inilahbali.com, DENPASAR – Ungkapan “Meskipun langit runtuh, Desa Pakraman harus tetap ada” yang pernah dilontarkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika beberapa tahun lalu, belakangan bergema kembali. Setidaknya, lontaran itu muncul pada acara pembahasan Undang Undang No 6/2014 tentang Desa bersama bupati/walikota se-Bali, dan terakhir pada Paruman Agung III Majelis Utama Desa Pakraman Bali, di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Renon Denpasar,Jumat (8/8).
“Saya dulu pernah berkata meskipun langit runtuh, desa pakraman harus tetap ada, saya harap ini dibahas di Paruman Agung ini. Kita tidak cukup hanya dengan slogan, saya harapkan MUDP tetap menjaga sinkronisasi dan mengambil langkah supaya tetap survive”, tandas Pastika pada acara Paruman Agung III MUDP Bali.
Menurut Pastika yang turut membidani terbentuknya majelis desa pakraman (Desa Adat) di Bali ini, MUDP hendaknya melakukan inventarisasi masalah di desa pakraman dan terhadap permasalahan yang muncul agar ditangani melalui mediasi dengan mengedepankan musyawarah mufakat sehingga menguntungkan semua pihak.
Di sisi lain peningkatan kualitas individu prajuru desa pakraman juga akan mampu meningkatkan kualitas kelembagaan. Pastika juga menghimbau sesuatu akan bisa bertahan jika bisa disesuaikan dengan situasi, sedangkan kalau kaku maka dia akan musnah.
“Layaknya dinausaurus yang besar dan kuat kenapa dia bisa musnah, karena dia tidak bisa melihat situasi yang ada, dia tidak bisa mengecilkan tubuhnya sehingga makanannya habis dan dia akan punah. Itu suatu contoh, sehingga saya harapkan dari Paruman Agung ini dan saya yakin semua yang hadir sudah memiliki pemahaman yang lebih tinggi karena terkadang jika kita sudah berada pada zona nyaman, kita akan terbuai dengan situasi tersebut”, ujarnya.
Pastika menambahkan, orang yang berada pada zona nyaman adalah anti resistance terhadap perubahan. Ibarat kodok di air di dalam periuk, yang di bawahnya ada tungku menyala, yang awalnya rasa hangat membuat tumbuhnya merasa nyaman. Namun dia tidak menyadari di bawah periuk ada api tungku yang akan memhayakannya.
“Jika tidak segera disadari, maka dalam waktu singkat dia akan jadi ‘kodok rebus’. Saya tak ingin masyarakat Bali sampai menjadi kodok rebus,” ujar Pastika.
Selain itu, Pastika menyatakan Pemerintah Provinsi Bali selalu berkomitmen untuk menjaga adat dan budaya Bali yang sebagai pilar utama serta penyangga pembangunan daerah secara menyeluruh. Untuk itu diharapkan masyarakat harus mensinkronisasi antara adat, agama dan budaya.
Terkait peningkatan sumbangan untuk desa pakraman yang mulai tahun 2015 akan diberikan sebesar Rp 200 juta, Pastika berharap dengan peningkatan bantuan tersebut, agar sesuai potensi dan kondisi desa pakraman untuk mewujudkan ketentraman budaya Bali dan tentunya peningkatan kesejahteraan krama desa pakraman.
Paruman Agung III MUDP Provinsi Bali kali ini mengambil tema “Menuju Bali Shanti dengan Menjaga Kehormatan Desa Pakraman”.
Desa Pakraman atau Desa Adat di Bali sendiri sudah tertata sejak 10 abad lalu yakni pada abad XI oleh Epu Kuturan. Dalam rentang waktu itu, Desa Pakraman sudah terbukti teruji tetap mampu bertahan dengan mempertahankan jati diri adat dan budaya Bali yang dijiwai agama Hindu, meski perubahan demi perubahan yang dinamis menerpa silih berganti.
Semua itu berkat kelenturan yang dimiliki Desa Pakraman dalam beradaptasi dan mengadopsi dinamika perubahan dari zaman ke zaman baik internal maupun eksternal. (ana)
One Comment on "“Meskipun Langit Runtuh, Desa Pakraman Harus Tetap Ada”"
kita sebagai orang Bali harus siap menerima bali sebagai pusat agama dan spiritual dunia . semua agama ada di bali dari agama hindhu, islam, kristen, katolik, budha, kong hu chu mungkin juga ada baaia…dari spiritual hare krisnha, sri satya sai baba, brahma kumaris, tao (laoze), radha soami, maruti sutha, reiki, kanda pat ( bhuta,sari,dewa ), yoga kundalini, sapta cakra, wariga winasa sari, sari murni, dan banyak lagi aliran spiritual alternatif lainnya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu. mari kita jaga bali secara menyeluruh baik keamanan, ketertiban, baik budaya dan adat istiadat yang perlu kita lestarikan, tinggalkan kebiasaan yang kurang baik. biar kita tidak dihanggap jongos. masyarakat dunia mempercayai bali sebagai pulau yang aman, nyaman,damai,sorga dunia ( mokshartam jagathita), meskipun bali secara menyeluruh belum bisa dikatakan sejahtra, tapi kita harus tetap berbangga sebagai orang bali yang tetap melestarikan adat dan budaya bali walaupun dalam konteks yang menyesuaikan situasi dan keadaan seperti legendaris kung fu bruce lee pernah bilang ambilah sifat air apabila air dipukul secara keras tangan akan kesakitan apabila tangan dimasukan kedalam air secara lembut tangan terasa dingin dan sejuk begitulah seharusnya kita sebagai orang bali. kelestarian adat dan budaya bali rohnya ada di DESA ADAT PEKRAMAN maka desa adat pekraman merupakan kunci keberadaan dan kelanggengan adat dan budaya bali didukung oleh LSM yang ada sebagai pendukung keamanan dan ketertiban secara menyeluruh. mari kita saling berangkulan dan bergandeng tangan menjaga bali. banyak warga negara asing menganggap bali sebagai negaranya yan II. HIDUP DESA ADAT PEKRAMAN BALI. OM ANO BADRAH KRATAWO YANTU WISWATAH.