inilahbali.com, Buleleng – Pupuk organik produk dari program sistem pertanian terintegrasi (simantri) ternyata terbukti mampu mengatasi serangan jamur akar putih tanaman cengkeh yang banyak terjadi di perkebunan wilayah Busungbiu Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Bali.
Dari ujicoba yang dilakukan membuktikan, tanaman cengkeh yang terserang jamur akar putih secara terus-menerus diberikan pupuk organik Simantriselama tiga bulan, hasilnya sekitar 20 persen jamur putih akar itu berkurang.
“Untuk satu pohon cengkeh memerlukan 40kg pupuk organik, hasilnya dalam waktu tiga bulan jamur akar putih berkurang 20persen,” ujar Ketut Bagiasa, petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman Dinas Perkebunan Provinsi Bali, yang sekaligus tenaga pendamping program Simantri, di Busungbiu, Selasa (14/1) saat menerima rombongan Gubernur Bali Mangku Pastika.
Bagiasa menjelaskan, pihaknya telah melakukan demplot untuk mencoba pupuk ini di tiga lokasi, di Desa Unggahan, Desa Kedis dan Desa Gobleg masing-masing seluas 1 hektare.
Dengan keberhasilan ujicoba ini, ke depan diharapkan bisa diperluas lagi jangkauannya sehingga mampu mengatasi lebih banyak lagi hama jenis ini.
Sukses Simantri
Gubernur Pastika yang mengunjung dua unit Simantri di Kecamatan Busungbiu, yaitu Simantri 002 di Desa Telaga, dan Simantri 018 di Desa Subuk, menilai secara umum pengelolaan simantri sudah berjalan dengan baik. Namun khusus simantri di 018 biogasnya harus dimanfaatkan dengan baik, terutama bagi pengembangan usaha bagi istri para petani.
Menurutnya perlu dibuatkan kelompok Wanita Tani (KWT) sehingga hasil Simantri dapat lebih maksimal. “Gas elpiji kan sekarang lagi mahal, harusnya biogas ini betul-betul dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah bagi perekonomian petani,” ujarnya.
Gubernur juga berharap agar para anggota Simantri membuka usaha warung lele dari hasil budi daya Simantri yang bahan bakar gas pengolahannya diambil dari hasil biogas Simantri.
Seperti diketahui, Simantri ini berdiri sejak tahun 2010 yang dikelola oleh Gapoktan Batur Sari Jagadhita dengan ketuanya Ketut Sridana. Saat ini telah menghasilkan bio urine, pupuk organik, 24 ekor anak sapi dan budidaya peternakan lele.
“Ke depan perlu tambahan bibit sapi dan Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO) agar produksi pupuk organik semakin meningkat,” ujar Sridana.
Sementara di Simantri 002 yang dibentuk tahun 2009 dengan 2 unit APPO telah menghasilkan 470 ton pupuk organik pada 2013. Dengan produksi yang cukup banyak ini, pihaknya mampu mempekerjakan 10 orang dari rumah tangga miskin (RTM) dengan rata-rata penghasilan Rp50 ribu per orang setiap harinya.
“Sebagian produksnya telah dipasarkan sampai ke Kabupaten Bangli dan sebagian untuk keperluan di sekitar untuk konsumsi di Kecamatan Busungbiu,” ujar Gede Kariana Ketua Gapoktan Simantri 002 ini. (ana)