Ibu PKK Denpasar Dilatih Membuat “Banten”

Written by on September 26, 2013 in Ragam - No comments

Pelatihan Banteninilahbali.com, Denpasar: Bagi umat Hindu khususnya di Bali, ‘banten’ merupakan sarana utama yang menyertai setiap kegiatan keagamaan maupun setiap upacara (yadnya). Banten banyak mengandung makna dan filosofi yang dalam sehingga banten disakralkan dan diupayakan kelestariannya.

Demikian dikatakan Sukerti, salah seorang pakar banten dari Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar saat memberikan pelatihan membuat canang sari dan kewangen kepada kaum ibu PKK di lingkungan Banjar Tulangampiang Denpasar Utara, Minggu (22/9). Hadir pada acara itu Ketua WHDI Kecamatan Denpasar Utara, Nyonya Made Lodra, Kelian adat Br. Tulangampiang, Nasib Arnawa dan parajuru banjar setempat.

Menurut Nyonya Made Lodra, tujuan pelatihan ini adalah dalam rangka untuk membentuk keder-kader banten atau tukang banten di wilayah Kecamatan Denpasar Utara.

“Saat ini yang mengerti tentang bebantenan kebanyakan dari kalangan pengelingsir atau orang tua. Sedangkan generasi muda banyak yang kurang paham apalagi menyangkut makna dan arti banten itu sendiri,” paparnya.

Dengan adanya program pelatihan membuat banten ini nantinya diharapkan peserta yang telah mengikuti pelatihan dapat menularkan kemampuannya kepada keluarga di lingkungan tempat tinggal atau masyarakat lainnya.

Sukerti mengatakan, saat ini banyak masyarakat dalam membuat banten lebih berdasarkan pada rasa saja dan kurang memperhatikan sisi aturan yang bersumber pada sastra. Akibatnya terkesan banten asal buat dan bahkan terkesan ngabehin alias berlebihan yang sebenarnya tak perlu menjadi ada yang pada gilirannya banyak pengeluaran biaya karena tidak efektif.

Pada dasarnya banten itu adalah lambang dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, manusia, dan alam itu sendiri. Oleh karena itu, lanjut Sukerti, banten menjadi alat bantu atau sarana bagi umat Hindu dalam mewujudkan keinginan, bhakti dan cinta kasihnya kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Dalam pelatihan itu Sukerti mencontohkan bagaimana cara membuat banten seperti canang sari dan kewangen. Dalam pembuatannya tidak hanya memperhatikan keindahan namun penataan warna harus sesuai dengan pengider-ider.

“Selama ini masyarakat hanya memperhatikan keindahan canang semata namun tidak seuai dengan pengider-ider atau Ista Dewata terutama dalam menata bunga pada canang sari,” pungkas pakar banten ini. (der)

Leave a Comment