok yang dikenal manis itu.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan wakilnya Ketut Sudikerta, seusai dilantik, serangkaian menghadiri acara simakrama di Buleleng tepatnya di desa Sanggalangit juga menyempatkan diri melakukan panen perdana jeruk keprok Tejakula di desa tersebut, Minggu (1/9). Panen perdana ini diharapkan menjadi awal kebangkitan jeruk keprok yang pernah berjaya di Tejakula.
Belakangan, jeruk keprok Tejakula mulai dikembangkan di sejumlah sentra produksi antara lain Badung, Karangasem, dan Buleleng. Khusus untuk Buleleng, pengembangan Jeruk Keprok dilakukan di dua kecamatan yaitu Busungbiu dan Gerokgak. Jeruk keprok yang panen perdana di Desa Sanggalangit merupakan bantuan 2000 benih dari Pemprov Bali pada tahun 2009. Bantuan benih ini merupakan program perluasan areal jeruk keprok di Buleleng. Pada kunkernya kali ini, Gubernur kembali menyerahkan bantuan 20 ribu benih Jeruk Keprok Tejakula untuk kawasan Busungbiu dan Gerokgak.
Setelah melakukan panen perdana, Gubernur menilai bahwa masih banyak hal yang harus disempurnakan dalam pengembangan jeruk keprok Tejakula. “Seperti yang kita lihat, kualitasnya masih perlu ditingkatkan,” imbuhnya. Gubernur menilai, jeruk yang dihasilkan masih kurang menarik dari segi tampilan, rasanya belum manis dan kurang berair. Untuk peningkatan kualitas jeruk keprok Tejakula ini, Gubernur menilai perlu dilakukan penelitian lebih lanjut oleh ahli di bidangnya. Dengan sentuhan para ahli, dia berharap jeruk yang dihasilkan lebih kuning, besar dan manis rasanya.
“Kita juga akan melakukan program pipanisasi untuk mengatasi masalah air yang mengakibatkan tekstur buah jeruk masih kurang berair,” imbuhnya. Ke depannya, Gubernur berharap pengembangan jeruk keprok ini mampu mendorong peningkatan perekonomian masyarakat setempat. Lebih daripada itu, jeruk keprok ini bisa menjadi tuan rumah di daerah sendiri dan mampu bersaing dengan buah impor.
Peluang pengembangan jeruk keprok Tejakula di Sanggalangit memang cukup menjanjikan. Hal itu diakui oleh Luh Sumastring, wanita petani yang mulai merintis kebun jeruk keprok Tejakula sejak enam tahun lalu. Dengan mengembangkan 200 benih jeruk keprok, pendapatan yang diraih sebesar Rp45 juta tiap kali panen. Pendapatan ini menurutnya jauh lebih besar dibandingkan dengan menanam padi atau palawija yang sebelumnya dia geluti. Lagipula, keterbatasan air menjadi kendala dalam pengembangan padi di wilayah tersebut. Ke depannya, dia berharap jeruk keprok Tejakula bisa kembali berjaya sehinggakesejahterasan petani terangkat.
Sesuai data statistik, populasi tanaman jeruk saat ini mencapai 5.249.853 pohon yang terdiri dari jeruk keprok dan siem. Dari total populasi tersebut, 566.721 pohon merupakan jenis jeruk keprok Tejakula yang dikembangkan di wilayah Buleleng. (ana)