Tag Archives: budaya

“Meskipun Langit Runtuh, Desa Pakraman Harus Tetap Ada”

inilahbali.com, DENPASAR – Ungkapan “Meskipun langit runtuh, Desa Pakraman harus tetap ada” yang pernah dilontarkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika beberapa tahun lalu, belakangan bergema kembali. Setidaknya, lontaran itu muncul pada acara pembahasan Undang Undang No 6/2014 tentang Desa bersama bupati/walikota se-Bali, dan terakhir pada Paruman Agung III Majelis Utama Desa Pakraman Bali, di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Renon Denpasar,Jumat (8/8).

“Saya dulu pernah berkata meskipun langit runtuh, desa pakraman harus tetap ada, saya harap ini dibahas di Paruman Agung ini. Kita tidak cukup hanya dengan slogan, saya harapkan MUDP tetap menjaga sinkronisasi dan mengambil langkah supaya tetap survive”, tandas Pastika pada acara Paruman Agung III MUDP Bali.

Menurut Pastika yang turut membidani terbentuknya majelis desa pakraman (Desa Adat) di Bali ini, MUDP hendaknya melakukan inventarisasi masalah di desa pakraman dan terhadap permasalahan yang muncul agar ditangani melalui mediasi dengan mengedepankan musyawarah mufakat sehingga menguntungkan semua pihak.

Di sisi lain peningkatan kualitas individu prajuru desa pakraman juga akan mampu meningkatkan kualitas kelembagaan. Pastika juga menghimbau sesuatu akan bisa bertahan jika bisa disesuaikan dengan situasi, sedangkan kalau kaku maka dia akan musnah.

“Layaknya dinausaurus yang besar dan kuat kenapa dia bisa musnah, karena dia tidak bisa melihat situasi yang ada, dia tidak bisa mengecilkan tubuhnya sehingga makanannya habis dan dia akan punah. Itu suatu contoh, sehingga saya harapkan dari Paruman Agung ini dan saya yakin semua yang hadir sudah memiliki pemahaman yang lebih tinggi karena terkadang jika kita sudah berada pada zona nyaman, kita akan terbuai dengan situasi tersebut”, ujarnya.

Pastika menambahkan, orang yang berada pada zona nyaman adalah anti resistance terhadap perubahan. Ibarat kodok di air di dalam periuk, yang di bawahnya ada tungku menyala, yang awalnya rasa hangat membuat tumbuhnya merasa nyaman. Namun dia tidak menyadari di bawah periuk ada api tungku yang akan memhayakannya.

“Jika tidak segera disadari, maka dalam waktu singkat dia akan jadi ‘kodok rebus’. Saya tak ingin masyarakat Bali sampai menjadi kodok rebus,” ujar Pastika.

Selain itu, Pastika menyatakan Pemerintah Provinsi Bali selalu berkomitmen untuk menjaga adat dan budaya Bali yang sebagai pilar utama serta penyangga pembangunan daerah secara menyeluruh. Untuk itu diharapkan masyarakat harus mensinkronisasi antara adat, agama dan budaya.

Terkait peningkatan sumbangan untuk desa pakraman yang mulai tahun 2015 akan diberikan sebesar Rp 200 juta, Pastika berharap dengan peningkatan bantuan tersebut, agar sesuai potensi dan kondisi desa pakraman untuk mewujudkan ketentraman budaya Bali dan tentunya peningkatan kesejahteraan krama desa pakraman.

Paruman Agung III MUDP Provinsi Bali kali ini mengambil tema “Menuju Bali Shanti dengan Menjaga Kehormatan Desa Pakraman”.

Desa Pakraman atau Desa Adat di Bali sendiri sudah tertata sejak 10 abad lalu yakni pada abad XI oleh Epu Kuturan. Dalam rentang waktu itu, Desa Pakraman sudah terbukti teruji tetap mampu bertahan dengan mempertahankan jati diri adat dan budaya Bali yang dijiwai agama Hindu, meski perubahan demi perubahan yang dinamis menerpa silih berganti.

Semua itu berkat kelenturan yang dimiliki Desa Pakraman dalam beradaptasi dan mengadopsi dinamika perubahan dari zaman ke zaman baik internal maupun eksternal. (ana)

Istri Pejabat Pemprov Bali Sukses Main Dramatari

inilahbali.com, DENPASAR – Pada era 1990-an, pernah ada tari Janger ‘spesial’ yang dipentaskan oleh jajaran pejabat Pemprov Bali, termasuk juga Ida Bagus Oka yang saat itu sebagai gubernur.

Nah kini ada juga pementasan seni untuk publik yang dimainkan kalangan istri pejabat, termasuk istri Gubernur, yakni Ny. Ayu Pastika tampil sebagai ‘tokoh sentral’ Ibu Kunti dalam lakon dramatari “Ibu Kunti Teguh”, di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar, Sabtu (2/8).

Pementasan dramatari “Ibu Kunti Teguh” ini didukung atas kolaborasi Dharma Wanita Persatuan Provinsi Bali, TP PKK Provinsi Bali, Dekranasda Provinsi Bali, YKI Cabang Bali, BK3S Provinsi Bali dan Sanggar Cahya Art Denpasar.

Dalam Dramatari “Ibu Kunti Teguh” yang merupakan penggalan salah satu parwa dalam epos besar Mahabharata ini mengisahkan sosok Ibu Kunti yang merupakan ibu dari Panca Pandawa yang membimbing para Putra Pandawa dalam membangun dan menyejahterakan rakyat kerajaan Indraprasta setelah mereka mendapatkan setengah dari kerajaan Hastinapura dari Raja Drestarata.

Dalam mewujudkan kerajaan Indraprasta yang dahulunya adalah Hutan Kandawaprasta yang dikuasi oleh para raksasa, kelima pandawa ini berjuang dan bekerja keras untuk membuat tanah ibu pertiwi yang dulunya sangat tandus menjadi kerajaan yang sangat indah bahkan menyamai kerajaan Indraloka atas bantuan dari Bhagawan Wiswakarma dan Bhatara Indra sendiri.

Kemajuan ini membuat Kurawa sangat iri sehingga berupaya untuk merebut Indraprasta dengan tipu muslihat. Dengan dibantu Sangkuni akhirnya Kurawa mengajak Pandawa untuk bermain judi dan akhirnya Pandawa kalah serta menyerahkan Indraprasta serta menerima hukuman diasingkan selama 12 tahun dan masa penyamaran selama 1 tahun.

Dalam setiap sketsa adegan, diselipkan pesan-pesan mengenai bagaimana seorang pemimpin yang harus mampu menyejahterakan masyarakatnya.Dalamhal ini membeberkan pesan-pesan program Bali Mandara seperti jaminan kesehatan Bali Mandara (JKBM), Bedah Rumah, Simantri (sistem pertanian terintegrasi), Gerbangsadu (gerakan pembangunan desa terpadu), program beasiswa pendidikan dan pesan-pesan lainnya.

Tak luput, dramatari ini juga diselingi dengan guyonan-guyonan kocak yang sangat menghibur penonton. Walaupun ibu-ibu ini jarang menari, namun dengan keterbatasannya itu mampu mengundang gelak tawa dan senyum penonton.

Sosok Ibu Kunti diperankan oleh Ny. Ayu Pastika sekaligus sebagai sang pencetus ide cerita, Yudhistira diperankan oleh Ny. Cok Pemayun, Arjuna oleh Ny. Dayu Sudikerta. Pragmentari didukung oleh Dalang Anom Ranuara, IB. Purwalaksana dan tim lainnya serta diiringi oleh Sekehe Gong Gurnita Praja Sasmitha Provinsi Bali.

Di akhir pagelaran dimeriahkan oleh Tari Kecak Dut yang dibawakan oleh para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Provinsi Bali. Hadir pula pada kesempatan tersebut Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta, Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali I Gusti Bagus Alit Putra, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Cok. Pemayun beserta SKPD di lingkungan Pemprov Bali, pegawai di lingkungan Pemprov. Bali dan masyarakat umum lainnya.

Usai menyaksikan pementasan tersebut, Gubernur Bali Mangku Pastika mengapresiasi tampilan dramatari tersebut. Tujuan dari pementasan ini adalah agar para ibu memperoleh kesempatan untuk mengisi acara serangkaian gelaran seni dan budaya Bali Mandara Mahalango Tahun 2014 sebagai wujud kecintaannya terhadap seni dan budaya Bali serta sebagai ajang untuk mengisi kreativitasnya sehingga mampu menampilkan karya seni yang cukup baik dan menarik.

“Saya terkejut dengan penampilan ini, saya kira hanya lucu-lucuan saja, tetapi ada juga pesan-pesan tentang kepemimpinan dan program Bali Mandara yang disampaikan sehingga secara tidak langsung juga sebagai media untuk sosialisasi program pembangunan Provinsi Bali,” ujar Gubernur Pastika yang juga mantan Ketua Tim Investigas Bom Bali I ini. (ana)

“Bali Mandara Mahalango” Perpanjang Kemeriahan Taman Budaya

inilahbali.com, DENPASAR – Kemeriahan suasana Taman Budaya Denpasar pada 2014 terasa semakin panjang. Betapa tidak, selain diisi gelaran Pesta Kesenian Bali sebulan penuh (Juni-Juli), juga disusul agenda serupa bertajuk “Bali Mandara Mahalango” yang juga dihelat selama satu bulan.

Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta yang membuka acara ini mengatakan, ‘Bali Mandara Mahalango’ memiliki arti sebagai dinamika seni budaya menuju kesejahteraan, kemajuan dan keagungan peradaban Bali. Selama sebulan akan ditampilkan beragam kesenian pelestarian dan pengembangan, kreasi baru, kesenian kolosal dan peragaan busana serta pameran barang kerajinan seni.

Untuk itu, mantan Wakil Bupati Badung ini berharap ajang ini dapat dimanfaatkan baik oleh pemprov Bali maupun kabupaten/ kota bersinergi dengan komponen terkait, untuk menumbuhkembangkan sikap profesionalisme, industri kreatif-inovatif berbasis seni dan budaya menuju Bali yang maju, aman, damai dan sejahtera (Bali Mandara).

Sudikerta mengakui untuk mewujudkan hal itu tidaklah mudah, namun melihat semua pihak yang telah berperan yang telah memiliki komitmen tinggi dalam merevitalisasi, melestarikan dan mengembangkan seni budaya Bali secara berkelanjutan, maka ia yakin dan percaya semua itu akan dapat diwujudkan seperti harapan bersama.

Secara khusus, Sudikerta menghimbau masyarakat untuk memanfaatkan keberadaan Taman Budaya secara optimal khusunya dalam memajukan sektor pariwisata yang bertumpu pada budaya Bali.

“Saya menghimbau kepada pengelola Taman Budaya dan seluruh masyarakat Bali untuk bisa memanfaatkan tempat ini sebagai tempat untuk mengadakan kegiatan atau event budaya , sehingga memberi ruang bagi para seniman ataupun masyarakat luas untuk berkesenian,” ujarnya.

Selain untuk pementasan budaya, Taman Budaya juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan lain seperti yudisium, seminar-seminar ataupun kegiatan lainnya. Ia yakin jika dimanfaatkan dengan baik, keberadaan Taman Budaya akan memberikan kontribusi bagi perekonomian pemerintah Provinsi Bali.

Sementara Ketua Panitia yang juga Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha S.SKar M.Hum mengatakan Bali Mandara Mahalango ini merupakan aktualisasi komitmen Pemprov Bali yang masuk dalam 10 program unggulan Bali Mandara Jilid II.

Makna dari tema “Mahalango” tersebut artinya program Bali Mandara ataupun kepemimpinan Bali Mandara bertekad menjadikan lango atau kelangoan atau kelangenan sebagai salah satu kegiatan Bali Mandara yang pernah mengalami keemasan kesenian masa kejayaan di jaman Waturenggong.

Jika kegiatan Bali Mandara bisa menghasilkan kesenian Bali yang Mahalango, maka Bali akan kembali bisa mencapai masa keemasannya yang kedua dan itu terjadi saat kepemimpinan Bali Mandara. (ana)

Kades/Lurah se-Denpasar Lomba Pungut Sampah Plastik

Rapat Koordinasi Kades-Lurah se-Denpasar dipimpin Walikota IB Rai D. Mantra.(Foto: humas Pemkot)

Rapat Koordinasi Kades-Lurah se-Denpasar dipimpin Walikota IB Rai D. Mantra.(Foto: humas Pemkot)

inilhbali.com, Denpasar – Acara lomba yang satu ini boleh jadi cukup unik  serangkaian menyambut HUT ke-226 Kota Denpasar.  Yakni seluruh kepala desa/lurah se-Denpasar akan diliibtkan dalam lomba memungut sampah plastik.

“Untuk memeriahkan HUT Kota Denpasar kepala desa/lurah akan melakukan aksi perang terhadap sampah dengan menggelar lomba memungut sampah plastik secara serentak, serta diharapkan para kades dan lurah dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memerangi sampah,” ujar Ketua Forum Kades/Lurah se-Kota Denpasar, Ida Bagus Bima Putra, Kamis (16/1) pada rapat koordinasi HUT Kota Denpasar.

Lomba perang terhadap sampah itu akan digelar pada 16 Februari dimasing-masing desa/kelurahan secara serentak. Dengan lomba ini diharapkan Kota Denpasar nantinya benar-benar bebas sampah.
Lebih lanjut dikatakan pada pelaksanaan lomba memungut sampah nantinya para kades/lurah diharapkan nantinya Denpasar bisa bebas sampah plastik.

Menurutnya, Kades/Lurah tidak hanya memiliki tugas memberikan pelayanan kepada masyarakatat, namun juga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan seperti sosial, budaya maupun masalah kebersihan yang menjadi tantangan saat ini.

Pada 2014 yang merupakan tahun ‘kuda kayu’ ini diharapkan dapat memberikan semangat baru dalam mewujudkan pembangunan di Kota Denpasar, khusunya terkait masalah kebersihan.

“Lomba memungut sampah plastik yang dilaksnakan tahun ini intinya bagaimana mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan di Kota Denpasar,” kata Bima Putra.

Sementara Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan desa/kelurahan dalam menyambut HUT Kota Denpasar.

“Masalah kebersihan harus terus ditingkatkan dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan di Kota Denpasar,” ujar Rai Mantra. (ana)

Taman Nusa Gelar Pesamuan Budaya

Jaringan Kota Pusaka – ‘Taman Nusa’ Gelar Pesamuan Budaya

Taman Nusa Gelar Pesamuan Budayainilahbali.com, Gianyar: Daya tarik budaya yang disuguhkan Taman Nusa di Banjar Blahpane Kelod Desa Sidan Kabupaten Gianyar menuai pujian dari berbagai kalangan yang pernah berkunjung ke destinasi baru ini. Tak terkecuali rombongan dari Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) yang merupakan forum kerja sama para walikota dan bupati yang kotanya memiliki warisan budaya.

“Tempat ini sangat menarik dengan menghadirkan berbagai rumah tradisional di Indonesia,” ujar Ketua Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Burhanudin di sela-sela acara Pesamuan Budaya yang terselenggara atas kerja sama JKPI dengan Taman Nusa, Sabtu (23/11).

Pesamuan Budaya yang dirangkaian dengan kegiatan World Culture Forum ini tercatat baru kali pertama digelar dan dinilai sangat positif untuk dijadikan sebagai ajang tukar-menukar informasi. Pasalnya, visi dan misi antar kedua lembaga ini tidakjauh berbeda yakni untuk konservasi dan pengembangan perkotaan secara berkelanjutan. Sementara Taman Nusa adalah taman wisata pendidikan yang menawarkan informasi budaya Indonesia.

“Kita harapkan nantinya diharapkan saling tukar informasi antara Jaringan Kota Pusaka Indonesia dan Taman Nusa,” harap Burhanudin yang juga Walikota Ternate ini.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif, Ukus Kuswara mengapresiasi keberadaan Taman Nusa yang konsepnya mirip Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta. “Konsep Taman Nusa ini sangat jelas melestarikan budaya Nusantara,” komentarnya.

Taman Nusa Gelar Pesamuan Budaya

“Konsep Taman Nusa sangat jelas memberi gambaran tentang budaya Indonesia. Sangat tepat dibangun di Bali karena Bali selamaini dikenal sebagai corongnya informasi Indonesia,” kata Ukus Kuswara, di sela acara Pesamuan Budayadi Taman Nusa.

Adanya kesamaan visi dan konsep Taman Nusa dengan Jaringan Kota Pusaka Indonesia, Kuswara menyatakan siap akan menjalin hubungan saling tukar informasi terutama yang berkaitan dengan budaya, pariwisata, pendidikan dan sekaligus aspek ekonominya.

“Dengan adanya saling tukar-menukar informasi ini, Bali and Beyond juga akan bisa cepat terkenal. Indonesia memang sangat kaya dengan potensi budayanya,” ujar Kuswara.

Sementara itu pendiri sekaligus pemilik Taman Nusa, Santoso Senangsyah mengatakan dirinya akan tetap berkomitmen untuk menjadikan Taman Nusa sebagai jendela dunia dengan mengoleksi menampilkan aneka ragam rumah tradisional di Indonesia. Rumah-rumah tradisional yang merupakan rangkaian sejarah budaya Nusantara itu ingin dia jadikan sebagai media pendidikan bagi generasi muda.

“Ini mimpi saya mendirikan Taman Nusa, dan saya berkomitmen menjadikannya sebagai jendela dunia,” ujar Santoso Senangsyah. (ana)

Nusa Dua Fiesta 2013

Meriah, Pembukaan Nusa Dua Fiesta ke-16

 

Nusa Dua Fiesta 2013

inilahbali.com, Nusa Dua: Meriah! Itulah kesan acara pembukaan Nusa Dua Fiesta ke-16, Jumat (15/11) malam di areal Pulau Peninsula Nusa Dua. Pembukaan ditandai dengan membunyikan alat musik rebab dan fireworks serta pesta kembang api, yang dilanjutkan pementasan tarian kolosal Bali.

Sebelum dibuka, didahului dengan pawai dari masing-masing perwakilan hotel yang ada di kawasan Bali Tourism Development Coorporation (BTDC), bergerak dari depan the Bay Nusa Dua dan berakhir di titik acara pembukaan Pulau Peninsula. Materi pawai yang ditampilkan rata-rata lebih menonjolkan pada tema budaya tradisional Bali, mirip pada pawai Pesta Kesenian Bali.

Iring-iringan pawai ini cukup menyedot perhatian masyarakat pengunjung yang tampak antusias menyaksikannya, tak hanya masyarakat lokal tapi juga wisatawan mancanegara. “Good, good,” komentar seorang bule usai membidikkan kameranya ke salah satu peserta pawai.

Nusa Dua Fiesta yang dijadualkan akan berlangsung lima hari ini, tidak hanya menampilkan kesenian Bali, tapi juga kesenian modern luar negeri. Seperti penampilan Jim Larkins and Band (Blues and American Soul Music). Jim Larkins yang kelahiran San Fransisco ini telah menjadi duta internasional music aliran Blues, R & B dan Soul.

Seni kolosal yang ditampilkan pada malam pembukaan berkisah tentang peperangan dalam cerita Baratayudha. Arjuna dikisahkan sedih lantaran harus menghadapi para saudaranya, paman, kakek serta gurunya di medan laga, meski demi menegakkan kebenaran.

Mengetahui kesedihan Arjuna, Kresna memberi wejangan agar Arjuna selalu taat menjalankan kewajiban sebagai ksatria. Mendengar nasihat itu, Arjuna pun bangkit untuk memerangi keangkuhan, kesombongan dan kejahatan pada musuhnya.

Usai pembukaan, Kepala badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Gde Pitana saat diminta komentarnya terkait pelaksanaan Nusa Dua Fiesta, menilai ajang Nusa Dua Fiesta sukses karena terbukti sudah terlaksana secara kontinyu hingga tahun ke-16.

Menurut Pitana, tak banyak even promosi yang bisa berlangsung lebih dari 10 kali. Tapi NDF mampu membuktikan sudah memasuki tahun ke-16. “Ini bukti pelaksanaan NDF oleh BTDC sukses,” ujar Pitana.

Dikatakan, NDF sebagai sebuah even promosi bukan hanya sekedar promosi. Namun even NDF ini juga mengemas dalam sebuah pertemuan bisnis. “NDF merupakan even yang sangat bagus untuk sebuah even promosi. Suatu even bukan hanya dilihat pada saat even, namun seberapa even tersebut dilaksanakan secara konsisten dan memberikan dampak pada pariwisata,” jelas Pitana.

Lanjut Pitana menyebutkan ada tiga indikator suatu even bisa dikatakan sukses, pertama memiliki karakter yang jelas, terlaksana secara berkesinambungan, dan jadual pelaksanaannya selalu tepat waktu.

Sementara itu, Direktur Utama PT BTDC, Ida Bagus Wirajaya mengatakan bagaimanapun juga, promosi suatu destinasi atau kawasan wisata tetap harus dilakukan meski citranya sudah bagus. Dan event Nusa Dua Fiesta ini dinilai tepat sebagai ajang promosi baik di dalam negeri maupun di mancanegara.

“Jadi, unsur promosi itu tetap perlu dilakukan untuk kawasan Nusa Dua,” ujar Ida Bagus Wirajaya. (ana)

 

Urban Outing Class

‘Urban Outing Farming’ di Denpasar Libatkan Siswa SMP

inilahbali.com, Denpasar: Salah satu dampak tingginya urbanisasi di Kota Denpasar adalah makin menyempitnya lahan pertanian. Akibatnya produk-produk yang bisa langsung bisa dinikmati langsung pun dalam kehidupan sehari-hari pun juga terbatas.

Kondisi ini mendorong Pemkot Denpasar untuk menggelar gerakan ‘Urban Outing Farming’. Yakni upaya semaksimal mungkin dalam memanfaatkan lahan yang terbatas dengan menanam bahan pahan untuk konsumsi sendiri.

Melalui tema gerakan tersebut, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM Pemdes) bersama Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar menggelar outing class yang mencoba menyosialisasikan dan merekonstruksi pemikiran khusunya generasi muda agar dapat menciptakan ketahan pangan masyarakat khususnya bagi keluarga. Acara outing class dilaksanakan Sabtu (12/10) di Banjar Cengkilung dengan melibatkan siswa SMPN 12 dan SMAN 8 Denpasar.

Kepala BPM Pemdes Kota Denpasar, Made Mertajaya mengatakan acara outing class ini sebagai upaya Pemkot Denpasar dengan slogan “Generation vegetable gardening is fun” untuk mengajak generasi muda kota secara bersama-sama memiliki tanggung jawab terhadap dinamika kota khusunya dalam hal ketahanan pangan.

Menurut Mertajaya, kegiatan berkebun dalam lahan yang terbatas akan menjadi kegiatan yang menyenangkan, dan hasil akhirnya diharapkan masing-masing rumah keluarga akan menjadi agen perubahan dalam hal urban farming sesuai semangat Hijau Kotaku Rumahku.

Kondisi akan menjadi tantangan ke depan Pemerintah Kota Denpasar untuk meningatkan pengetahuan dan ketrampilan khusunya kepada para siswa sebagai agen perubahan untuk dapat memaksimalkan potensi lahan pekarangan yang memiliki fungsi seperti menghasilkan beraneka ragam bahan pangan, sumber daya yang dapat memberikan sumbangan ekonomi yang berarti bagi kehidupan rumah tangga, serta manfaat ekologis yang sangat dibutuhkan sebagai akibat perubahan cuaca dan iklim.

“Seperti PKK Banjar Cengkilung yang telah mampu melaksanakan urban farming di masing-masing rumah tangga dengan menanam tomat, terong, dan sayur-sayuran yang berdampak pada pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari,” ujar Mertajaya sembari mengatakan kegiatan ini juga serangkaian peringatan Hari Pangan se-Dunia yang akan dilaksakan di Desa Budaya Kertalangu pada Novermber mendatang.

Sebelum melakukan outing class, para siswa juga diberikan pemahaman terkait urban farming oleh IGAN Anggreni dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar. Berkebun, kata dia, merupakan kegiatan yang mengasyikkan, apalagi pelajaran berkebun dulunya sangat dimintai para siswa.

Namun kondisinya kini jauh berbeda. Keterbatasan lahan membuat kegiatan berkebun semakin sulit ditemukan. Melalui gerakan urban farming para siswa dapat menanam bahan pangan sendiri seperti sayur-sayuran sehingga nantinya dapat dikonsumsi sendiri.

Walaupuan dengan lahan terbatas, para siswa dapat melakukan cara-cara kreatif untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman pangan selama ada udara dan cahaya matahari, tanaman pasti dapat tumbuh.

“Saya berharap kegiatan urban farming ini dapat menjadi pembelajaran di sekolah dengan mengguankan bahan bekas seperti tong sampah bekas dan bahan lainnya yang dimanfaatkan untuk menanam tanaman pangan,” ujar Anggreni. (der)

Lomba ‘Bapang Barong’ di Denpasar

Baronginilahbali.com, Denpasar: Pemkot Denpasar melalui Dinas Kebudayaan menggelar acara ‘Lomba Bapang Barong’ di lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung, Sabtu (12/10). Acara yang terbuka untuk umum ini berlangsung meriah yang menyedot perhatian masyarakat.

Lomba ini tidaklah mudah dilakukan. Terbukti salah seorang peserta jatuh sempoyongan usai mapang barong yang beratnya sekitar 75 kg hingga 90 kg.

Seperti yang dikatakan budayawan Prof Wayan Dibia, bahwa mapang barong tidklah gampang. Menurut guru besar di Institut Seni Indonesia Denpasar ini, diperlukan teknik dasar menari yang baik di samping syarat fisik harus kuat.

“Mapang barong itu diperlukan teknik dasar menari di samping juga didukung fisik yang kuat,” papar Dibia.

Dalam lomba tersebut, 11 orang dari 21 peserta yang ambil bagian bergiliran menunjukkan kebolehannya di hadapan para juri, pengamat maupun masyarakat penonton. Barong yang memiliki bobot antara 75 kg hingga 90 kg mampu dimainkan dengan lincah oleh beberapa penari bapang.

Masing-masing penari bapang barong diwajibkan melakukan gerakan bapang sesuai durasi waktu yang ditentukan dan ditambah kreativitasnya. Unsur-unsur yang dinilai meliputi gerakan, kreativitas, dinamisasi, tempo, penguasaan panggung, penjiwaan dan lain-lain.

Para peserta pun secara bergantian melakoninya dengan diiringi penabuh dari Sekeha Gong “Tirta Udiyana Sari” Sanur Denpasar Selatan dan Sekeha Gong “Pura Jurit” Pagan Klod Denpasar Timur.

Kepala Dinas Kebudayaan Denpasar, Made Mudra mengatakan, digelarnya lomba bapang barong kali ini bertujuan untuk menggali, melestarikan sekaligus mengembangkan seni bapang barong di kalangan generasi muda. Di samping itu juga sebagai upaya untuk mendukung Denpasar sebagai Kota Kreatif Berbasis Budaya Unggulan.

Pada lomba itu, selain hadir pengamat juga sejumlah juri antara lain Prof Wayan Dibia, Komang Astita, Gusti Ngurah Artha, Surya Negara, Muliana, Arini, Gusti Ngurah padang dan lainnya. (der)

Sisi Lain Bocah Bali: Berjuang Jualan Keliling

Sisi Lain Bocah Baliinilahbali.com, Denpasar: “Saya tak sekolah karena tak bisa membayar uang awal Rp300 ribu. Saya suka sekolah, tapi sekarang saya harus berjualan agar dapat uang.”

Kalimat itu memang tak asli diucapkan bocah yang mengaku bernama Made Widiada,12, melainkan dalam bahasa Bali, ketika inilahbali.com mengajak ngobrol di salah satu stage Art Centre Taman Budaya Denpasar, Kamis (10/10) siang.

Anak asal Desa Songan (B) Kintamami Kabupaten Bangli ini terlihat tegar meski badannya agak kurus. Dia begitu kuat mengusung dagangannya yang ditaruh dalam nampan ukuran cukup besar. Berat dagangannya sekitar 25-30 kg.

Yang dijual aneka makanan tradisional seperti ketela rebus, jagung rebus, pisang rebus, semangka iris, melon, papaya, cendol, dan penganan tradisional lainnya. Rata-rata dikemas dalam plastik dengan harga berkisar Rp1.000.

“Kalau laku semua, saya dapat Rp30 ribu, tapi kalau tak habis cuma dapat Rp20 ribu sehari,” cerita Made Widiada yang mengaku lulus SD beberapa bulan lalu.

Semua barang dagangannya, kata Made, disiapkan dari seseorang yang dia sebut ‘bos’ sekaligus menampungnya di rumahnya di kawasan Jalan Noja Denpasar. Seusianya, selain Made masih ada dua temannya lagi yang diajak tinggal satu kamar di rumah ‘bos’ nya itu, dan semuanya dari Kintamani.

Dari upah harian yang dia peroleh, dia gunakan untuk biaya hidup di luar biaya sewa rumah karena sudah ditanggung bos-nya. Kadang, dia bisa menabung, kadang diakuinya habis dipakai belanja. “Saya nabung pakai celengan,” akunya polos.

Saat ditanya, pilih mana, lebih suka jualan atau sekolah? Made sesaat terdiam, lalu berujar pelan tapi pasti, “Sekolah, saya senang sekolah.” Pandangannya sempat menerawang dan sempat terlihat sedih.

Dia pun mengaku tak bisa sekolah di SMP lantaran tak mampu membayar Rp300 ribu pada awal tahun. “Waktu itu harus bayar Rp300 ribu, tapi saya tak punya uang,” ujarnya lirih.
Lantaran di kampungnya tidak juga ada yang dikerjakan, dia pun akhirnya ikut ketika ada tawaran untuk diajak jualan di Denpasar.

“Jadi saya baru sekitar sebulan berjualan ini,” aku anak ke-6 dari 12 (tapi 2 meninggal) saudara ini. Kedua orang tua Made menggarap tegalan di kampungnya di Desa Songan (B) di Kintamani.

Saat inilahbali.com mencoba mengambil gambarnya, tiba-tiba seseorang berteriak sembari mendekat. “Nah, yang mode-model seperti ini memang perlu dikorankan,” ujar orang itu ketika sudah berdiri di hadapan Made.

Pria paruh baya ini pun membeli beberapa bungkus dagangannya, dan bahkan dengan ikhlas memberi uang tambahan. “Kasihan anak sekecil ini sudah harus berjuang mencari uang,” celetuk lelaki berbadan gempal ini. (ana)