inilahbali.com, Denpasar: Sepanjang bulan September 2013, di Bali ada dua gelaran ‘Miss’. Selain kontes Miss World, ada juga gelaran Miss Internet. Kedua event eksklusif ini sama-sama pertama kali dilangsungkan di Bali. Bahkan Miss Internet ini juga pertama kali di Indonesia. Dari rangkaian proses seleksi yang sudah berlangsung, kini sudah terpilih 20 perempuan melek internet sebagai finalis. Lewat event rintisan ini, Bali nantinya akan mendapatkan duta internet yang akan membantu kampanye pemanfaatan internet yang produktif.
“Indonesia akan memiliki duta internet yang menargetkan kelompok muda untuk lebih melek internet, dan itu dari Bali,” kata Wahid Juniarto, Ketua Panitia Miss Internet 2013, di Denpasar. Pria ini mengatakan inisiatif dari Bali ini sangat diapresiasi dan didukung oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pusat dan daerah.
Miss Internet terpilih akan mengemban sejumlah misi selama bertugas yang didukung sepenuhnya oleh APJII. Di antaranya menjadi peserta sejumlah pertemuan berkaitan dnegan teknologi dan informasi, menyosialisasikan kebijakan internet yang sehat, dan lainnya.
Menurut Wahid, Bali mencari satu icon mewakili kecerdasan dan kecantikan yang mewakili Internet di Bali. “Miss internet terpilih akan menggali sisi positif dari internet, sehingga kekhawatiran orang tua saat anaknya mengonsumsi internet lebih ringan,” jelasnya.
Selain itu mengarahkan masyarakat untuk memproduksi tidak hanya mengonsumsi. Sebanyak 20 finalis yang akan di karantina. Yang akan dilatih pada saat karantina antara lain public speaking, internet sehat, talent mapping, filed trip dan lainnya dari sejumlah pakar.
Saat Grand Final pada 14 September ini, akan dipilih 3 terbaik yang akan mendapat dukungan dana, fasilitas, dan kontrak kerja. Arnold Makasau, stering comitte Miss Internet mengatakan pada tahun depan event ini akan lebih luas jangkauannya karena melibatkan perempuan dari seluruh Indonesia tak hanya domisili Bali seperti saat ini. “Kami mengajak pihak lain ikut bekerja sama tahun depan. Namun host-nya tetap di Bali. Dari Bali untuk Indonesia,” ujar Arnold.
Para finalis dan sejumlah peserta lainnya akan juga berkesempatan mengikuti konferensi tata kelola internet atau Internet Governance Forum (IGF) pada Oktober nanti di Bali. Forum tata kelola internet ini menjadi forum bersama masyarakat sipil dan pemerintah untuk kebijakan internet di masa depan.

Untuk di Bali, menurut survey APJII 2012, jumlah pengguna internet 1,4 juta atau 34% dari hampir 4 juta penduduknya.
Menurut Zulfadly Syam, Ketua APJII Bali, pengguna internet tertinggi di Bali adalah mereka yang berpenghasilan Rp 2-3 juta per bulan. APJII Bali menargetkan penetrasi internet di Bali akan mencapai 60%.
Konferensi Tata Kelola Internet di Bali
Sapto Anggoro, Sekjen APJII pusat pada jumpa pers mengatakan inisiatif Bali dalam menyelenggarakan event perdana ini mendapat dukungan penuh karena menjadi terobosan untuk menjembatani penyedia jasa internet dan penggunanya.
“Usulan ini muncul saat Rakernas APJII dan sangat diapresiasi karena bisa mengurangi gap antara hal teknis istilah internet,” kata Sapto. Ia mengatakan para finalis juga akan dilibatkan langsung dalam event mengenai internet. Salah satunya event internasional Internet Governance Forum (IGF) yang akan dihelat pada Oktober di Bali. Sapto menyebut event ini akan diikuti sekitar 2000 orang yang mendiskusikan banyak hal terkait tata kelola internet.
“Pengguna internet di Indonesia saat ini sekitar 63 juta. Pada 2015 akan digenjot sampai setengah dari penduduk Indonesia sekitar 120 juta orang,” kata Sapto. Peluang inilah yang menurutnya harus diisi dengan kampanye pemanfaatan internet yang lebih produktif.
Menurut id-igf.or.id, laju penetrasi Internet di Indonesia masih sangat rendah disebabkan oleh berbagai hambatan. Di antaranya belum terbangunnya infrastruktur telekomunikasi pendukung yang memadai utamanya untuk wilayah timur Indonesia; Masih mahalnya biaya pemakaian Internet karena masih tingginya biaya interkoneksi internasional sampai dengan interkoneksi lokal (last mile); Masih kecilnya bandwith saluran Internet di Indonesia; Masih kecilnya penetrasi komputer di Indonesia.
Hasil kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi Dunia mengenai Masyarakat Informasi (World Summit on the Information Society – WSIS) tahun 2003 dan 2005, diharapkan seluruh negara di dunia menindak lanjuti Rencana Aksi (Action Plan) pembangunan dunia menuju masyarakat informasi yang menitik beratkan kepada kesejahteraan manusia dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Rencana aksi tersebut menyatakan di antaranya pada tahun 2015 diharapkan minimal separuh penduduk dunia harus sudah bisa mengakses informasi dengan menggunakan fasilitas TIK. Kunci utamanya adalah terletak pada kesiapan infrastruktur TIK yang dipergunakan untuk mengakses informasi yaitu fasilitas akses informasi yang didukung oleh teknologi Internet.
Dalam pertemuan Forum Pengelolaan Internet (Internet Governance Forum – IGF), sejumlah pihak yang terkait adalah Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Kementerian Kominfo, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Parekraf, Kementerian Perdagangan, Dewan TIK Nasional, ICT Watch, PANDI, Asosiasi Penyelenggara Internet Teleponi (APITI), Air Putih, Federasi Teknologi Informasi Indonesia, Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (APTIKOM), dan lain-lain. (ana)