Peringatan 12 Tahun Bom Bali Diisi Pembacaan Puisi

Written by on October 12, 2014 in Kabar Bali - No comments
Gubernur Made Mangku Pastika berdoa sebelum tabur bunga di Ground Zero pada peringatan 12 tahun bom Bali I, Minggu (12/10) 2014.

Gubernur Made Mangku Pastika berdoa sebelum tabur bunga di Ground Zero pada peringatan 12 tahun bom Bali I, Minggu (12/10) 2014.

inilahbali.com, KUTA – Peringatan 12 tahun tragedi Bom Bali I, Minggu, 12 Oktober 2014 di Ground Zero Legian Kuta Bali salah satunya diisi dengan pembacaan puisi oleh Ni Kadek Winapawani,17, siswi kelas II SMK TI Global Denpasar, yang merupakan putri kedua dari I Ketut Sumarawat, korban meninggal pada saat ledakan bom Bali I.

Di tengah acara seremonial yang diwarnai sedikit haru, inilah sekelumit puisi yang dibawakan Winapawani.

‘Kenangan yang pedih
yang membuat dunia
hanya memberi warna hitam
dalam hidupku
pedih yang membuat tangisan
tak sanggup mengeluarkan air mata lagi
kupikir kenangan ini
akan menyelimuti seumur hidupku
tapi saat ku bertemu
dengan mereka semua
yang memiliki kenangan yang sama denganku…
mereka dapat mengganti tangisku dengan tawa
mereka memberi kasih sayang dan cinta
yang dulu kupikir takkan kudapatkan lagi…’

Bagi Winapawani, kenangan pedih di awal-awal peristiwa itu sulit dilupakan, namun dengan adanya kebersamaan dengan mereka yang punya pengalaman yang sama telah membuatnya kembali bisa menjalani hidup seperti biasa.

“Bersama mereka, saya dapatkan kembali warna dalam hidup. Mereka dapat mengganti tangisan dengan tawa,” ujar Wina, putri kedua dari tiga bersaudara ini.

Saat kejadian bom Bali I, Wina masih berusia lima tahun. Saat itu hidupnya dirasakan begitu pedih. Namun seiring perjalanan waktu, dia pun bersyukur karena biaya pendidikannya mendapat tanggungan dari yayasan hingga kini. Begitu juga dua saudaranya, kakaknya yang tengah kuliah di LP3I dan adiknya di SMP juga mendapatkan tanggung biaya pendidikan. Ibunya, Ni Nyoman Rencini saat ini bekerja di bidang usaha kerajinan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Ketua Yayasan Isana Dewata, Ni Luh Erniati mengatakan di yayasan yang dipimpinnya ada terhimpun 43 KK keluarga korban bom Bali I, yang di dalamnya juga ada seratusan anak. Dari jumlah itu,baru sebagian anak yang mendapatkan tanggunagn biaya pendidikan dari Yayasan Kebangsaan Ibu Pertiwi, sedangkan yang belum sedang akan diperjuangkan.

Ditanya soal peristiwa bom Bali, Erni masih mengaku agak berat bisa memaafkan pelakunya kehilangan suami tercintanya, Gede Badrawan.
“Saya masih agak berat memaafkan, walau sudah bisa menerima sebagai suatu kenyataan,” kata Erniati.

Bagi ibu dua anak ini, pada saat-saat tertentu perasaannya masih sulit dikuasai dan dikendalikan apalagi memasuki bulan Oktober seperti saat ini. Bahkan teman-temannya sesama keluarga korban yang tergabung dalam Yayasan Isana Dewata masih ada yang trauma melihat asap maupun keramaian. Untuk itu sesama temannya masih sering mengikuti bimbingan dari seorang psikiater.

“Untuk penyembuhan rasa trauma kami masih sering dibimbing dokter Nyoman Nyandra,” papar Erniati yang kini menggeluti pekerjaan menjahit bersama sejumlah temannya.

Sementara itu Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengajak keluarga para korban untuk bisa memaafkan pelaku peristiwa bom Bali itu meski sulit untuk dilupakan. “Hidup terus bergerak. Untuk dapat melanjutkan hidup yang lebih baik, mari berusaha memaafkan, meski tak mungkin melupakan,” ujar Pastika.

Mantan Ketua Tim Investigasi Bom Bali I ini juga berharap perbedaan pendapat atau ideologi jangan dijadikan alasan pembenar untuk melakukan kekerasan terhadap sesama. “Sekecil apapun bentuk kekerasan hanya akan menimbulkan penderitaan,” ujarnya.

Bagi mantan Kapolda Bali ini, kita semua adalah bersaudara, apapun warna kulit, agama dan profesi. Jika semua sepakat dengan semangat damai, maka diyakiini aksi-aksi terorisme tidak akan sampai terjadi.
“Mari kita gunakan semangat damai dan toleransi untuk melawan aksi kekerasan semacam itu,” pesannya.

Peringatan bom Bali ini, menurut  Pastika adalah untuk mengenang peristiwanya tapi  bukan untuk membangkitkan amarah maupun  dendam.

Pada acara itu juga dilakukan tabur bunga yang didahului doa.  Selain oleh  Gubernur Pastika juga oleh Wakil Bupati Badung Made Sudiana, Konjen Australia, Majell Maree Hind, dan juga Haji Bambang.

Seperti diketahui dalam tragedi bom Bali 12 Oktober 2002 menewaskan 202 orang dari berbagai negara dan 209 orang luka-luka. (ana)

Leave a Comment