Tag Archives: bali

Pasca PKB, Disusul ‘Bali Mandara Mahalango’

inilahbali.com, DENPASAR – Sepanjang 2014 ini, Taman Budaya benar-benar lebih meriah dengan gelaran seni budaya. Sebab selain ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) yang rutin setiap tahun (Juni-Juli), tahun ini juga akan digelar perhelatan seni budaya yang bertajuk ‘Bali Mandara Mahalango: Dinamika Seni Budaya Menuju Kesejahteraan, Kemajuan dan Keagungan Peradaban Bali’.

Ajang ini sebagai upaya memberdayakan kembali sekaa (kelompok seni), sanggar, yayasan seni tradisional dan modern serta memaksimalkan fungsi Taman Budaya Denpasar sebagai pusat aktivitas seni budaya sekaligus mengimplementasikan program aksi “Bali Mandara Jilid II” di bidang budaya.

“Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk kecintaan masyarakat terhadap budaya Bali yang adiluhung sekaligus memberi ruang berksenian bagi kelompok dan komunitas seni baik tradisional dan modern dengan mengoptimalkan fungsi Taman Budaya sebagai pusat kesenian dan budaya Bali,” ujar Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali, I Dewa Gede Mahendra Putra,SH Jumat (11/7/2014).

Rangkaian acara ini, lanjut Mahendra, akan dikemas dalam materi pagelaran kesenian, pelatihan tari dan tabuh, pemilihan Jegeg Bagus Bali, pameran industri kerajinan dan kuliner. Sesuai jadual, ajang ini akan digelar mulai 13 Juli hingga 13 Agustus.

Selama pagelaran sebulan penuh, Bali Mandara Mahalango ini akan melibatkan 64 sekaa/sanggar/yayasan seni untuk pelatihan tari dan tabuh dengan menampilkan berbagai bentuk kesenian, baik kesenian pelestarian dan pengembangan, kreasi baru maupun kesenian kolosal dan peragaan busana.

Rangkaian kegiatannya akan dimulai persis sehari setelah usainya PKB XXXVI, yakni pada 13 Juli hingga 13 Agustus 2014. Dengan adanya tambahan kegiatan budaya ini, berarti kesan ‘sepi’ Taman Budaya dalam kesehariannya akan berkurang. (ana)

BUMD Pemprov Bali Berpeluang Ambilalih Pembangunan Bandara Buleleng

Anak Agung Putu Ngurah Wirawan.(Foto: inilahbali.com)

Anak Agung Putu Ngurah Wirawan.(Foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, Denpasar – Rencana pembangunan bandara internasional di Kabupaten Buleleng Bali yang samapai saat ini belum belum jelas perkembangannya, bisa saja diambil alih sekaligus dipimpin Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Bali.

“Badan Usaha Milik Daerah milik Pemprov Bali bisa saja mengambil alih dengan memprakarsai pembangunan bandara di Buleleng,” kata Direktur Jakarta Marga Jaya yang juga dikenal pakar infrastruktur, Anak Agung Ngurah Putu Wirawan, di Denpasar usai pertemuan dengan jajaran SKPD Pemprov Bali di Gedung Wiswa Sabha Madya Kantor Gubernur,kamis (16/1).

Pemikiran Ngurah Wirawan yang lahir dan besar di ibu kota Jakarta ini mengambil contoh pembangunan bandara internasional di Jawa Barat yang diprakarsai dan dipimpin oleh Pemprov Jabar. Saham yang dimiliki Pemprov Jabar dalam pembangunan bandara baru ini lebih besar dibanding saham Angkasa Pura yang ikut ambil bagian dalam proyek pembangunan tersebut.

“Jadi Pemerintah Provinsi punya saham mayoritas di bandara tersebut, tidak seperti Bandara Ngurah Rai Bali, dimana sepenuhnya milik PT Angkasa Pura,” papar Ngurah Wirawan yang juga calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Dapil Bali ini.

Wirawan menganalogkan, BUMD ibaratnya tangan kanan gubernur yang perannya lebih kepada bisnis dengan mengelola aset. Karena seorang birokrat seperti gubernur takmungkin berbisnis. Dengan begitu, melalui peran BUMD inilah sangat berpeluang untuk mengelola aset,dan lewat CSR nya bisa digunakan untuk mendukung program gubernur dalam membantu masyarakat.

Menurut Wirawan yang putra sulung Irjen (purn) IGM Putera Astaman ini, pembangunan bandara baru di Buleleng diperkirakan paling tidak akan membutuhkan investasi sekitar Rp 8 triliun, dengan lama waktu pengerjaan sekitar 4 hingga 5 tahun.

“Saya yakin ini akan bisa dilakukan jika BUMD Pemprov Bali sudah terbentuk nanti. BUMD milik Pemprov Jawa barat saja sudah bisa melakukan hal itu, dan kini bandara barunya sudah hampir jadi,” papar pria yang selama ini dipercaya mengelola aset-aset milik Pemprov DKI Jakarta.

Tak hanya pembangunan bandara baru di Bali utara, BUMD milik Pemprov Bali juga bisa melakukan pembangunan jalan tol yang menghubungkan Bali selatan dan utara.

“Tapi ini memerlukan sinergi berbagai pihak di Bali. Pertama yang harus dilakukan adalah membentuk BUMD Pemprov Bali yang akan menjalankan itu semua dengan manajeman dan tenaga profesional di bidangnya,” ujar alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Pajajaran Bandung ini.

Seperti diketahui, rencana pembangunan bandara baru di Bali Utara Buleleng,ada dua lokasi yang memungkinkan yakni di wilayah Timur Kubutambahan dan di bagian barat Kecamatan Gerokgak. (ana)

Kades/Lurah se-Denpasar Lomba Pungut Sampah Plastik

Rapat Koordinasi Kades-Lurah se-Denpasar dipimpin Walikota IB Rai D. Mantra.(Foto: humas Pemkot)

Rapat Koordinasi Kades-Lurah se-Denpasar dipimpin Walikota IB Rai D. Mantra.(Foto: humas Pemkot)

inilhbali.com, Denpasar – Acara lomba yang satu ini boleh jadi cukup unik  serangkaian menyambut HUT ke-226 Kota Denpasar.  Yakni seluruh kepala desa/lurah se-Denpasar akan diliibtkan dalam lomba memungut sampah plastik.

“Untuk memeriahkan HUT Kota Denpasar kepala desa/lurah akan melakukan aksi perang terhadap sampah dengan menggelar lomba memungut sampah plastik secara serentak, serta diharapkan para kades dan lurah dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memerangi sampah,” ujar Ketua Forum Kades/Lurah se-Kota Denpasar, Ida Bagus Bima Putra, Kamis (16/1) pada rapat koordinasi HUT Kota Denpasar.

Lomba perang terhadap sampah itu akan digelar pada 16 Februari dimasing-masing desa/kelurahan secara serentak. Dengan lomba ini diharapkan Kota Denpasar nantinya benar-benar bebas sampah.
Lebih lanjut dikatakan pada pelaksanaan lomba memungut sampah nantinya para kades/lurah diharapkan nantinya Denpasar bisa bebas sampah plastik.

Menurutnya, Kades/Lurah tidak hanya memiliki tugas memberikan pelayanan kepada masyarakatat, namun juga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan seperti sosial, budaya maupun masalah kebersihan yang menjadi tantangan saat ini.

Pada 2014 yang merupakan tahun ‘kuda kayu’ ini diharapkan dapat memberikan semangat baru dalam mewujudkan pembangunan di Kota Denpasar, khusunya terkait masalah kebersihan.

“Lomba memungut sampah plastik yang dilaksnakan tahun ini intinya bagaimana mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan di Kota Denpasar,” kata Bima Putra.

Sementara Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan desa/kelurahan dalam menyambut HUT Kota Denpasar.

“Masalah kebersihan harus terus ditingkatkan dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan di Kota Denpasar,” ujar Rai Mantra. (ana)

Turun Kuota Pupuk Urea di Bali, Organik Naik


 

Inilah salah satu proses pembuatan pupuk organik di Bali. (Foto: inilahbali.com)

Inilah salah satu proses pembuatan pupuk organik di Bali. (Foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, Denpasar – Kuota pupuk urea di Bali tahun ini anjlok dibanding tahun lalu. Yakni dari 42.480 ton tahun lalu, tahun ini hanya 36.200 ton.

“Tahun ini kuota pupuk urea untuk Bali menurun dibanding tahun tahun lalu,” ujar Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Tanaman pangan Provinsi Bali, Wayan Sunarta, Senin (13/1).

Penurunan juga terjadi pada pupuk  ZA yakni dari 7.700 ton pada 2013 menjadi 6.000 ton tahun ini. Begitu juga jenis NPK dari 22.854 ton realisasi pada 2013, tahun ini jatahnya turun menjadi 19.800 ton.

“Namun turunnya kuota pupuk urea di Bali diimbangi dengan kenaikan subsidi pupuk organik,” jelas Sunarta.

Menurut Sunarta, besaran subsidi pupuk organikdari Pemprov Bali tahun ini mencapai Rp10 miliar,naik dari Rp4miliar tahun lalu. Dengan besarnya nilai subsidi ini, maka akan bisa lebih banyak menyediakan kuota pupuk organik dengan harga murah,yakni mencapai 21.600 ton.Angka ini meningkat dari realisasi tahun lalu 19.144 ton.

“Peningkatan subsidi maupun kuota pupuk organik di Bali ini sejalan dengan komitmen program Bali Mandara dalam menuju Bali sebagai provinsi organik,” terang Sunarta.

Salah seorang petani di Desa Megati Kabupaten Tabanan, Wayan Suadika mengaku tak masalah dengan kebutuhan pupuk, karena sudah beralih pada penggunaan pupuk organik, selain murah juga mudah diperoleh. (ana)

 

Museum Kain di Bali Hadirkan “Ganefo” Soekarno

Batik motif  "Ganefo" (kiri) menghiasi koleksi Museum Kain di Kuta Bali. (Foto: inilahbali.com)

Batik motif “Ganefo” (kiri) menghiasi koleksi Museum Kain di Kuta Bali. (Foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, KUTA – Satu lagi daya tarik wisata hadir menghiasi Bali, tepatnya di areal Beachwalk Kuta. Daya tarik wisata nirlaba ini boleh jadi satu-satunya yang menembus komplek mal di ‘kampung’ turis ini.

Itulah “Museum Kain”. Begitu memasuki ruang ini dari pintu depan, akan sangat terasa kesan eksotik, klasik, kreatif dan sekaligus modern dalam suasana temaram. Lokasinya, tepatnya berada di lantai tiga paviliun Alang-alang Beachwalk.

Sejumlah tampilan unik pun akan menyambut pengunjung. Mulai dari bentangan kain batik putih berbahan sutra layaknya layar. Dengan didukung proyektor, kain bagian atas itu pun tampak memunculkan warna-warni mirip pelangi yang bergerak pelan layaknya bergelombang dari kanan ke kiri.

Pada saat yang bersamaan, pengunjung pun akan segera mendengar suara samar-samar yang keluar dari lubang-lubang kecil pada tabung besi berukuran diameter sekitar 10 cm posisi tegak hampir 2 meter tingginya. Saat telinga didekatkan ke lubang-lubang yang bercahaya merah itu, suara pun makin nyaring terdengar.

“Ini sound tube, yang memperdengarkan suara analognya Ibu Obin (Josephine “Obin” Komara, pemilik Museum Kain) tentang seputar kain,” ujar Juliana Taufik, Manajer Museum Kain ketika inilahbali.com mengunjungi museum ini, Sabtu (4/1).

Tak jauh dari posisi itu, di bagian kiri, pengunjung sudah disuguhi puluhan aneka foto yang terpampang di dinding. Secara eksplisit sangat jelas subjek-subjek di dalam foto-foto menonjolkan penggunaan kain dalam kehidupan manusia. Pesan yang ingin disampaikan pun jelasbahwa bahwa betapa pentingnya fungsi dan peran kain dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia dari masa ke masa.

Kesan modern dan berteknologi tinggi pada museum ini tampak ketika pengunjung berada di depan pajangan kain-kain langka koleksi BINhouse. Sebab dengan perangkat layar sentuh yang dipasang di depan kain, pengunjung dengan enteng bisa mengetahui identitas kain yang ingin diketahui. Mulai dari nama kain, asal usul, bahannya, tahun pembuatan, asal daerahnya, ukurannya, dan sebagainya.

“Secara garis besar koleksinya memang dikelompokkan,” jelas Juliana. Memang meski sudah dilengkapi data yang bisa diakses lewat layah sentuh, namun dari pihak pengelola museum tetap menyediakan pemandu.

Menurut Juliana, pengelompokan terbagi atas empat bagian berdasarkan asalnya. Yakni kelompok pesisir Utara Jawa seperti Tuban (Jawa Timur), Juana, Rembang dan Kudus. Ada juga kelompok sakral yakni yang berasal dari Cirebon, Surakarta dan Jogjakarta. Kelompok lainnya dari Jawa Barat dan Madura, serta kelompok masterpiece dari BINhouse milik Obin.

Salah satu kain batik antik asal Tuban Jawa Timur adalah kain dengan motif semen yang dibingkai lidah api atau cemukiran. Kain berwarna alami indigo yang berasal dari tahun 1900 ini menyimbolkan kesuburan. Di luar empat kelompok itu masih juga ada sejumlah kain batik yang diciptakan berkaitan dengan momen-momen penting tertentu.

Sebut saja ada batik motif Thomas Cup, yang dibuat tahun 1950 di Solo saat Indonesia pertama kalinya berhasil merebut piala Thomas. Dalam motif itu tercetak penuh dengan gambar bola bulu tangkis dan raket.

Contoh lain yang tak kalah menariknya adalah kain batik ‘Ganefo’ yang dibuat tahun 1960 an. Produk ini merupakan salah satu megaproyek presiden pertama RI, Soekarno saat itu. Motif batik yang mengacu pada even Games of the New Emerging Forces (Ganefo) ini menampilkan komposisi warna-warni pelangi yang disebut ‘jelamprang’.
Kekhasan dari batik ini yakni memiliki bentuk variasi tumpal (komposisi segitiga) di tengah berbingkai motif border.

“Jadi kain ini mengacu pada even Ganefo, yang saat itu memang diminta beliau (Soekarno) kepada artisan untuk membuat batik dengan motif tersebut,” jelas Juliana. Selain Ganefo, motif lain yang juga atas permintaan Soekarno kepada artisan adalah batik motif Badminton yang saat itu merupakan pertama kalinya bagi Indonesia meraih piala Thomas Cup.

Selain itu ada juga koleksi kain batik ‘Hokokai’ dengan layout pagi-sore oleh Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa, sebuah asosiasi yang dibentuk pada pemerintahan Jepang (1942-1945). Bahkan oleh Oey Siok Kiem juga membuat untuk pasar Jepang pada Perang Dunia II. Motif gambar pada batik ini dikenal paling ramai (baroque).

Ada kupu-kupu, bunga sakura dan bungan sebanyak 7 warna dan isen yang paling detail penuhi areal permukaan pada kain. Batik jenis ini dibuat di Pekalongan Jawa Tengah pada 1950 dengan metode canting berbahan katun.

 

Suasana Museum Kain dengan berbagai koleksinya. (Foto: Ist)

Suasana Museum Kain dengan berbagai koleksinya. (Foto: Ist)

Kisah Cinta Ratu

Kain-kain koleksi yang masuk ke dalam kelompok sakral umumnya yang berkaitan dengan penggunaan pada momen-momen penting tertentu dan oleh keluarga keraton. Di balik terciptanya salah satu kain batik sakral ini ada kisah menarik tentang seorang Ratu.

Dalam cerita itu dikisahkan Kanjeng Ratu Beruk yang merupakan permaisuri dari Sri Sultan Susuhunan Paku Buwono III(1732-1788) dilanda kesedihan lantraan dirinya tidak dicintai lagi oleh sang raja. Dalam kesedihannya itu, sang Ratu pun menghabiskan waktunya untuk membatik, hingga terciptalah motif ‘truntum’.

Keberhasilan sang Ratu menciptakan motif ‘truntum’ yang berarti tumbuh dan bersatu inilah akhirnya membuat cinta mereka bersemi dan bersatu kembali. Batik koleksi di museum ini dibuat pada 1960an oleh Kanjeng Raden Tumenggung Hardjonegoro sebagai eksprerimen berdasarkan kisah sedih dari kanjeng Ratu Beruk tersebut.

Menurut Juliana Taufik, museumnya saat ini memajang 61 kain dari total 600 jenis kain langka yang dikoleksi. Kain ini dihimpun lembar demilembar sejak 1970 oleh Obin Komara bersama suaminya Roni Iswandi (sudah meninggal awal tahun ini). Kain-kain langka ini diperoleh dari 16 daerah di Indonesia yang sebagian besar berupa batik, dan sisanya ada jenis ikat, songket dan lainnya.

“Ibu Obin sangat cinta dengan kain-kain Nusantara. Saking cintanya, museum ini pun didirikan benar-benar karena idealisme dan murni non profit,” ujar Juliana mengutip obsesi Obin.

Awal ide membangun museum kain ini, lanjut Juliana, adalah dari suaminya ketika masih hidup karena melihat kecintaan istrinya pada kain dan budaya Indonesia. Untuk itulah Roni ingin mempersembahkan museum untuk Obin karena Roni tahu Obin sangat mencintai kain dan kebudayaan Indonesia.

“Jadi tujuan didirikan museum ini sangat sederhana yaitu untuk menggugah dan menginspirasi masyarakat luas untuk mencintai kain dan budaya bangsa Indonesia,” ujar Juliana mengutip ucapan Obin. Sebab pada intinya Obin ingin membagi rasa cinta terhadap kain ke semua orang.

Sejak dibuka operasionalnya pada 20 November, pengunjung pun mulai berdatangan ke museum ini. Rata-rata jumlah kunjungan 10 hingga 15 orang per hari. “Kalau dilihat pengunjungnya, sebagian besar kalangan domestik, ya sekitar 60 persen,” kata Juliana.

Mengingat jumlah koleksinya yang mencapai 600 lembar kain, sementara yang bisa ditampilkan terbatas, maka direncanakan akan digilir dalam rentang empat hingga enam bulan sehingga semuanya bisa diketahui pengunjung. (ana)

Sisi Lain Bisnis Properti di Bali

Lahan persawahan yang kian terdesak oleh pembangunan properti. (foto: inilahbali.com)

Lahan persawahan yang kian terdesak oleh pembangunan properti. (foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, DENPASAR –  Bisnis properti di Bali saat ini semakin menggiurkan bahkan mungkin hingga beberapa tahun ke depan masih akan tetap sangat prospektif. Apakah itu dalam bentuk investasi lahan, bangunan (vila, ruko, ataupun rumah kos-kosan) dan lainnya.

Mengapa prospektif? Salah satu faktornya adalah peminat bisnis sektor properti di Pulau Dewata ini tidak hanya ‘dimainkan’ dari kalangan warga lokal Bali semata, namun adanya kecenderungan makin derasnya investor-investor luar Bali bahkan dari mancanegara. Baik itu dari kalangan korporat maupun pribadi-pribadi.

Salah satu contoh investor dari kalangan pribadi terutama dari luar negeri, adalah dalam bentuk kerja sama atau sewa pembangunan vila dengan warga lokal yang notabene memiliki lahan. Dalam kerja sama ini, investor menyewa lahan untuk jangka waktu tertentu.

Bentuk kerja sama seperti ini rata-rata berjalan mulus dan yang jelas kedua belah pihak sama-sama menangguk keuntungan yang tak sedikit. Si investor ini umumnya punya kiat jitu tentang bagaimana membisniskan properti yang dibangun di atas lahan mitra kerjanya itu.

Keuntungan besar yang diraup ini karena mereka ini tidak bayar pajak, manajemennya dia atur sendiri. Biasanya pasar pertama yang disasar dalam memasarkan produknya itu mulai lingkungan teman-teman di negara asalnya, lingkungan kerjanya, kerabatnya, bahkan tidak tertutup kemungkinan mempromosikan lewat media online. Kiat yang diterapkan saat menangani ‘tamu’nya, dia akan selalu mengatakan bahwa yang menginap itu adalah ‘keluarganya’ atau ‘temannya’, padahal sejatinya adalah tamu yang berbayar.

Eksistensi vila-vila seperti inilah yang dikatagorikan sebagai ‘vila bodong’ karena secara prinsip tidak memiliki izin. Dalam praktiknya dia bisnis jasa akomodasi, namun tidak dilengkapi persyaratan sebagaimana fasilitas akomodasi umumnya. Misalnya tidak adanya tenaga pengamanan seperti satpam, dan beberapa vila seperti ini baru ketahuan setelah ada kasus, katakanlah ada perampokan yang menimpa tamunya yang menginap.

Hamparan sawah yang eksotis di jalur hijau, mampukah akan terus bertahan? (foto: inilahbali.com)

Hamparan sawah yang eksotis di jalur hijau, mampukah akan terus bertahan? (foto: inilahbali.com)

Mendata dan sekaligus tujuannya yang tujuannya untuk memunguti pajak properti seperti ini bukanlah perkara mudah. Selain tak berizin juga sering diklaim sebagai rumah tinggal,jadi seolah-olah yang memiliki itu adalah pemilik lahan, padahal yang membangun itu orang lain yang sekaligus dia pasarkan untuk disewakan. Gubernur Mangku Pastika juga mengakui menangani hal ini terutama agar mendapatkan pajaknya agak sulit.

Bahkan Gubernur Pastika pada acara ‘simakrama’ di wantilan Gedung DPRD Bali, akhir November 2013 mendorong kalau ada stafnya yang ingin melanjutkan kuliah untuk mendalami terkait manajemen tersebut akan diberikan beasiswa.

Indikasi makin bertambahnya vila-vila seperti ini (baca: bodong) yakni berdampak pada kecenderungan menurunnya tingkat hunian kamar di kalangan hotel-hotel. Padahal disisi lain jumlah wisatawan yang datang ke Bali terus meningkat dari tahun ke tahun. Memang benar, di satu sisi ada tambahan kamar hotel yang resmi, namun tidak ada kesesuaian perbandingan antara pertambahan jumlah wisatawan ke Bali dengan tingkat hunian kamar. Artinya pertambahan jumlah kamar yang resmi lebih sedikit dibandingkan peningkatan kunjungan wisatawan.

Jadi ini pun semacam indikasi yang kuat bahwa wisatawan yang jumlahnya meningkat itu ada yang terserap di vila-vila bodong, sehingga hotel-hotel tertentu merasa okupansi hotelnya menurun karena sebagaian pasarnya tersedot oleh vila bodong yang harus diakui tarifnya lebih murah yang disebabkan tiadanya membayar pajak.

Mungkin praktik-praktik semacam ini bukan tidak mungkin nantinya bisa makin ‘menular’ ke orang-orang lokal selain dari macanegara. Yang jelas, kuncinya punya akses jaringan pemasaran yang potensial. Sebab ada semacam ungkapan di kalangan tertentu bahwa ingin berinvestasi properti di Bali.

Gambaran tinginya antusiasme orang berinvestasi di Bali, sampai-sampai Gubernur Bali Mangku Pastika membahasakan seperti ini: “Pokoknya investasi, mau untung atau tidak yang penting investasi”.

Kondisi seperti itulah yang belakangan ini membuat harga lahan tanah di Bali cepat melesat. Yang bermodal besar mengincar lokasi-lokasi strategis, sementara yang bermodal menengah juga menyasar ke areal pinggiran kota bahkan hingga ke pelosok desa yang dinilai prospektif.

Bagi sebagian orang pebisnis properti dengan modal besar, dia tidak sampai membaliknamakan saat transaksi, tapi ditahan sementara di notaris sambil dia tawarkan kembali. Dengan begitu, keuntungan bisa diraih jauh lebih besar karena ketika akan melepas kembali tidak perlu bayar bea balik nama. Lantas, apakah Anda juga ingin bisnis properti di Bali? (ana)

Inilah Pilihan Gubernur Bali Hadapi ‘Buah Simalakama’

Gubernur Bali Made Mangku Pastika. (foto: inilahbali.com)

Gubernur Bali Made Mangku Pastika. (foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, DENPASAR  – Mungkin sudah tak asing lagi dengan ungkapan yang sering kita dengar: “Ibarat buah simalakama, dimakan ayah mati, tidak dimakan ibu mati”. Nah lho, bingung menjawabnya?

Ini sedikit mundur ke belakang, barangkali tak ada salahnya merenungkan atau sekaligus mencerna pandangan yang disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika terhadap pilihan dilematis tersebut. Pendapat orang nomor satu di jajaran Pemprov Bali ini disampaikan beberapa pekan sebelum sampai pada penghujung tahun 2013 di press room Pemprov Bali di Renon Denpasar.

Ketika itu Gubernur Pastika mengajukan pertanyaan ke sejumlah awak media yang hadir pada suatu acara ngobrol ringan di press room. Dia pun melemparkan pertanyaan terkait dilematis buah simalakama tersebut. “Ayo, siapa yang bisa jawab dan tolong jelaskan argumentasinya,” ujar mantan Kapolda Bali ini.

Ditanya demikian, para wartawan pun tampak bingung member jawaban. Namun salah seorang diantaranya nyeletuk sekenanya,”Saya pilih memakannya (berarti bapak meninggal), alasannya kalau ibu masih hidup kan bisa melahirkan lagi.”

Atas jawaban tersebut, Gubernur Pastika merasa belum puas terutama argumennya yang dianggap kurang tepat. Kalau pilihannya, memakan buah itu, Pastika sependapat. Adapun alasannya, menurut purnawirawan polisi jenderal bintang tiga ini terkait dengan kepemimpinan.

Seorang pemimpin, lanjut Pastika, sering dihadapkan pada pilihan-pilihan teramat sulit layaknya menghadapi buah simalakama tersebut. Sementara dari pilihan-pilihan yang dihadapi tersebut memang harus ada yang diputuskan untuk dipilih salah satunya, yang tentunya selalu ada konsekuensi risiko-risiko ikutannya.

Jadi kalau dikaitkan dengan konsep kepemimpinan, menurut Pastika, pilihan yang diambil haruslah mempertimbangkan yang lebih banyak positifnya. Dengan demikian, bila pilihannya tidak memakan saja (buah simalakama) ibu meninggal, maka lebih baik memakannya walau risikonya bapak yang meninggal. Dengan kata lain, kelebihannya adalah masih dapat makan, yang tentunya bisa untuk menjaga kelangsungan hidup.

“Jadi dalam memutuskan pilihan di antara pilihan-pilihan yang sulit itu harus lebih mempertimbangkan mana yang lebih banyak positifnya,” ujar Pastika. (ana)

Nugget Lele

Inilah Sosis Lele ala Sanjaya Kualitas Hotel Bintang

Nugget Leleinilahbali.com, Denpasar: Kuliner yang satu ini tak bisa dipandang sebelah mata. Walau diproduksi pengusaha kecil (UKM), namun cita rasa maupun kualitasnya sudah mencapai level hotel berbintang.

Adalah I Made Sanjaya, chef yang sekaligus ketua Kelompok Pengolahan Ikan Mina Sari Nadi yang beralamat di Jalan Sesetan Gang Jepun Denpasar ini, telah mampu memroduksi aneka olahan kuliner berbahan daging ikan lele dan rumput laut. Seperti sosis, nugget, bakso, dan bahkan krupuk krispy yang gurih.

Sukses pengolahan tangan dingin Sanjaya ini pun menarik perhatian Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Denpasar, I Dewa Made Agung untuk melihat dari dekat proses pengolahannya. Mulai dari menyiapkan daging beku lele, penggilingan, penghalusan, hingga perebusan sampaipengemasan.

“Wow nikmat,” komentar I Dewa Made Agung saat mencicipi suguhan beberapa jenis olahan daging lele, Kamis (28/11) di rumah Sanjaya.

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Bukan basa basi, kuliner yang dihasilkan Sanjaya memang sudah terbukti mampu meraih prestasi sebagai juara 1 dalam Lomba Usaha Kecil Menengah (UKM) Pengolahan Terbaik tingkat Provinsi Bali pada 2013, dan setelah mewakili Bali,Sanjaya mampu bertengger di posisi juara harapan III nasional yang diselenggarakan Kementerian Kelautan dan Perikanan September 2013.

Tidak itu saja, pamor olahan Sanjaya ini makin berkibar ketika ikut berpameran di sebuah event di Nusa Dua baru-baru ini. Saat itu, produk kulinernya dipuji oleh presiden ICA (Asosiasi Chef Indonesia) Henry Alexie Bloem.

“Saat dicicipi, dia bilang olahan kami sudah sesuai lidah orang Eropa. bahkan beliau menawarkan untuk dipasok ke sejumlah hotel di Kuta dan Ubud,” ujar Sanjaya menirukan ucapan Bloem.

Kepiawaian Sanjaya dalam mengolah daging lele ini tak lepas dari pengalamannya selama 18 tahun bekerja di perusahaan pengolahan daging yang atasannya seorang bule chef terkenal. Dari sanalah, Sanjaya memeroleh ilmu pengolahan.

Modal Rp 250 Ribu

Sanjaya pun berkisah sampai dirinya memutuskan membuat usaha sendiri, yang dilatarbelakangi banyaknya limpahan produksi lele di kalangan pembudi daya di Sesetan, lingkungan tempat tinggalnya. Sampai akhirnya dia didesak untuk mencoba membuat olahan dari lele, yang akhirnya setelah dicoba beberapa kali menghasilkan menu yang menjanjikan.

“Saya memulai usaha sejak 2011 dengan modal Rp250 ribu, dengan targhet ingin mendapatkan penghasilan yang lebih dari sebelumnya sebagai karyawan, dan ternyata terbukti,” ujar Sanjaya. Tidak hanya penghasilan meningkat, tapi waktu kerjanya pun lebih fleksibel sehingga tidak sulit menyesuaikan dengan kegiatan-kegiatan adat.

Made SanjayaDalam pengembangan usahanya, kini Sanjaya tengah fokus mengurus izin dari BPOM, izin dari Dinas Kesehatan dan juga sertifikat halal, termasuk segera memulai pembangunan gedung sebagai syarat dari BPOM.

“Dengan memenuhi persyaratan tersebut, kami ingin menembus pasar ke hotel-hotel berbintang karena secara higienis maupun cita rasa sudah dikatakan terpenuhi,” harap Sanjaya. Selama ini, pemasarannya baru sebatas sejumlah restoran di Klungkung dan rumah makan di Denpasar.

Saat ini, dengan didukung empat karyawan, pihaknya mampu memproduksi rata-rata 300 kg lele atau rata-rata sekitar 500 kg sudah dalam bentuk produk olahan bakso dan nugget setelah dicampur tepung kentang.

Dari seekor lele, kata Sanjaya hanya kepala dan kotorannya yang terbuang. Dagingnya jadi sossis, semendata tulang dan kulitnya dia olah jadi krupuk krispy yang gurih. “Krupuk berbahan tulang dan kulit ini diyakini mampu mencegah pengapurah tulang,” ujar Sanjaya berpromosi.

Usaha Sanjaya ini sangat diapresiasi Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Denpasar, I Dewa Made Agung. Karena selain mampu menyerap tenaga kerja lokal juga sekaligus menjadi kebangkitan kuliner lokal dalam mendukung perkembangan pariwisata Bali khususnya wisata kulinernya. Apalagi sampai mampu merambah pasar ke hotel-hotel berbintang dinilai sebagai rintisan yang menggembirakan.

“Usaha kuliner ini sangat mendukung pariwisata Bali karena pariwisata tak bisa dipisahkan dari kuliner,” ujar I Dewa Made Agung. (ana)

Ayu Priyani

Ayu Priyani, Ketua Parci Denpasar Termuda di Indonesia

Ayu Priyani

inilahbali.com, Jimbaran: Ayu Priyani tercatat sebagai pemimpin organisasi keartisan (Parci) termuda di Indonesia. Bahkan siswi kelas II SMAN 1 Denpasar ini pun memecahkan rekor Indonesia Book of Records (IBoR) dalamusia 16 tahun.yang resmi dilantik sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Artis Remaja dan Cilik Indonesia (DPD Parci) Kota Denpasar, Rabu (27/11) di Hotel Grand Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali.

Menurut Dewan Penasihat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Parci, Erry Wibowo, Ayu sudah tercatat memecahkan rekor versi IBoR, tapi penyerahan sertifikatnya masih akan disusul kemudian.

“Jadi Ayu Priyani sudah berhasil memecahkan rekor Indonesia Book of Records sebagai pemimpin organisasi termuda. Sementara sertifikatnya akan diserahkan belakangan,” ujar Erry Wibowo dalam sambutannya sesaat sebelum pelantikan Ayu yang dilakukan oleh Ketua DPD Parci Bali,NTB,NTT, Casko Wibowo.

Kata Erry, dengan pelantikan Ayu sebagai Ketua DPD Parci Denpasar, berarti sudah ada dua ketua DPD Parci tingkat kabupaten/kota. Sebelumnya yang dilantikadalah IGA Primaningrat, SE sebagai Ketua DPD Parci Kabupaten Badung. .

Terpilihnya Ayu Priyani sebagai Ketua DPD Parci Denpasar karena dimata jajaran pengurus Pusat maupun DPD Bali-Nusara, bahwa Ayu memiliki bakat kepemimpinan selain juga pintar.

“Jadi pertimbangannya memilih Ayu, karena selain pintar juga punya potensi dalam kepemimpinan,” nilai Erry.

Sementara itu, Ketua DPD Parci Bali,NTB,NTT, Casko Wibowo berharap dengan resminya Ayu dilantik sebagai Ketua DPD Parci Denpasar, nantinya bisa memasilitasi kegiatan artis-artis remaja dan cilik di Kota Denpasar, sehingga bisa tercapainya prestasi yang maksimal.

Ayu Priyani

“Dengan resminya Ketua Parci Kota Denpasar dilantik diharapkan potensi yang ada di kalangan remaja dan cilik bisa tergarap lebih maksimal,” ujar Casko.

Menurut Casko potensi akting maupun menyanyi di kalangan artis-artis di Denpasar cukup potensial, cuma selama ini belum tergarap secara optimal karena belum terorganisir dengan baik.

Ayu yang putri dari pasangan ayah India (Pathmanathan Jhonson) dan Ibu asli Bali, Ida Ayu Ari Wahyuni ini mengaku sudah siap memimpin organisasi yang dipercayakan kepada dirinya. Pengalaman sebagai Ketua Osisi semasa di SMP Doremi dijadikan modal untuk memimpin organisasinya. Selain itu juga pengalaman keikutesertaannya dalam berbagai lomba seni pada ajang PSR Kota Denpasar.

“Saya akan berusaha memimpin Parci Kota Denpasar sebaik dan semaksimal mungkin,” ujar dara kelahiran Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1997 ini.

Sementara Kepala SMAN 1 Denpasar, Drs. Nyoman Purnajaya,M.Pd yang hadir pada acara pelantikan itu tampak bangga karena salah seorang anak didiknya terpilih untuk memimpin organisasi di bidang keartisan. Dia pun mendukung langkah Ayu untuk memadukan dua bidang antara studi dan organisasi keartisan yang dipimpinnya.

“Kami dari pihak sekolah tetap mendukung Ayu, karena di sekolah pun memang diberikan pilihan ekstra kurikuler bidang teater, namanya Teater Angin,” jelas Purnajaya. (ana)