Monthly Archives: December 2013

Inilah Pilihan Gubernur Bali Hadapi ‘Buah Simalakama’

Gubernur Bali Made Mangku Pastika. (foto: inilahbali.com)

Gubernur Bali Made Mangku Pastika. (foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, DENPASAR  – Mungkin sudah tak asing lagi dengan ungkapan yang sering kita dengar: “Ibarat buah simalakama, dimakan ayah mati, tidak dimakan ibu mati”. Nah lho, bingung menjawabnya?

Ini sedikit mundur ke belakang, barangkali tak ada salahnya merenungkan atau sekaligus mencerna pandangan yang disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika terhadap pilihan dilematis tersebut. Pendapat orang nomor satu di jajaran Pemprov Bali ini disampaikan beberapa pekan sebelum sampai pada penghujung tahun 2013 di press room Pemprov Bali di Renon Denpasar.

Ketika itu Gubernur Pastika mengajukan pertanyaan ke sejumlah awak media yang hadir pada suatu acara ngobrol ringan di press room. Dia pun melemparkan pertanyaan terkait dilematis buah simalakama tersebut. “Ayo, siapa yang bisa jawab dan tolong jelaskan argumentasinya,” ujar mantan Kapolda Bali ini.

Ditanya demikian, para wartawan pun tampak bingung member jawaban. Namun salah seorang diantaranya nyeletuk sekenanya,”Saya pilih memakannya (berarti bapak meninggal), alasannya kalau ibu masih hidup kan bisa melahirkan lagi.”

Atas jawaban tersebut, Gubernur Pastika merasa belum puas terutama argumennya yang dianggap kurang tepat. Kalau pilihannya, memakan buah itu, Pastika sependapat. Adapun alasannya, menurut purnawirawan polisi jenderal bintang tiga ini terkait dengan kepemimpinan.

Seorang pemimpin, lanjut Pastika, sering dihadapkan pada pilihan-pilihan teramat sulit layaknya menghadapi buah simalakama tersebut. Sementara dari pilihan-pilihan yang dihadapi tersebut memang harus ada yang diputuskan untuk dipilih salah satunya, yang tentunya selalu ada konsekuensi risiko-risiko ikutannya.

Jadi kalau dikaitkan dengan konsep kepemimpinan, menurut Pastika, pilihan yang diambil haruslah mempertimbangkan yang lebih banyak positifnya. Dengan demikian, bila pilihannya tidak memakan saja (buah simalakama) ibu meninggal, maka lebih baik memakannya walau risikonya bapak yang meninggal. Dengan kata lain, kelebihannya adalah masih dapat makan, yang tentunya bisa untuk menjaga kelangsungan hidup.

“Jadi dalam memutuskan pilihan di antara pilihan-pilihan yang sulit itu harus lebih mempertimbangkan mana yang lebih banyak positifnya,” ujar Pastika. (ana)

‘Denpasar Festival’ ke-6 Ajang Gelaran Kreativitas

Ajang Denpasar Festival ke-6 mampu menyedot perhatian wisatawan asing. (foto: inilahbali.com)

Ajang Denpasar Festival ke-6 mampu menyedot perhatian wisatawan asing. (foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, Denpasar – Pemerintah Kota Denpasar terus berupaya menggali dan mengembangkan serta mengkreasi berbagai potensi yang dimilikinya. Mulai dari kuliner, tekstil, ekonomi kreatif, seni-seni tradisional bahkan juga teknologi informasi. Capaian-capaian puncak dari kreativitas pengembangan ini selanjutnya digelar dalam kemasan bertajuk “Denpasar Festival” pada setiap momen tutup tahun.

“Even Denpasar Festival tahun ini sudah yang keenam kalinya sejak digelar tahun 2008,” ujar Sekretaris Panitia Denpasar Festival, Made Saryawan, di sela-sela acara,Minggu (29/12).

Saryawan menjelaskan, pada Denpasar Festival ke-6 ini menyertakan 80 usaha kecil menengah bidang tekstil yang didominasi kain khas ‘Endek’. Selain itu juga dimeriahkan 100 UKM sektor kuliner. Stan-stan mereka gelar di sejumlah ruas jalan seperti sebagian ruas Jalan Gajah Mada, Jalan Veteran serta seputaran perempatan Patung Catur Muka, titik 0 kota Denpasar.

Dari berbagai produk hasil kreativitas masyarakat yang ditampilkan sudah terbukti mampu menembus pasar nasional bahkan internasional. Sebut saja salah satunya adalah sosis dan nugget berbahan daging lele produk UKM yang pernah tampilsebagai juara nasional. Bahkan produk UKM ini sudah memenuhi standar hotel bintang lima.

“Produk kami sudah dinilai memenuhi syarat dikonsumsi di hotel bintang lima,” ujar Made Sanjaya, Ketua Kelompok Pengolahan Ikan Mina Sari Nadi mengutip ucapan Presiden Asosiasi Chef Indonesia (ICA) Henry Alexie Bloem.

Di bidang kuliner, kata Saryawan, antara lain juga sudah dilangsungkan lebih awal menjelang puncak Denpasar Festival yakni Lomba Masakan Cita Rasa Khas Bali yang dikemas dalam even Balinese Rijztaffel Cooking Festival. Selain itu juga digelar sarasehan bertajuk ”Arsitektur Kreatif Berbasis Budaya Unggulan” untuk menguatkan visi dan misi Denpasar sebagai kota budaya.

Kegiatan lainnya yang mengawali rangkaian Denpasar Festivalke-6 ini juga lomba merangkai bunga dan membuat gebogan dengan memadukan produk lokal baik bunga maupun buah. Begitu juga kegiatan yang berkaitan dengan teknologi juga sudah digelar Denpasar Teknologi Informasi Teknologi Komunikasi (DTIK) Festival.

“Jadi pada pra puncak Denpasar Festival juga sudah digelar berbagai acara termasuk Pet’s dan Hortikultura Festival serta lomba wirausaha muda, ” jelas Saryawan.

Pengunjung Denpasar Festivalke-6 dimanjakan berbagai pilihan sajian kuliner. (foto: inilahbali.com).

Pengunjung Denpasar Festivalke-6 dimanjakan berbagai pilihan sajian kuliner. (foto: inilahbali.com).

Sementara Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra di sela-sela pembukaan Denpasar Festival berharap perhelatan yang menjadi agenda tahunan multi acara yang penuh kreativitas ini bisa menghasilakan nilai tambah terhadap perkembangan Kota Denpasar ke depan.

“Kami berharap ke depan kegiatan ini bisa menghasilkan value added yang lebih matang. Kreativitas berbasis keunggulan ini harus terus dikembangkan secara intelektual,” ujar Rai Mantra.

Rai Mantra juga berharap pada pesta rakyat yang digelar hingga 31 Desember mendatang ini dapat mempengaruhi sumber daya manusia yang selama ini dominan dilakoni oleh tenaga dari luar Bali terutama luar kota Denpasar, sehingga terjadi kebocoran ekonomi.

“Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kebocoran ekonomi yang terjadi di Kota Denpasar. Kalau tidak mau kebocoran ekonomi, kita harus bersama-sama paham dan mendukung produksi lokal yang kita gunakan,” harapnya.

Pelaksanaan Denpasar Festival yang awal dirintisnya diberi nama “Gajah Mada Town Festival’ pada 2008 ini selalu mengambil tema yang berbeda yang disesuaikan dengan kondisinya. Tahun ini mengangkat tema ”Creative in Motion”, sebuah tematik yang menggambarkan bahwa kreativitas di Denpasar tak hanya sebatas bergulir, namun juga mempunyai kapasitas untuk menggelorakan dan menerapkan kreasi sebagai solusi dalam kehidupan sehari-hari.

Ajang Denpasar Festival ini sekaligus menjadi momentum tutup tahun, melepas matahari 2013 dan menyongsong matahari 2014. (ana)

Nugget Lele

Inilah Sosis Lele ala Sanjaya Kualitas Hotel Bintang

Nugget Leleinilahbali.com, Denpasar: Kuliner yang satu ini tak bisa dipandang sebelah mata. Walau diproduksi pengusaha kecil (UKM), namun cita rasa maupun kualitasnya sudah mencapai level hotel berbintang.

Adalah I Made Sanjaya, chef yang sekaligus ketua Kelompok Pengolahan Ikan Mina Sari Nadi yang beralamat di Jalan Sesetan Gang Jepun Denpasar ini, telah mampu memroduksi aneka olahan kuliner berbahan daging ikan lele dan rumput laut. Seperti sosis, nugget, bakso, dan bahkan krupuk krispy yang gurih.

Sukses pengolahan tangan dingin Sanjaya ini pun menarik perhatian Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Denpasar, I Dewa Made Agung untuk melihat dari dekat proses pengolahannya. Mulai dari menyiapkan daging beku lele, penggilingan, penghalusan, hingga perebusan sampaipengemasan.

“Wow nikmat,” komentar I Dewa Made Agung saat mencicipi suguhan beberapa jenis olahan daging lele, Kamis (28/11) di rumah Sanjaya.

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Bukan basa basi, kuliner yang dihasilkan Sanjaya memang sudah terbukti mampu meraih prestasi sebagai juara 1 dalam Lomba Usaha Kecil Menengah (UKM) Pengolahan Terbaik tingkat Provinsi Bali pada 2013, dan setelah mewakili Bali,Sanjaya mampu bertengger di posisi juara harapan III nasional yang diselenggarakan Kementerian Kelautan dan Perikanan September 2013.

Tidak itu saja, pamor olahan Sanjaya ini makin berkibar ketika ikut berpameran di sebuah event di Nusa Dua baru-baru ini. Saat itu, produk kulinernya dipuji oleh presiden ICA (Asosiasi Chef Indonesia) Henry Alexie Bloem.

“Saat dicicipi, dia bilang olahan kami sudah sesuai lidah orang Eropa. bahkan beliau menawarkan untuk dipasok ke sejumlah hotel di Kuta dan Ubud,” ujar Sanjaya menirukan ucapan Bloem.

Kepiawaian Sanjaya dalam mengolah daging lele ini tak lepas dari pengalamannya selama 18 tahun bekerja di perusahaan pengolahan daging yang atasannya seorang bule chef terkenal. Dari sanalah, Sanjaya memeroleh ilmu pengolahan.

Modal Rp 250 Ribu

Sanjaya pun berkisah sampai dirinya memutuskan membuat usaha sendiri, yang dilatarbelakangi banyaknya limpahan produksi lele di kalangan pembudi daya di Sesetan, lingkungan tempat tinggalnya. Sampai akhirnya dia didesak untuk mencoba membuat olahan dari lele, yang akhirnya setelah dicoba beberapa kali menghasilkan menu yang menjanjikan.

“Saya memulai usaha sejak 2011 dengan modal Rp250 ribu, dengan targhet ingin mendapatkan penghasilan yang lebih dari sebelumnya sebagai karyawan, dan ternyata terbukti,” ujar Sanjaya. Tidak hanya penghasilan meningkat, tapi waktu kerjanya pun lebih fleksibel sehingga tidak sulit menyesuaikan dengan kegiatan-kegiatan adat.

Made SanjayaDalam pengembangan usahanya, kini Sanjaya tengah fokus mengurus izin dari BPOM, izin dari Dinas Kesehatan dan juga sertifikat halal, termasuk segera memulai pembangunan gedung sebagai syarat dari BPOM.

“Dengan memenuhi persyaratan tersebut, kami ingin menembus pasar ke hotel-hotel berbintang karena secara higienis maupun cita rasa sudah dikatakan terpenuhi,” harap Sanjaya. Selama ini, pemasarannya baru sebatas sejumlah restoran di Klungkung dan rumah makan di Denpasar.

Saat ini, dengan didukung empat karyawan, pihaknya mampu memproduksi rata-rata 300 kg lele atau rata-rata sekitar 500 kg sudah dalam bentuk produk olahan bakso dan nugget setelah dicampur tepung kentang.

Dari seekor lele, kata Sanjaya hanya kepala dan kotorannya yang terbuang. Dagingnya jadi sossis, semendata tulang dan kulitnya dia olah jadi krupuk krispy yang gurih. “Krupuk berbahan tulang dan kulit ini diyakini mampu mencegah pengapurah tulang,” ujar Sanjaya berpromosi.

Usaha Sanjaya ini sangat diapresiasi Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Denpasar, I Dewa Made Agung. Karena selain mampu menyerap tenaga kerja lokal juga sekaligus menjadi kebangkitan kuliner lokal dalam mendukung perkembangan pariwisata Bali khususnya wisata kulinernya. Apalagi sampai mampu merambah pasar ke hotel-hotel berbintang dinilai sebagai rintisan yang menggembirakan.

“Usaha kuliner ini sangat mendukung pariwisata Bali karena pariwisata tak bisa dipisahkan dari kuliner,” ujar I Dewa Made Agung. (ana)