Monthly Archives: September 2013

Wow.. Bali Kembali Dinobatkan Destinasi Terbaik

Bali Kembali Dinobatkan Terbaik di Duniainilahbali.com, Denpasar: Lagi-lagi Bali kembali dinobatkan sebagai destinasi wisata terbaik (Island Destination Of The Year) dalam ajang China Travel & Meeting Industry Awards 2013. Penghargaan diraih setelah Bali memperoleh nilai tertinggi dari dewan juri yang beranggotakan para pakar dan pengamat industri pariwisata di China dan diperkuat hasil voting online masyarakat China melalui website majalah tersebut.

Dalam hasil voting, Bali mengungguli dua kandidat lainnya yaitu Tahiti dan Mauritius. Penghargaan untuk Bali diterima oleh Dubes RI di Beijing, 4 September 2013. Informasi ini disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika melalui Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali Drs. I Ketut Teneng,SP,M.Si, Jumat (27/9).

Gubernur Mangku Pastika menyambut positif dan berterima kasih kepada masyarakat China yang menjatuhkan pilihan pada Pulau Dewata dalam ajang bergengsi tersebut. Penghargaan ini dipandang sebagai salah satu wujud pengakuan masyarakat internasional terhadap Bali yang berhasil mengelola industri pariwisata dan MICE (Meetings, Incentives, Conference and Exhibition) kelas dunia dengan sangat baik. Selain itu, keramahtamahan dan adat istiadat masyarakatnya menjadi daya tarik tersendiri yang sayang untuk dilewatkan.

Lebih lanjut Ketut Teneng mengurai, masyarakat Bali pantas berbangga atas diraihnya penghargaan tersebut. Kata Teneng, penghargaan ini sebagai wujud pengakuan masyarakat internasional terhadap Pulau Bali sebagai destinasi pariwisata dunia.

Namun hal ini jangan lantas membuat masyarakat Bali terlena dan lantas berdiam diri. Dia mengingatkan, tantangan yang akan dihadapi ke depan akan semakin kompleks. “Destinasi lain terus berlomba dan berbenah untuk menjadi yang terbaik, kita tak boleh diam,” imbuhnya.
Penghargaan ini harus menjadi spirit bagi Bali untuk terus berbenah dan meningkatkan kualitas sektor pariwisatanya. Lebih dari itu, Bali diharapkan mampu mempertahankan rasa aman, nyaman, sopan santun serta pelestarian adat dan budaya sehingga tetap tampil terdepan di kancah internasional.

Sekedar catatan, China Travel & Meetings Industry Awards 2013 merupakan kegiatan tahunan yang telah diselenggarakan sejak tahun 2002 oleh majalah pariwisata terkenal Tiongkok Travelweekly. Penghargaan dibagi dalam enam kategori yaitu perhotelan, daerah tujuan wisata, penerbangan dan penyewaan perjalanan mewah (luxury travel) dan pilihan editor.

Selain Pulau Bali, sejumlah tempat atau institusi di industri pariwisata dan MICE yang berhasil meraih penghargaan dalam ajang tersebut antara lain Le Royal Meridien Shanghai (Business Hotel of The Year), Afrika Selatan (Luxury MICE Destination of The Year), Australia (Golf Destination of The Year), Etihad (Airline of The Year First Class), Hongkong (Meeting & Incentive City of The Year (Mainland China).

Inilah 3 Alasan Bali Inginkan Otsus Asimetris

Otsus Asimetrisinilahbali.com, Denpasar: Aspirasi Bali untuk mendapatkan hak otonomi khusus belumlah pudar. Hanya saja, otsus yang diperjuangkan Bali bukanlah yang berlaku seperti di Nangro Aceh Darusalam ataupun yang di Papua, melainkan yang lebih dikenal dengan Otonomi Khusus Asimetris .

Inilah yang ditegaskan Gubernur Made Mangku Pastika saat menerima audiensi dari Riris Katharina, S.Sos, M.Si anggota Peneliti Politik Dalam Negeri dari Pusat Pengkajian Pengelolaan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI hari Kamis, (26/9).

Apa itu otsus asimetris? Menurut mantan Kapolda bali ini, otsus asimetris dimaksudkan suatu otonomi daerah dimana hanya ada beberapa hal tertentu yang perlu mendapat perhatian khusus. Dalam hal ini provinsi memiliki peran dan kewenangan yang lebih besar dalam beberapa hal seperti tata ruang wilayah dan perencanaan pembangunan. Tujuan audiensi ini adalah dalam rangka penelitian dengan tema “Relevansi Otonomi Khusus dalam Konteks Negara Kesatuan”.

Gubernur pun memaparkan 3 hal yang mendorong Bali memperjuangkan Otonomi Khusus. Pertama, Bali memiliki keunikan dalam adat budaya dan agama. Di desa-desa di Bali ada 2 sistem pemerintahan yaitu Desa Pekraman yang jumlahnya 1.480 dan Desa Dinas yang jumlahnya 706. Desa-desa Pekraman ini memiliki kewenangan dan otonomi yang sangat kuat di dalam mengatur wilayahnya sendiri.

“Mereka memiliki peraturan sendiri dan sistem keamanan sendiri. Hal ini merupakan warisan leluhur yang sudah mengakar secara turun temurun yang sekaligus juga menjadi salah satu daya tarik pariwisata. Disamping itu di Bali juga ada Subak suatu sistem pengairan tradisional yang sudah diakui di seluruh dunia dan menjadi salah satu warisan budaya dunia,” demikian urainya.

Kedua, Bali sangat kecil, diperlukan suatu sistem “One Island Management System” sehingga Bali tidak terkapling-kapling dan pembangunan bisa lebih merata. Dan, ketiga, Bali tidak memiliki sumber daya alam sehingga Bali tidak mendapatkan dana bagi hasil seperti daerah-daerah lain di Indonesia. Dengan kondisi ini diharapkan pemerintah pusat dapat memberikan dana perimbangan yang lebih adil kepada Bali, dari devisa yang sudah di kontribusikan Bali kepada pusat melaui pariwisata, tambahnya.

Dana perimbangan tersebut akan dipakai untuk melestarikan adat, budaya yang ada di Bali sehingga Bali sebagai Destinasi Pariwisata akan tetapi menjadi penyumbang devisa kepada negara. Bali Butuh dana yang cukup besar untuk itu agar masyarakat pelaku budaya tersebut tidak tereksploitasi dan meninggalkan pekerjaannnya karena pengaruh lingkungan.

Dengan adanya undang-undang Otonomi Khusus ini, pemerintah provinsi bali diharapkan memiliki kewenangan yang kuat untuk bisa mengatur pembangunan di Bali termasuk pengaturan tata ruang termasuk yang ada di kabupaten.

Dengan pengaturan tata ruang yang baik diharapkan bisa dibuat pemerataan pembangunan terutama di kabupaten yang memiliki PAD yang rendah, sehingga kesejahteraan masyarakat bisa cepat tercapai. Pastika juga sangat yakin bahwa para bupati/wali kota akan setuju dengan ide Otonomi Khusus ini, karena pemerintah provinsi tidak akan mengambil wewenang yang sudah dimiliki tetapi justru akan membantu kabupaten/kota dalam mempercepat pembangunan di daerahnya.

Mangku Pastika juga sangat tegas menyatakan bahwa otonomi Bali tidak akan merusak NKRI, justru dari penelitian Lemhanas Bali mendapat peringkat pertama dalam ketahanan nasional. Bagi Mangku Pastika, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika adalah harga mati yang tidak boleh diganggu gugat. “Bali akan tetap menjadi bagian NKRI,” pungkas Pastika.

Sebelumnya ada sejumlah pertanyaan dari tim peneliti kepada Gubernur menyangkut masalah Otonomi Khusus antara lain, faktor apa yang mendorong Bali memperjuangkan Otonomi Khusus, bagaimana pelaksanaan UU No 32 tahun 2004 di Bali, bagaimana dengan dukungan para bupati, apa yang menjadi tuntutan Bali dari Otonomi khusus itu sendiri dan bagaimana hubungan Otonomi Khusus dengan konsep negara NKRI. (der)

Workshop KTR: Merokok tak Dilarang tapi Diatur

Workshop KTRinilahbali.com, Jembrana: Meski Provinsi Bali telah memberlakukan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR), namun tampaknya Perda tersebut dirasa belum terimplementasikan dengan efektif. Berbagai komponen masyarakat dan lembaga pemerintah pun telah banyak yang berbuat untuk menyosialisasikan Perda ini, tak terkecuali Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Bali.

Masih terkait hal itu, Jumat (27/9), LPA Provinsi Bali menyelenggarakan workshop Peningkatan Peran MMDP (Majelis Madya Desa Pekraman) dan Lembaga Keagamaan dalam Pengembangan Perda KTR dengan melibatkan seluruh Bendesa Pekraman di Jembrana termasuk anggota Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) di aula Amerta Hotel Jimbarwana Kabupaten Jembrana.

Dalam workshop sehari tersebut, sekretaris LPA Bali, Titik mengungkapkan Perda Bali tentang KTR oleh Pemkab Jembrana telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2013. Perda KTR, menurut Titik, sesungguhnya tidak bermaksud untuk melarang orang merokok tetapi Perda tersebut hanya untuk mengatur masyarakat terutama para perokok dan intinya adalah untuk melindungi perokok pasif. LPA dalam hal ini ingin juga memberikan perlindungan kepada anak-anak dari dampak negatif rokok. “ Perda maupun Perbup tidak melarang orang merokok tetapi hanya mengatur perokok “ kata Titik.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Universitas Udayana tahun 2012, bahwa 50 % perokok berasal dari masyarakat yang berpenghasilan di bawah UMR (Upah Minimum Regional). Ia juga mengharapkan Perda Bali No. 10 Tahun 2011 yang saat ini baru ditindaklanjuti dengan Perbup di Jembrana perlu segera ditindaklanjuti dengan Perda Kabupaten. “Hasil survei yang kami lakukan, 75 % masyarakat Jembrana setuju KTR di Perdakan, “ ujar Titik.

Sementara itu Bupati Jembrana I Putu Artha saat membuka workshop menyebutkan, tidak mudah untuk memberhentikan seseorang yang suka merokok. Itu semua perlu proses dan kesadaran. Meski begitu, Bupati Artha meminta para bendesa pekraman termasuk tokoh agama yang lain untuk mentaati Perda dan Perbup yang sudah diberlakukan. Artha mencontohkan larangan merokok di pura supaya disampaikan oleh bendesa.

“Sebisa mungkin pengaturan kawasan tanpa rokok juga masuk ke dalam awig-awig, “ kata Bupati Artha. Selain itu Bupati Artha menyindir perokok, “Di iklan-iklan sudah terpampang tulisan akibat buruk merokok, tetapi karena asap rokok, tulisan tersebut tidak terbaca“. Artha berharap dengan workshop yang melibatkan tokoh-tokoh agama dan adat, akibat buruk dari rokok dapat ditekan. (huj)

Pasien Sering Antre, RSUD Buleleng Siap Layanan ‘Prisma’

RSUD Bulelenginilahbali.com, Buleleng: Sebagai rumah sakit kelas B, RSUD Kabupaten Buleleng terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kwantitas pada sisi pelayanan, sarana prasarana serta SDM. Dengan motto Prisma (Peduli, Responsif, Integritas, Sentuhan, Mudah dan Aman), selalu diterapkan dalam memberikan pelayanan.

Demikian disampaikan Direktur RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana, M.Kes saat diwawancarai Tim Kominfo Buleleng di ruang kerjanya (24/9).

Dokter yang mempunyai hobi olahraga dan membaca ini juga tidak menyangkal sampai saat ini sering terjadi antrean panjang pasien yang berobat setiap harinya, karena terdapat sekitar 400 orang lebih pasien rawat jalan yang dilayani setiap hari.

“Saya sering mengecek ke tempat-tempat pelayanan baik itu loket, poli, dan juga di apotek. Petugas sudah bekerja secara maksimal untuk memberikan pelayanan terbaik. Mereka itu cepat dan sigap, sampai-sampai untuk berbicara dengan teman sebelahnya saja tidak sempat, apalagi untuk santai-santai,” tuturnya.

Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan penambahan loket dan petugas. Saat ini juga sedang dikerjakan pembangunan ruang perawatan kelas III. Terkait keluhan masyarakat tentang dokter yang sering datang terlambat, Gede Wiartana mengatakan bahwa saat ini RSUD Kab. Buleleng masih kekurangan tenaga medis baik itu dokter umum maupun dokter spesialis, disamping juga ruang perawatan yang masih kurang.

RSUD Kabupaten Buleleng yang beralamat di Jl. Ngurah Rai No. 30 Singaraja, saat ini sudah dilengkapi dengan IBS (Instalasi Bedah Sentral), yang setiap harinya bisa melayani 10-15 orang pasien operasi. Didampingi Wakil Direktur Pelayanan dr. I Komang Gunawan Landra, Sp. Kj dan Kepala Bagian PPI Hari Sujadi, S.Kep.Ns, Gede Wiartana juga berharap kepada pasien yang berkunjung agar senantiasa bersabar serta mengikuti peraturan yang berlaku di RSUD Buleleng agar pelayanan prima yang diharapkan bersama bisa tercapai. (tim)

Kursi Singgasana Wiss World Dibuat Perajin Bangli

Singgasana Miss Worldinilahbali.com, Bangli: Ajang Miss World 2013 atau Pemilihan Ratu Sejagat yang digelar di Bali memberi arti tersendiri bagi A.A Gede Adi Semara. Betapa tidak, pengrajin asal Puri Dencarik Bangli ini mendapat kesempatan membuat kursi singgasana yang akan dipakai bagi ‘sang jawara’ dalam malam grand final Miss World 2013, yang dijadualkan berlangsung Sabtu, 28 september 2013 di Nusa Dua Bali.

Ditemui di bengkel kerjanya yang beralamat di LC Uma Bukal Bangli, Kamis (26/9), Adi Semara mengatakan, kursi singgasana yang akan diduduki pememang miss world dibuat sedemikian megah dengan memadukan tiga ornamen, yakni ornamen Bali, Jawa dan Irian.

Selain itu, pada bagian depan dihiasi dengan ukiran dua ekor angsa yang merupakan kendaraan Dewi Saraswati. Dengan harapan pemenang Miss Wold nantinya merupakan sosok yang bijaksana, cerdas dan berwawasan luas seperti Dewi Saraswati yang dalam keyakinan umat Hindu sebagai Dewi Pengetahuan.

Menurut Adi Semara, singgasana dengan tinggi satu meter, lebar sekitar setengah meter dan panjang satu meter serta berat mencapai 60 kg tersebut, ia kerjakan hanya dalam kurun waktu lima hari bersama sembilan pekerja lainnya. Ia mengaku proses pembuatan singasana tidak terlalu rumit karena pekerjaan seperti ini sudah ia lakoni belasan tahun. Untuk mempercantik tampilan, singasana ini dibaluti dengan warna putih dikombinasikan dengan warna keemasan.

Selain dipercaya membuat kursi singgasana, Adi Semara juga dipercaya membuat podium yang juga akan dipergunakan dalam grand final Miss World.

“Kita berharap pemenang Miss World nantinya adalah wanita cerdas, bijaksana dan berwawasan luas sehingga mampu mewakili sosok angsa dalam singgasana,” harapnya. (hba)

Tol ‘Bali Mandara’ Adopsi Konsep Green, Strong and Beautiful

Tol diresmikan SBYinilahbali.com, Badung: Jalan tol di Bali yang diberi nama ‘Bali Mandara’ itu akhirnya rampung sesuai rencana. Tol ini pun tercatat yang pertama dibangun di atas perairan yang mengubungkan Nusa Dua-pelabuhan Benoa dan bandara Ngurah Rai. Setelah diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Senin (23/9), tol ini pun digratiskan kepada masyarakat selama seminggu.

Menurut Presiden Yudhoyono, jalan tol Bali Mandara ini sangat bersejarah bagi Bangsa Indonesia, karena pembangunannya murni dari karya anak bangsa. “Setelah 68 tahun akhirnya bangsa Indonesia bisa menghasilkan karya monumental,” ujar Yudhoyono bangga.
Presiden berharap jalan tol Bali Mandara dan perluasan bandara Ngurah Rai yang sebentar lagi akan rampung mampu memacu pertumbuhan ekonomi khususnya bagi masyarakat Bali dan daerah lainnya. Dengan pembangunan fasilitas ini sebagai pintu masuk (koridor) V MP3EI, kawasan Bali dan Nusa Tenggara dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah lainnya.

Sementara Gubernur Made Mangku Pastika berharap dengan beroperasinya jalan tol sepanjang 12,7 km iyu nantinya dapat mengurai kemacetan khususnya kawasan Denpasar-Nusa Dua yang selama ini sangat krodit, di samping juga sebagai fasilitas penunjang kegiatan kepariwisataan dan sekaligus sebagai fasilitas pendungkung dalam rangka KTT APEC yang akan berlangsung mulai awal Oktober tahun ini.
Pastika juga mengungkapkan bahwa jalan tol pertama di atas perairan di Indonesia ini merupakan jalan tol yang sangat indah, karena dari awal pembangunannya mengadopsi konsep green, strong and beautiful.

“Tol ini saya yakin akan menjadi salah satu destinasi baru di kawasan Bali selatan karena dari atas jalan bisa melihat sun set, pemandangan hutan mangrove yang sangat hijau dan pemandangan aktivitas nelayan di malam hari, sangat indah,” ujar mantan Kapolda Bali ini.

Usai peresmian, presiden beserta ibu negara Ani Yudhoyono mencoba e-Tol dan langsung berkendara di tol dengan diikuti sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Gubernur Bali dan Ny. Ayu Pastika, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta dan Ny. Dayu Sudikerta serta undangan lainnya.
Setelah masa pemakaian gratis habis, selanjutnya tol Bali Mandara menetapkan tarif Rp10 ribu untuk golongan I roda empat (sedan, minibus dan sejenisnya), dan golongan IV sepeda motor Rp 4.000. (der)

Ani Yudhoyono Tinjau Kesiapan Bali Safari Jelang KTT APEC

Pastika dampingi Bu Ani inilahbali.com, Gianyar: Ny. Ayu Pastika mendampingi Ny. Ani Yudhoyono, melakukan inspeksi ke Bali Safari and Marine Park, Selasa, (24/9). Inspeksi tersebut dilaksanakan dalam rangka persiapan kunjungan peserta spouse program di sela-sela kegiatan APEC yang dijadualkan pada 7 – 8 Oktober 2013.

Dalam kunjungan tersebut dilakukan pengecekan terhadap kesiapan dalam menyambut kedatangan peserta dari istri-istri kepala negara yang berasal dari 31 negara yang hadir dalam KTT APEC. Pengecekan meliputi kesiapan fasilitas, atraksi budaya, atraksi binatang, dan pertunjukan Bali Agung Show.

Usai melakukan inspeksi, dilanjutkan dengan makan siang yang dihadiri oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mary Elka Pagestu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika, Bupati Gianyar, Anak Agung Berata, dan Pangdam Udayana, Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya.(der)

‘Sanur Village Festival’ Revitalisasi Destinasi Sanur

Pembukaan SVFinilahbali.com, Denpasar: Sanur Village Festival (SVF) tahun 2013 ini sudah memasuki tahun kedelapan. Event yang senantiasa disambut hangat kalangan wisatawan mancanegara maupun warga lokal Sanur ini dibuka Walikota Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Selasa (249).

Acara pembukaan yang ditandai dengan penancapan ‘kayonan’ ini juga dihadiri mantan menteri pariwisata Gde Ardika, Ketua PHRI Bali, Cokorda Oka Atha Ardana Sukawati dan sejumlah pejabat serta tokoh masyarakat.

“Saya memberikan apresiasi dari sewindu (8 tahun) pelaksanaan SVF sebagai komitmen dan konsistensi dalam merevitalisasi kepariwisataan Sanur sebagai produk kreatif dengan pemikiran The New Spirit of Heritage,” ujar Walikota Rai Mantra.

Bagi orang nomor satu di Pemkot Denpasar ini, SVF VIII ini tidak hanya dinilai sebagai potensi pariwisata yang ditempatkan sebagai subjek, namun juga “The New Spirit of Heritage” yang selalu menjaga kebudayaan di Desa Sanur.

Rai Mantra mengatakan, gelaran SVF ini tidak hanya ditunggu oleh wisatawan mancanegara, namun juga sangat ditunggu masyarakat Sanur. Hal ini sangat penting karena masyarakat Sanur yang langsung terlibat dalam pelaksanaan dan juga penguatan serta pengembangan Sanur sebagai kawasan destinasi wisata di Kota Denpasar dan Bali.

Saat ini Sanur telah ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ini artinya destinasi, perilaku dan karakteristik masyarakat perlu ada improvisasi serta terus melakukan sosialisasi branding Sanur *Morning Of The World*.

“Tata kawasan ini menjadi suatu destinasi yang layak dan baik dari konsep pemikiran masyarakat itu sendiri, tidak saja dari pemerintah yang mengatur namun dari masyarakat seperti SVF yang merupakan ide dari masyarakat,” ujar Rai Mantra.

Ketua Yayasan Pembangunan Sanur, Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan kegiatan ini telah memberikan manfaat nyata bagi kepariwisataan Sanur dan mendorong inovasi, kreasi, dan prakarsa di segala aktivitas keseharian masyarakat Sanur.

Di samping itu, sewindu SVF semakin memperkokoh peran masyarakat terhadap upaya promosi pariwisata secara mandiri dengan mendorong seluruh potensi mulai dari seni budaya, sport, lingkungan, hingga keterlibatan industri kreatif yang ada.

SVF VIII yang mengangkat tema “Segara Giri” diharapkan mampu memberikan roh festival yang tetap berpijak di bumi dengan keinginan setinggi langit untuk mewujudkan Sanur yang tetap lestari, damai, dan terjaga lingkungannya. Ajang festival ini sesuai rencana akan berlangsung hingga Sabtu (28/9).
(ana)

Ibu PKK Denpasar Dilatih Membuat “Banten”

Pelatihan Banteninilahbali.com, Denpasar: Bagi umat Hindu khususnya di Bali, ‘banten’ merupakan sarana utama yang menyertai setiap kegiatan keagamaan maupun setiap upacara (yadnya). Banten banyak mengandung makna dan filosofi yang dalam sehingga banten disakralkan dan diupayakan kelestariannya.

Demikian dikatakan Sukerti, salah seorang pakar banten dari Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar saat memberikan pelatihan membuat canang sari dan kewangen kepada kaum ibu PKK di lingkungan Banjar Tulangampiang Denpasar Utara, Minggu (22/9). Hadir pada acara itu Ketua WHDI Kecamatan Denpasar Utara, Nyonya Made Lodra, Kelian adat Br. Tulangampiang, Nasib Arnawa dan parajuru banjar setempat.

Menurut Nyonya Made Lodra, tujuan pelatihan ini adalah dalam rangka untuk membentuk keder-kader banten atau tukang banten di wilayah Kecamatan Denpasar Utara.

“Saat ini yang mengerti tentang bebantenan kebanyakan dari kalangan pengelingsir atau orang tua. Sedangkan generasi muda banyak yang kurang paham apalagi menyangkut makna dan arti banten itu sendiri,” paparnya.

Dengan adanya program pelatihan membuat banten ini nantinya diharapkan peserta yang telah mengikuti pelatihan dapat menularkan kemampuannya kepada keluarga di lingkungan tempat tinggal atau masyarakat lainnya.

Sukerti mengatakan, saat ini banyak masyarakat dalam membuat banten lebih berdasarkan pada rasa saja dan kurang memperhatikan sisi aturan yang bersumber pada sastra. Akibatnya terkesan banten asal buat dan bahkan terkesan ngabehin alias berlebihan yang sebenarnya tak perlu menjadi ada yang pada gilirannya banyak pengeluaran biaya karena tidak efektif.

Pada dasarnya banten itu adalah lambang dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, manusia, dan alam itu sendiri. Oleh karena itu, lanjut Sukerti, banten menjadi alat bantu atau sarana bagi umat Hindu dalam mewujudkan keinginan, bhakti dan cinta kasihnya kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.

Dalam pelatihan itu Sukerti mencontohkan bagaimana cara membuat banten seperti canang sari dan kewangen. Dalam pembuatannya tidak hanya memperhatikan keindahan namun penataan warna harus sesuai dengan pengider-ider.

“Selama ini masyarakat hanya memperhatikan keindahan canang semata namun tidak seuai dengan pengider-ider atau Ista Dewata terutama dalam menata bunga pada canang sari,” pungkas pakar banten ini. (der)