Tutup 2013, Gubernur Pastika Baca Kata Mutiara

Written by on January 2, 2014 in Ragam - No comments
Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat membaca kata-kata mutiara. (foto: inilahbali.com)

Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat membaca kata-kata mutiara. (foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, DENPASAR – Di penghujung tahun 2013, Selasa (31/12) Gubernur Bali Made Mangku Pastika menggelar acara ramah tamah dengan pimpinan redaksi media massa dan jurnalis bertempat di press room Kantor Gubernur Bali. Di sela-sela acara yang penuh nuansa keakraban itu, mantan Kapolda Bali ini pun membaca puluhan kata mutiara yang ditulis tangan dalam sebuah buku tulis.

“Jika ingin menjadi orang besar, beradalah di lingkungan orang-orang kecil,” ujar Gubernur Pastika saat membaca satu per satu kata-kata mutiaranya. Saat itu Pastika didampingi Wakil Gubernur Ketut Sudikerta, Kepala Biro Humas, I Ketut Tenengdan staf lainnya.

Ada juga kata mutiara lainnya yang berbunyi, ”Bisikan orang besar jauh lebih dahsyat daripada teriakan orang kecil.” Yang lainnya ada juga, ”Satu musuh itu sudah banyak, tapi seribu teman masih kurang.” Bahkan istilah “AIDS” pun diartikan sebagai musuh yang harus dilawan dan kendalikan. Yakni (A) marah, I (ri hati), D (endam), dan S (ombong).

Gubernur mencatat semua kata mutiara yang ditulisnya berjumlah 219 buah, namun yang dibacakan pada acara itu puluhan saja. Semua kata-kata mutiara itu tercetus dan lahir sepanjang 2013.
Selain membacakan kata mutiara, di awal juga diputar rekaman peristiwa kegiatan selama 2013 termasuk Pilkada Bali yang menjadikannya kembali sebagai gubernur berpasangan dengan I Ketut Sudikerta untuk periode yang kedua kalinya.

Tekan Kemiskinan

Dari sejumlah program unggulan yang terkemas dalam ‘Bali Mandara’ (Bali yang maju, aman, damai, dan sejahtera), satu hal yang sangat dititikberatkan adalah pengentasan kemiskinan. Melalui program Bali Mandara, Pastika sudah mengklaim mampu menurunkan angka kemiskinan di Pulau Dewata hingga separuhnya sejak 2008. Yakni dari 6,17 persen kemiskinan pada 2008 turun drastis menjadi 3,19 persen pada 2013. Bahkan prestasi ini tercatat terbaik kedua setelah DKI Jakarta.

Dalam kurun waktu sejak 2008 hingga 2013 angka kemiskinan tinggal 3,19 persen,” papar Pastika. Hanya saja persentase tersebut diakui masih bersifat makro, artinya masih banyak di antara kalangan penduduk yang kesenjangan penghasilannya cukup tinggi.

Sebagai contoh, ada seseorang yang penghasilannya hanya Rp500 ribu/bulan dan bahkan untuk dibagi empat sampai lima orang keluarganya. Sementara di sisi lain ada satu orang bisa berpenghasilan hingga Rp1 miliar. Bagi Pastika, kondisi ini menjadi tantangan karena sebagai pemimpin harus mampu mengentaskan kemiskinan, dan optimistis akan mampu lebih baik pada akhir 2018.

“Adalah berdosa jika seorang pemimpin sampai membiarkan kemiskinan rakyatnya. Koruptor lebih berdosa lagi karena membuat rakyat lebih miskin,” ujar Pastika.

Salah satu program nyata yang dilakukan dalam pengentasan kemiskinan adalah membantu masyarakat dalam akses mendapatkan air bersih terutama di daerah tandus yang kesulitan air seperti di Nusa Penida, Kintamani, dan beberapa tempat lainnya. Untuk Nusa Penida tiap tahun digelontor dana bantuan keuangan khusus (BKK) sebesar Rp 1 miliar/tahun, dan untuk Kintamani sebesar Rp750 juta/tahun.

Gubernur Pastika bertekad memutus lingkaran yang menjadi sumber kemiskinan penduduk. Yang tak punya rumah dibantu bedah rumah, memberikan beasiswa agar anak miskin tetap bisa sekolah, memberikan layanan kesehatan gratis (jaminan kesehatan Bali Mandara/JKBM) bagi yang sakit, dan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui program simantri (sistem pertanian terintegrasi) yang tiap unitnya senilai Rp 200 juta.

Daridana Rp200 juta tersebut, antara lain berupa pemberian sapi betina. Dari sapi-sapi ini kelompok keluarga pengelolanya bisa menikmati hasil mulai dari pemanfaatan urine maupun kotoran sapi yang bisa diolah menjadi bioenergi, dan pupuk organik, termasuk anak-anak sapi menjadi bonusnya.

Dalam kepemimpinannya sejak 2008, Mangku Pastika berhasil menggenjot pendapatan asli daerah (PAD) provinsi Bali dari Rp1,386 triliun pada 2008 menjajdi Rp 2,064 triliun pada akhir 2013. Sementara dana APBD pada 2008 yang besarnya Rp 1,51 triliun melonjak menjadi Rp 4,77 triliun pada 2014. (ana)

Leave a Comment