inilahbali.com, Denpasar: Setelah dilakukan kajian terhadap keretakan tebing di pura Uluwatu, akhirnya Pemprov Bali melalui Dinas PU merekomendasikan penggunaan beton kedap air untuk solusi jangka pendek. Sedangkan untuk solusi jangka panjang masih perlu dilakukan penelitian lebih komprehensif dari berbagai aspek yang melibatkan pihak berkompeten seperti Badan Geologi Kementerian ESDM, Kementerian PU dan instansi terkait di Provinsi dan Kabupaten yang mewilayahi.
Demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta menjawab kekhawatiran yang disampaikan Ketua KMHDI Badung, I Ketut Bagus Arjana Wira Putra saat menemuinya, Senin (30/9).
Wagub Sudikerta menjelaskan, sesuai dengan instruksi langsung dari Gubernur Mangku Pastika, Dinas PU Bali telah turun dan melakukan kajian. Hasil kajian Dinas PU antara lain menjelaskan bahwa batuan selatan Bali yang meliputi Jimbaran, Pecatu dan Unggasan masuk formasi gamping (kapur). Sifat dari formasi ini mudah menyerap air dan banyak rekahan yang dipicu tumbuk lempeng.
Rekahan ini berpotensi melebar jika ada gempa atau getaran akibat gempuran ombak dan aktifitas berat di dekatnya. Selain itu, proses pelapukan juga bisa terjadi akibat masuknya air, mengingat sifat gamping yang mudah larut. Dinas PU menyimpulkan, longsornya gamping di bagian utara Tebing Uluwatu dipicu pelepasan air hujan dari pelataran pura yang mengarah ke pinggir dinding.
Untuk mencegah makin meluasnya keretakan tebing Pura Uluwatu tersebut, Dinas PU Bali merekomendasikan sejumlah solusi jangka pendek. Guna mencegah masuknya air ke dalam rekahan, bisa dilakukan penutupan dengan beton kedan air dan pemasangan paving kapur di pelataran pura. Sedangkan untuk mencegah meluasnya longsor di dinding tebing, buangan air hujan dari pelataran pura harus dialihkan ke arah depan dengan sistem drainase atau instalasi pipa.
Sesuai arahan Gubernur Mangku Pastika, rekomendasi jangka pendek tersebut akan segera ditindaklanjuti. “Jangan khawatir, ini jadi fokus perhatian kami,” pungkas Wagub Sudikerta. (ana)