inilahbali.com, DENPASAR – Hari suci ‘Tumpek Landep’ khususnya di Bali selama ini identik dengan menyembahyangi perkakas atau benda-benda tajam, lazimnya senjata dan sejenisnya. Bahkan juga merambah pada kendaraan, maka tak heran kalau di jalanan baik sepeda motor maupun mobil terutama milik orang Hindu akan terlihat bergelantungan atribut persembahyangan misalnya gantungan, atau juga tamiang.
Bagi Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Tumpek Landep tidaklah hanya menjadi perayaan bagi benda-benda tajam, namun hendaknya dimaknai sebagai momentum yang relevan untuk menajamkan pikiran, hati nurani serta kualitas spiritual agar benar-benar mampu melaksanakan tugas mengemban swadarma bagi seorang pemimpin.
“Menurut pendapat saya, Tumpek Landep tidak seperti jaman dahulu di jaman agraris dimana orang-orang mempertajam arit, cangkul ataupun keris yang digunakan untuk berperang. Namun saat ini yang perlu kita pertajam adalah pikiran dan hati nurani kita agar nurani dan otak kita tetap landep,” ujar Pastika ketika memberikan dharma wacana sekaligus melaksanakan pujawali serangkaian Piodalan Pura Penataran Agung Kerta Sabha yang jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Landep atau yang lebih dikenal sebagai hari Tumpek Landep, Sabtu (18/10).
Untuk itu, Gubernur Pastika berharap momen piodalan dan Tumpek Landep ini dimanfaatkan khususnya bagi seorang pemimpin untuk meneguhkan komitmen dalam melaksanakan swadharma sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas dengan baik.
Menurutnya, ini hal yang paling penting bagi pemimpin. Karena pemimpin memberi arah kepada anak buah. Menajamkan emosi serta kualitas spiritual kita sehingga benar-benar dapat merespon segala permasalahan yang ada
Pastika juga menerangkan tentang filosofi yang mengandaikan seorang pemimpin laksana kartika (bintang), yang harus dapat memberi arah, harus bulat seperti bulan bisa memberi cahaya penerangan, harus laksana samudra bisa menampung semua masalah, harus sebagai pertiwi dan bumi memberi kesejahtraan tempat tinggal dan memberi makan, harus seperti bayu sebagai angin yang dapat masuk ke relung-relung kehidupan, harus bertenaga, kuat fisiknya, serta menjadi agni harus bisa menentukan ini benar ini salah, tidak peduli siapapun.
Upacara piodalan yang kali ini dipuput oleh Ida Peranda Istri Mayun dari Griya Tegal Denpasar diawali dengan mendak keris oleh Gubernur Pastika, Ny. Ayu Pastika dan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta, dari tempat penyimpanannya di Jaya Sabha untuk distanakan di Pura Penataran Agung Kerta Sabha.
Acara dilanjutkan dengan tari rejang dan tari topeng. Usai prosesi mecaru, Gubernur dan Ny. Pastika serta jajaran SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali melakukan persembahyangan bersama. (ana)