inilahbali.com, Denpasar: Salah satu dampak tingginya urbanisasi di Kota Denpasar adalah makin menyempitnya lahan pertanian. Akibatnya produk-produk yang bisa langsung bisa dinikmati langsung pun dalam kehidupan sehari-hari pun juga terbatas.
Kondisi ini mendorong Pemkot Denpasar untuk menggelar gerakan ‘Urban Outing Farming’. Yakni upaya semaksimal mungkin dalam memanfaatkan lahan yang terbatas dengan menanam bahan pahan untuk konsumsi sendiri.
Melalui tema gerakan tersebut, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM Pemdes) bersama Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar menggelar outing class yang mencoba menyosialisasikan dan merekonstruksi pemikiran khusunya generasi muda agar dapat menciptakan ketahan pangan masyarakat khususnya bagi keluarga. Acara outing class dilaksanakan Sabtu (12/10) di Banjar Cengkilung dengan melibatkan siswa SMPN 12 dan SMAN 8 Denpasar.
Kepala BPM Pemdes Kota Denpasar, Made Mertajaya mengatakan acara outing class ini sebagai upaya Pemkot Denpasar dengan slogan “Generation vegetable gardening is fun” untuk mengajak generasi muda kota secara bersama-sama memiliki tanggung jawab terhadap dinamika kota khusunya dalam hal ketahanan pangan.
Menurut Mertajaya, kegiatan berkebun dalam lahan yang terbatas akan menjadi kegiatan yang menyenangkan, dan hasil akhirnya diharapkan masing-masing rumah keluarga akan menjadi agen perubahan dalam hal urban farming sesuai semangat Hijau Kotaku Rumahku.
Kondisi akan menjadi tantangan ke depan Pemerintah Kota Denpasar untuk meningatkan pengetahuan dan ketrampilan khusunya kepada para siswa sebagai agen perubahan untuk dapat memaksimalkan potensi lahan pekarangan yang memiliki fungsi seperti menghasilkan beraneka ragam bahan pangan, sumber daya yang dapat memberikan sumbangan ekonomi yang berarti bagi kehidupan rumah tangga, serta manfaat ekologis yang sangat dibutuhkan sebagai akibat perubahan cuaca dan iklim.
“Seperti PKK Banjar Cengkilung yang telah mampu melaksanakan urban farming di masing-masing rumah tangga dengan menanam tomat, terong, dan sayur-sayuran yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari,” ujar Mertajaya sembari mengatakan kegiatan ini juga serangkaian peringatan Hari Pangan se-Dunia yang akan dilaksakan di Desa Budaya Kertalangu pada Novermber mendatang.
Sebelum melakukan outing class, para siswa juga diberikan pemahaman terkait urban farming oleh IGAN Anggreni dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar. Berkebun, kata dia, merupakan kegiatan yang mengasyikkan, apalagi pelajaran berkebun dulunya sangat dimintai para siswa.
Namun kondisinya kini jauh berbeda. Keterbatasan lahan membuat kegiatan berkebun semakin sulit ditemukan. Melalui gerakan urban farming para siswa dapat menanam bahan pangan sendiri seperti sayur-sayuran sehingga nantinya dapat dikonsumsi sendiri.
Walaupuan dengan lahan terbatas, para siswa dapat melakukan cara-cara kreatif untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman pangan selama ada udara dan cahaya matahari, tanaman pasti dapat tumbuh.
“Saya berharap kegiatan urban farming ini dapat menjadi pembelajaran di sekolah dengan mengguankan bahan bekas seperti tong sampah bekas dan bahan lainnya yang dimanfaatkan untuk menanam tanaman pangan,” ujar Anggreni. (der)