Monthly Archives: October 2013

Lomba ‘Bapang Barong’ di Denpasar

Baronginilahbali.com, Denpasar: Pemkot Denpasar melalui Dinas Kebudayaan menggelar acara ‘Lomba Bapang Barong’ di lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung, Sabtu (12/10). Acara yang terbuka untuk umum ini berlangsung meriah yang menyedot perhatian masyarakat.

Lomba ini tidaklah mudah dilakukan. Terbukti salah seorang peserta jatuh sempoyongan usai mapang barong yang beratnya sekitar 75 kg hingga 90 kg.

Seperti yang dikatakan budayawan Prof Wayan Dibia, bahwa mapang barong tidklah gampang. Menurut guru besar di Institut Seni Indonesia Denpasar ini, diperlukan teknik dasar menari yang baik di samping syarat fisik harus kuat.

“Mapang barong itu diperlukan teknik dasar menari di samping juga didukung fisik yang kuat,” papar Dibia.

Dalam lomba tersebut, 11 orang dari 21 peserta yang ambil bagian bergiliran menunjukkan kebolehannya di hadapan para juri, pengamat maupun masyarakat penonton. Barong yang memiliki bobot antara 75 kg hingga 90 kg mampu dimainkan dengan lincah oleh beberapa penari bapang.

Masing-masing penari bapang barong diwajibkan melakukan gerakan bapang sesuai durasi waktu yang ditentukan dan ditambah kreativitasnya. Unsur-unsur yang dinilai meliputi gerakan, kreativitas, dinamisasi, tempo, penguasaan panggung, penjiwaan dan lain-lain.

Para peserta pun secara bergantian melakoninya dengan diiringi penabuh dari Sekeha Gong “Tirta Udiyana Sari” Sanur Denpasar Selatan dan Sekeha Gong “Pura Jurit” Pagan Klod Denpasar Timur.

Kepala Dinas Kebudayaan Denpasar, Made Mudra mengatakan, digelarnya lomba bapang barong kali ini bertujuan untuk menggali, melestarikan sekaligus mengembangkan seni bapang barong di kalangan generasi muda. Di samping itu juga sebagai upaya untuk mendukung Denpasar sebagai Kota Kreatif Berbasis Budaya Unggulan.

Pada lomba itu, selain hadir pengamat juga sejumlah juri antara lain Prof Wayan Dibia, Komang Astita, Gusti Ngurah Artha, Surya Negara, Muliana, Arini, Gusti Ngurah padang dan lainnya. (der)

Festival Coffee di Gianyar Disambut Antusias Wisatawan

Festival Coffeeinilahbali.com, Gianyar: Festival Coffe, Food & Textile yang digelar Dinas Pariwisata Pemkab Gianyar Bali di jaba Pura Tirta Empul Tampaksiring mampu menyedot perhatian wisatawan. Festival ini dimaksudkan untuk menyinergikan sektor pertanian, perkebunan, perindustrian dengan sektor pariwisata.

Kepala Dinas Pariwisata Pemkab Gianyar, Anak Agung Ari Brahmanta mengatakan, festival yang dirangkaikan dengan Hari Pariwisata ini bertujuan menumbuhkembangkan kreasi produk baru baik coffee, food dan textile.

“Yang terpenting festival ini menjadi ajang promosi kepada wisatawan,” ungkap Ari Brahmanta, di sela-sela acara festival yang berlangsung dua hari, mulai (6/10).

Karuan saja wisatawan yang hadir tampak antusias mencoba mencicipi aneka kuliner yang disajikan peserta festival seperti nasi sela, pepes telengis, ayam betutu, daluman, cendol, dan makanan serta jajan tradisional Bali lainnya.
Begitu juga produk kopi menjadi favorit para undangan yang datang untuk mencicipi. Semua produk kopi yang ditawarkan merupakan produk petani Gianyar, salah satunya adalah kopi Luwak hasil olahan petani Tampaksiring.

“Wow, sedap sekali kopi Luwaknya,” komentar di antara mereka seusai nyeruput kopi.

Pilihan Delegasi APEC
Dipilihnya lokasi jaba Pura Tirta Empul karena obyek wisata ini menjadi primadona bagi kalangan wisatawan yang rata-rata jumlah pengunjung mencapai 1.200 orang per harinya. Selain itu juga atas pertimbangan Pura Tirta Empul menjadi salah satu destinasi pilihan para delegasi APEC Summit 2013.

“Tempat ini sangat efektif untuk ajang promosi sekaligus memberikan inspirasi kepada pedagang sekitarnya terhadap produk baru,” imbuh Ari Brahmanta.

Festival Coffee, Food and Textile ini terselenggara atas kerja sama Dinas Pertanian, Disperindag, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas PP dan KB, PHRI, PKK, Dharma Wanita serta Desa Pakraman Manukaya Let.

Peserta festival berasal dari perwakilan masing-masing kecamatan yang ada di Gianyar dengan menampilkan olahan kuliner yang menjadi khas di daerahnya. Seperti olahan rebung bambu tabah yang disuguhkan dari Kecamatan Payangan.

Festival juga dimeriahkan masakan khas India yang dihadirkan untuk menambah semarak festival.

Yang tak kalah menariknya, di sela-sela festival juga dimeriahkan dengan lomba melukis tong sampah yang diikuti pelajar SMA/SMK se- Kabupaten Gianyar, dan lomba foto. (hug)

Bupati Geredeg Kecewa di “Rumah Pintar”

Geredeg kecewa di rumah pintarinilahbali.com, Karangasem: Bupati Karangasem I Wayan Geredeg tampak kecewa ketika mendapati kondisi gedung “Rumah Pintar” di Desa Munti Gunung yang tidak beres. Padahal baru saja selesai diupacarai pemlaspasan.

Ketidakberesan itu terlihat dari hasil pengerjaan akhir pada tembok penyengker, tangga, sebagian dinding ruangan retak dengan kualitas rendah. Padahal sesuai rencana, Rumah Pintar ini bakal ditinjau juga oleh Nyonya Ani Yudhoyono.

Terhadap kondisi tersebut, Geredeg meminta BPMPD selaku leading sector agar segera melakukan penanganan kelemahan kondisi fisik bangunan agar memenuhi syarat kualitas standar. Di samping itu agar menyiapkan pelaksanaan program sesuai misi awal pendirian Rumah Pintar. Dan juga diharapkan instansi terkait untuk melengkapi semua kelengkapan pengadaan bangku dan lainnya.

Seperti diketahui, Rumah Pintar berukuran 20 X 18 meter ini didanai Rp200 juta. Bangunan ini terdiri dari 5 jenis ruangan utama di antaranya 4 ruang untuk sentra dan 1 ruangan untuk administrasi.

Sarana Rumah Pintar berorientasi pada program pembelajaran mengoptimalkan potensi multiple inteligence dan lifeskill dengan pengelompokan sarana meliputi buku, CD interaktif, permainan edukatif dan panggung mini.

Sedangkan pegembangan 5 sentra terdiri dari sentra buku untuk menyediakan buku bacaan, sentra bermain merupakan permainan edukatif bagi tumbuh kembang anak, sentra panggung peyediaan ruang aktivitas dan kreasi anak, sentra komputer penyediaan sarana teknologi komunikasi dan sentra kriya untuk ketrampilan dan kecakapan hidup sesuai kebutuhan.

Pelaksanaan kegiatan yang difasilitasi di Rumah Pintar antara lain membaca buku, menonton secara interaktif melalui komputer, menonton VCD secara pasif, bermain peran, berkesenian dan berapresiasi menonton kegiatan panggung dan pengembangan kecakapan hidup ramaja dan ibu usia produktif.

Program Rumah Pintar dianggap berhasil apabila 80% peserta mampu memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian masyarakat. Program pendidikan keaksaraan wirausaha ini tidak menargetkan jumlah lulusan tetapi peserta memiliki ketrampilan hidup untuk menolong dirinya sendiri. (ana)

11 Tahun Bom Bali I: Gubernur Bali dan PM Australia Doa di ‘GZ’

PM Australia dan Gubernur Baliinilahbali.com, Kuta: Mengenang kembali tragedi Bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober sebelas tahun silam, Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Perdana Menteri Australia Tony Abbott melakukan doa bagi para korban di Bali Memorial Site, Ground Zero (GZ), Rabu (910).

Pada acara tersebut, kedua pemimpin meletakkan karangan bunga di tugu GZ untuk memberikan penghormatan dan mendoakan para korban.

Gubernur Pastika yang pada sebelas tahun silam bertindak selaku Ketua Tim Investigasi bom Bali, sempat menunjukkan sejumlah lokasi di sekitar monumen yang mengalami kerusakan cukup parah dan memaprkan kronologis dari kejadian tersebut.

Dalam wawancaranya Perdana Menteri Australia Tony Abbott yang didampingi istrinya, Margie, menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasinya terhadap masyarakat Bali dan warga Australia yang telah membantu penanggulangan bencana yang sebagian besar menelan korban dari benua Kangguru tersebut.

Abbot juga memuji Gubernur Pastika karena telah berhasil mengungkap kasus tersebut dengan dukungan Polisi Federal Australia. “Saya pikir ini momen tepat bahwa Perdana Menteri Australia selama berada di Bali untuk APEC harus menyempatkan menghadiri tempat suci ini untuk mengenang banyak orang, menghormati mereka yang tewas, memberikan simpati kepada mereka yang terluka malam itu, dan yang masih menanggung bekas luka, fisik dan mental,” kata Abbott.

Sementara itu Gubernur Pastika menyatakan Bali akan selalu berusaha menjadi tuan rumah bagi warga Australia yang berkunjung ke Bali.

“Kita tetap berusaha menjadi tuan rumah yang baik bagi warga Australia apapun yang terjadi, kita tetap menganggap warga Australia tersebut sebagai saudara kita dan Bali tetap sebagai second home mereka,” ujar Pastika. Dengan jalinan hubungan baik ini, menurut Pastika, jika terjadi sesuatu bisa sharing dalam menyelesaikannya secara bersama-sama. (der)

Sisi Lain Bocah Bali: Berjuang Jualan Keliling

Sisi Lain Bocah Baliinilahbali.com, Denpasar: “Saya tak sekolah karena tak bisa membayar uang awal Rp300 ribu. Saya suka sekolah, tapi sekarang saya harus berjualan agar dapat uang.”

Kalimat itu memang tak asli diucapkan bocah yang mengaku bernama Made Widiada,12, melainkan dalam bahasa Bali, ketika inilahbali.com mengajak ngobrol di salah satu stage Art Centre Taman Budaya Denpasar, Kamis (10/10) siang.

Anak asal Desa Songan (B) Kintamami Kabupaten Bangli ini terlihat tegar meski badannya agak kurus. Dia begitu kuat mengusung dagangannya yang ditaruh dalam nampan ukuran cukup besar. Berat dagangannya sekitar 25-30 kg.

Yang dijual aneka makanan tradisional seperti ketela rebus, jagung rebus, pisang rebus, semangka iris, melon, papaya, cendol, dan penganan tradisional lainnya. Rata-rata dikemas dalam plastik dengan harga berkisar Rp1.000.

“Kalau laku semua, saya dapat Rp30 ribu, tapi kalau tak habis cuma dapat Rp20 ribu sehari,” cerita Made Widiada yang mengaku lulus SD beberapa bulan lalu.

Semua barang dagangannya, kata Made, disiapkan dari seseorang yang dia sebut ‘bos’ sekaligus menampungnya di rumahnya di kawasan Jalan Noja Denpasar. Seusianya, selain Made masih ada dua temannya lagi yang diajak tinggal satu kamar di rumah ‘bos’ nya itu, dan semuanya dari Kintamani.

Dari upah harian yang dia peroleh, dia gunakan untuk biaya hidup di luar biaya sewa rumah karena sudah ditanggung bos-nya. Kadang, dia bisa menabung, kadang diakuinya habis dipakai belanja. “Saya nabung pakai celengan,” akunya polos.

Saat ditanya, pilih mana, lebih suka jualan atau sekolah? Made sesaat terdiam, lalu berujar pelan tapi pasti, “Sekolah, saya senang sekolah.” Pandangannya sempat menerawang dan sempat terlihat sedih.

Dia pun mengaku tak bisa sekolah di SMP lantaran tak mampu membayar Rp300 ribu pada awal tahun. “Waktu itu harus bayar Rp300 ribu, tapi saya tak punya uang,” ujarnya lirih.
Lantaran di kampungnya tidak juga ada yang dikerjakan, dia pun akhirnya ikut ketika ada tawaran untuk diajak jualan di Denpasar.

“Jadi saya baru sekitar sebulan berjualan ini,” aku anak ke-6 dari 12 (tapi 2 meninggal) saudara ini. Kedua orang tua Made menggarap tegalan di kampungnya di Desa Songan (B) di Kintamani.

Saat inilahbali.com mencoba mengambil gambarnya, tiba-tiba seseorang berteriak sembari mendekat. “Nah, yang mode-model seperti ini memang perlu dikorankan,” ujar orang itu ketika sudah berdiri di hadapan Made.

Pria paruh baya ini pun membeli beberapa bungkus dagangannya, dan bahkan dengan ikhlas memberi uang tambahan. “Kasihan anak sekecil ini sudah harus berjuang mencari uang,” celetuk lelaki berbadan gempal ini. (ana)

Art Summit 2013: Naikkan Pendapatan tanpa Komersial!

Bale Agunginilahbali.com, Denpasar: Kemasan pertunjukan seni tradisional dari berbagai daerah di Indonesia bisa menjadi sebuah atraksi yang unik dan menarik bagi wisatawan. Saat ini tengah dicari kemasan seperti apa seharusnya seni pertunjukan itu dikelola sehingga mampu memberi nilai tambah namun bukan dengan cara komesialisasi.

Demikian terungkap dari wawancara sangat singkat dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu sesaat sebelum memulai acara bertajuk ‘Art Summit Indonesia VII’ di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Selasa (8/10) malam.

“Pementasan aneka jenis seni pertunjukan itu dapat memberi nilai tambah, tapi bukan burarti komersial. Untuk itu perlu bagaimana mengelola seni pertunjukan yang baik, agar bisa meningkatkan pendapatan yang layak bagi penyelenggara maupun pemerannya tanpa harus komersial,” papar Mari Pangestu.

Dalam rangkaian kegiatan ini pula diselenggarakan juga workshop yang melibatkan sejumlah pakar di bidang yang terkait. Dari workshop ini pula ingin diperoleh jawaban atas pertanyaan, antara lain: seperti apa sih “pasar” seni pertunjukan itu?

Bagi Mari, pengelolaan itu sangatlah penting, sehingga tidak hanya mampu mempertunjukkan keseniannya, tapi juga mampu memberikan pendapatan yang layak. Dengan begitu, ke depan diharapkan makin banyak orang yang tertarik untuk menggarap seni pertunjkan.

Kegiatan Art Summit VII ini melibatkan seniman pertunjukan dari sejumlah perguruan tinggi seni, yakni ISI Yogyakarta, Solo, Bandung, Jakarta dan Denpasar, serta juga termasuk dari 7 negara sebagai partisipan.
Rektor ISI Denpasar, Dr I Gede Arya Sugiartha mengatakan seni untuk menghibur pada delegasi itu menyuguhkan lima garapan seni tabuh dan tari yang terdiri atas tiga garapan ISI Denpasar dan dua garapan ISI Bandung.

Garapan seni itu antara lain karya I Wayan Sutirta dengan iringan musik yang dikemas oleh I Nyoman Kariyasa, musik Cakra Esa Galura dan Lorong Masa ciptaan Dody Satya dan karya musik Manihot karya Oya Yukarya, Demikian pula penampilan musik yang tidak kalah menarik lainnya berjudul “Ku tak Sabar” ciptaan Agus Teja Sentosa serta tari Jay Sita karya I Gede Oka Surya Nega. (der)

Ekowisata Sudaji Diminati Wisatawan

Bupati Agus touring ke Sudajiinilahbali.com, Buleleng: Desa Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng, Bali belakangan ini kian menggeliat. Panorama alam yang asri ditambah lagi koleksi berbagai macam tumbuhan buah membuat desa ini makin memiliki nilai lebih.

Itulah yang tergambar ketika Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana melakukan acara touring bersama sejumlah pimpinan SKPD, Sabtu (5/10). Touring bersama ini dengan mengendarai sepeda motor yang menempuh jarak tempuh sekitar 10 km dari kantor bupati.

Begitu tiba di desa yang dikenal dengan produksi berasnya yang pulen dan lezat itu, bupati Suradnyana menyambangi padukuhan Omunity yang dikelola oleh Ketut Sansan, warga setempat yang dikenal seorang spritualis.

Di padukuhan ini pemandangan alam terhampar asri dan terlihat masih natural. Sejumlah bangunan beratap jerami bergaya pedesaan yang dinaungi berbagai pohon buah serta kolam yang alami menjadikan desa ini makin diminati wisatawan.

Menurut Ketut Sansan, tamu-tamu mancanegara yang berkunjung ke pedukuhannya biasanya melakukan berbagai kegiatan, mulai dari meditasi, mengunjungi sekolah dan menikmati pemandangan alam yang khas Sudaji.

Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan penduduk yang berminat menyewakan kamarnya kepada tamu-tamu asing. Bagi Sansan, warga tak perlu sampai mengubah bentuk kamarnya menjadi sekelas hotel mewah, tapi cukup menjaga kebersihannya. “Kalau sudah bersih, tamu sudah senang,” ujar Sansan.

Dalam rangkaian touring itu, bupati juga melanjutkan meninjau persawahan yang ditanami padi Bali dan beras merah serta perkebunan cengkeh yang subur. Begitu juga meninjau pembibitan pohon wani unggulan, dan di tempat ini bupati tertarik dan langsung memesan sepuluh pohon untuk ditanam di kebunnya di desa Banyuatis. (der)

Ajang APEC Populerkan ‘Endek’ Bali ke Mancanegara

Endek Baliinilahbali.com, Badung: Ajang Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia pasifik (APEC) 2013 di Nusa Dua Bali menjadi momentum penting promosi kain ‘endek’ khas Bali. Betapa tidak, kain endek dikenakan para kepala negara dan pemerintahan anggota APEC pada acara gala dinner, Senin (7/10) .

Tidak hanya kepala negaranya, para istri pejabat negara pun memakai busana endek dalam agenda kunjungan spouse program yang digelar di sela-sela pelaksanaan APEC.

Di balik melejitnya kain endek Bali di dunia internasional ini tidak terlepas juga dari upaya yang dilakukan Ketua Dekranasda Bali, Ny. Ayu Pastika.
Melalui pembinaan yang tiada henti kepada perajin endek di Bali, serta juga arahan dari Ibu Negara Ani Yudhoyono, akhirnya kain endek bisa menjadi busana pemimpin APEC.

Tekad Ny. Ayu Pastika melalui Dekranasda Provinsi Bali akan terus berupaya mempromosikan kain endek dan kain songket Bali sebagai kain tradisional yang mampu menjadi bagian dari fesyen modern. Saat ini kain endek telah banyak digunakan untuk seragam para PNS dan pegawai swasta di pemprov Bali hingga kabupaten/kota se-Bali.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyambut positif dengan mulai dikenalnya kain endek di dunia internasional. Seni kerajinan Bali diakui merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Bali. Untuk itu Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali diminta terus mengembangkan program yang inovatif dan terus mendorong kualitas SDM perajin agar hasil karyanya dapat bersaing di pasar global.

“Sebab pada 2015 nanti, Indonesia yang menjadi bagian dari masyarakat ekonomi ASEAN akan terkena dampak pemberlakuan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA). Semua produk bebas masuk ke mana saja,” ujar Pastika mengingatkan.

Untuk itu Pastika meminta agar para perajin mulai memperhatikan pentingnya penerapan hak kekayaan intelektual (HKI) bagi hasil karyanya agar tidak bisa ditiru dan diambil oleh pihak lain. (der)

Kemenpera Bangun Rusun Rp 9 M untuk Brimob Polda Bali

Rusun Rp 9 Minilahbali.com, Denpasar: Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) menggelontor dana Rp 9 miliar untuk pembangunan rumah susun (rusun) bagi anggota satuan brigade mobil (brimob) Polda Bali.

“Rusun yang dianggarkan dana Rp9 miliar ini nanti diserahkan dalam bentuk hibah,” ujar Menteri Perumahan Rakyat Djan Raridz di sela-sela meninjau rumah susun yang berlokasi di asrama brimob Polda Bali, Sabtu (5/10).

Faridz mengatakan, bantuan dalam bentuk hibah ini nantinya pemeliharaannya akan diserahkan kepada pihak penerima.

Menurut Fsaridz, dalam pengelolaan, pihak penerima bisa saja mengelolanya dengan dua cara, yakni menyewakan kembali kepada anggota dengan sewa yang terjangkau, atau digratiskan tapi wajib menyediakan dana pemeliharannya.

Rusun berlantai 3 yang dibangun di areal asrama mako brimob Polda Bali itu terdiri dari 59 unit, terbagi atas dua jenis yaitu untuk yang sudah berkeluarga sebanyak 53 unit dengan luas bangunan 30 M2, serta 6 unit untuk yang belum berkeluarga dengan luas 20 M2.

Sesuai rencana rusun ini akan rampung November tahun ini juga.

Secara nasional, Djan Faridz menyebutkan pembangunan rumah susun tahun ini pihaknya mengalokasikan dana Rp1,8 triliun tersebar di selueruh Indonesia.

Penerima rusun dalam bentuk hibah ini tidak hanya kalangan instansi pemerintah tapi juga lembaga swasta seperti perguruan tinggi dalam pembangunan asrama untuk mahasiswa yang kurang mampu. (der)