Tag Archives: slider

BUMD Pemprov Bali Berpeluang Ambilalih Pembangunan Bandara Buleleng

Anak Agung Putu Ngurah Wirawan.(Foto: inilahbali.com)

Anak Agung Putu Ngurah Wirawan.(Foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, Denpasar – Rencana pembangunan bandara internasional di Kabupaten Buleleng Bali yang samapai saat ini belum belum jelas perkembangannya, bisa saja diambil alih sekaligus dipimpin Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Bali.

“Badan Usaha Milik Daerah milik Pemprov Bali bisa saja mengambil alih dengan memprakarsai pembangunan bandara di Buleleng,” kata Direktur Jakarta Marga Jaya yang juga dikenal pakar infrastruktur, Anak Agung Ngurah Putu Wirawan, di Denpasar usai pertemuan dengan jajaran SKPD Pemprov Bali di Gedung Wiswa Sabha Madya Kantor Gubernur,kamis (16/1).

Pemikiran Ngurah Wirawan yang lahir dan besar di ibu kota Jakarta ini mengambil contoh pembangunan bandara internasional di Jawa Barat yang diprakarsai dan dipimpin oleh Pemprov Jabar. Saham yang dimiliki Pemprov Jabar dalam pembangunan bandara baru ini lebih besar dibanding saham Angkasa Pura yang ikut ambil bagian dalam proyek pembangunan tersebut.

“Jadi Pemerintah Provinsi punya saham mayoritas di bandara tersebut, tidak seperti Bandara Ngurah Rai Bali, dimana sepenuhnya milik PT Angkasa Pura,” papar Ngurah Wirawan yang juga calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Dapil Bali ini.

Wirawan menganalogkan, BUMD ibaratnya tangan kanan gubernur yang perannya lebih kepada bisnis dengan mengelola aset. Karena seorang birokrat seperti gubernur takmungkin berbisnis. Dengan begitu, melalui peran BUMD inilah sangat berpeluang untuk mengelola aset,dan lewat CSR nya bisa digunakan untuk mendukung program gubernur dalam membantu masyarakat.

Menurut Wirawan yang putra sulung Irjen (purn) IGM Putera Astaman ini, pembangunan bandara baru di Buleleng diperkirakan paling tidak akan membutuhkan investasi sekitar Rp 8 triliun, dengan lama waktu pengerjaan sekitar 4 hingga 5 tahun.

“Saya yakin ini akan bisa dilakukan jika BUMD Pemprov Bali sudah terbentuk nanti. BUMD milik Pemprov Jawa barat saja sudah bisa melakukan hal itu, dan kini bandara barunya sudah hampir jadi,” papar pria yang selama ini dipercaya mengelola aset-aset milik Pemprov DKI Jakarta.

Tak hanya pembangunan bandara baru di Bali utara, BUMD milik Pemprov Bali juga bisa melakukan pembangunan jalan tol yang menghubungkan Bali selatan dan utara.

“Tapi ini memerlukan sinergi berbagai pihak di Bali. Pertama yang harus dilakukan adalah membentuk BUMD Pemprov Bali yang akan menjalankan itu semua dengan manajeman dan tenaga profesional di bidangnya,” ujar alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Pajajaran Bandung ini.

Seperti diketahui, rencana pembangunan bandara baru di Bali Utara Buleleng,ada dua lokasi yang memungkinkan yakni di wilayah Timur Kubutambahan dan di bagian barat Kecamatan Gerokgak. (ana)

Museum Kain di Bali Hadirkan “Ganefo” Soekarno

Batik motif  "Ganefo" (kiri) menghiasi koleksi Museum Kain di Kuta Bali. (Foto: inilahbali.com)

Batik motif “Ganefo” (kiri) menghiasi koleksi Museum Kain di Kuta Bali. (Foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, KUTA – Satu lagi daya tarik wisata hadir menghiasi Bali, tepatnya di areal Beachwalk Kuta. Daya tarik wisata nirlaba ini boleh jadi satu-satunya yang menembus komplek mal di ‘kampung’ turis ini.

Itulah “Museum Kain”. Begitu memasuki ruang ini dari pintu depan, akan sangat terasa kesan eksotik, klasik, kreatif dan sekaligus modern dalam suasana temaram. Lokasinya, tepatnya berada di lantai tiga paviliun Alang-alang Beachwalk.

Sejumlah tampilan unik pun akan menyambut pengunjung. Mulai dari bentangan kain batik putih berbahan sutra layaknya layar. Dengan didukung proyektor, kain bagian atas itu pun tampak memunculkan warna-warni mirip pelangi yang bergerak pelan layaknya bergelombang dari kanan ke kiri.

Pada saat yang bersamaan, pengunjung pun akan segera mendengar suara samar-samar yang keluar dari lubang-lubang kecil pada tabung besi berukuran diameter sekitar 10 cm posisi tegak hampir 2 meter tingginya. Saat telinga didekatkan ke lubang-lubang yang bercahaya merah itu, suara pun makin nyaring terdengar.

“Ini sound tube, yang memperdengarkan suara analognya Ibu Obin (Josephine “Obin” Komara, pemilik Museum Kain) tentang seputar kain,” ujar Juliana Taufik, Manajer Museum Kain ketika inilahbali.com mengunjungi museum ini, Sabtu (4/1).

Tak jauh dari posisi itu, di bagian kiri, pengunjung sudah disuguhi puluhan aneka foto yang terpampang di dinding. Secara eksplisit sangat jelas subjek-subjek di dalam foto-foto menonjolkan penggunaan kain dalam kehidupan manusia. Pesan yang ingin disampaikan pun jelasbahwa bahwa betapa pentingnya fungsi dan peran kain dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia dari masa ke masa.

Kesan modern dan berteknologi tinggi pada museum ini tampak ketika pengunjung berada di depan pajangan kain-kain langka koleksi BINhouse. Sebab dengan perangkat layar sentuh yang dipasang di depan kain, pengunjung dengan enteng bisa mengetahui identitas kain yang ingin diketahui. Mulai dari nama kain, asal usul, bahannya, tahun pembuatan, asal daerahnya, ukurannya, dan sebagainya.

“Secara garis besar koleksinya memang dikelompokkan,” jelas Juliana. Memang meski sudah dilengkapi data yang bisa diakses lewat layah sentuh, namun dari pihak pengelola museum tetap menyediakan pemandu.

Menurut Juliana, pengelompokan terbagi atas empat bagian berdasarkan asalnya. Yakni kelompok pesisir Utara Jawa seperti Tuban (Jawa Timur), Juana, Rembang dan Kudus. Ada juga kelompok sakral yakni yang berasal dari Cirebon, Surakarta dan Jogjakarta. Kelompok lainnya dari Jawa Barat dan Madura, serta kelompok masterpiece dari BINhouse milik Obin.

Salah satu kain batik antik asal Tuban Jawa Timur adalah kain dengan motif semen yang dibingkai lidah api atau cemukiran. Kain berwarna alami indigo yang berasal dari tahun 1900 ini menyimbolkan kesuburan. Di luar empat kelompok itu masih juga ada sejumlah kain batik yang diciptakan berkaitan dengan momen-momen penting tertentu.

Sebut saja ada batik motif Thomas Cup, yang dibuat tahun 1950 di Solo saat Indonesia pertama kalinya berhasil merebut piala Thomas. Dalam motif itu tercetak penuh dengan gambar bola bulu tangkis dan raket.

Contoh lain yang tak kalah menariknya adalah kain batik ‘Ganefo’ yang dibuat tahun 1960 an. Produk ini merupakan salah satu megaproyek presiden pertama RI, Soekarno saat itu. Motif batik yang mengacu pada even Games of the New Emerging Forces (Ganefo) ini menampilkan komposisi warna-warni pelangi yang disebut ‘jelamprang’.
Kekhasan dari batik ini yakni memiliki bentuk variasi tumpal (komposisi segitiga) di tengah berbingkai motif border.

“Jadi kain ini mengacu pada even Ganefo, yang saat itu memang diminta beliau (Soekarno) kepada artisan untuk membuat batik dengan motif tersebut,” jelas Juliana. Selain Ganefo, motif lain yang juga atas permintaan Soekarno kepada artisan adalah batik motif Badminton yang saat itu merupakan pertama kalinya bagi Indonesia meraih piala Thomas Cup.

Selain itu ada juga koleksi kain batik ‘Hokokai’ dengan layout pagi-sore oleh Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa, sebuah asosiasi yang dibentuk pada pemerintahan Jepang (1942-1945). Bahkan oleh Oey Siok Kiem juga membuat untuk pasar Jepang pada Perang Dunia II. Motif gambar pada batik ini dikenal paling ramai (baroque).

Ada kupu-kupu, bunga sakura dan bungan sebanyak 7 warna dan isen yang paling detail penuhi areal permukaan pada kain. Batik jenis ini dibuat di Pekalongan Jawa Tengah pada 1950 dengan metode canting berbahan katun.

 

Suasana Museum Kain dengan berbagai koleksinya. (Foto: Ist)

Suasana Museum Kain dengan berbagai koleksinya. (Foto: Ist)

Kisah Cinta Ratu

Kain-kain koleksi yang masuk ke dalam kelompok sakral umumnya yang berkaitan dengan penggunaan pada momen-momen penting tertentu dan oleh keluarga keraton. Di balik terciptanya salah satu kain batik sakral ini ada kisah menarik tentang seorang Ratu.

Dalam cerita itu dikisahkan Kanjeng Ratu Beruk yang merupakan permaisuri dari Sri Sultan Susuhunan Paku Buwono III(1732-1788) dilanda kesedihan lantraan dirinya tidak dicintai lagi oleh sang raja. Dalam kesedihannya itu, sang Ratu pun menghabiskan waktunya untuk membatik, hingga terciptalah motif ‘truntum’.

Keberhasilan sang Ratu menciptakan motif ‘truntum’ yang berarti tumbuh dan bersatu inilah akhirnya membuat cinta mereka bersemi dan bersatu kembali. Batik koleksi di museum ini dibuat pada 1960an oleh Kanjeng Raden Tumenggung Hardjonegoro sebagai eksprerimen berdasarkan kisah sedih dari kanjeng Ratu Beruk tersebut.

Menurut Juliana Taufik, museumnya saat ini memajang 61 kain dari total 600 jenis kain langka yang dikoleksi. Kain ini dihimpun lembar demilembar sejak 1970 oleh Obin Komara bersama suaminya Roni Iswandi (sudah meninggal awal tahun ini). Kain-kain langka ini diperoleh dari 16 daerah di Indonesia yang sebagian besar berupa batik, dan sisanya ada jenis ikat, songket dan lainnya.

“Ibu Obin sangat cinta dengan kain-kain Nusantara. Saking cintanya, museum ini pun didirikan benar-benar karena idealisme dan murni non profit,” ujar Juliana mengutip obsesi Obin.

Awal ide membangun museum kain ini, lanjut Juliana, adalah dari suaminya ketika masih hidup karena melihat kecintaan istrinya pada kain dan budaya Indonesia. Untuk itulah Roni ingin mempersembahkan museum untuk Obin karena Roni tahu Obin sangat mencintai kain dan kebudayaan Indonesia.

“Jadi tujuan didirikan museum ini sangat sederhana yaitu untuk menggugah dan menginspirasi masyarakat luas untuk mencintai kain dan budaya bangsa Indonesia,” ujar Juliana mengutip ucapan Obin. Sebab pada intinya Obin ingin membagi rasa cinta terhadap kain ke semua orang.

Sejak dibuka operasionalnya pada 20 November, pengunjung pun mulai berdatangan ke museum ini. Rata-rata jumlah kunjungan 10 hingga 15 orang per hari. “Kalau dilihat pengunjungnya, sebagian besar kalangan domestik, ya sekitar 60 persen,” kata Juliana.

Mengingat jumlah koleksinya yang mencapai 600 lembar kain, sementara yang bisa ditampilkan terbatas, maka direncanakan akan digilir dalam rentang empat hingga enam bulan sehingga semuanya bisa diketahui pengunjung. (ana)

Usung Tiga Tema, Perupa Sasya Pameran di Bali

Perupa Sasya Tranggono memeragakan dua tokoh wayang. (foto:inilahbali.com)

Perupa Sasya Tranggono memeragakan dua tokoh wayang. (foto:inilahbali.com)

inilahbali.com, BADUNG – Untuk ketiga kalinya, perupa Sasya Tranggono menggelar pameran di Bali. Pameran ketiga yang sekaligus lelang amal bertajuk “From Indonesia with Love” ini didedikasikan untuk Bali Pink Ribbon Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang fokus melakukan kampanye kanker payudara di Bali.

“Pameran dan lelang amal ini saya didedikasikan kepada Bali Pink Ribbon Foundation, “ ujar Sasya sesaat sebelum acara pembukaan pameran di Seminyak, Kuta Bali, Sabtu (4/1).

Dalam pameran kali ini, Sasya mengusung tiga tema sekaligus yakni wayang, bunga dan kupu-kupu. Tema ini dinilai mewakili ranah keindonesiaan yang bagi dirinya dinilai sebagai bagian dari periodisasi penting kekaryaannya.

“Tema wayang, bunga, dan kupu-kupu cukup mewakili ranah keindonesiaan yang menjadi bagian dari periodisasi penting kekaryaan saya,” papar perupa kelahiran Jakarta 25 Desember 1963 ini.

Hampir semua sosok wayang karyayang ditampilkan itu merefleksikan narasi dan filosofi yang terkandung dari seni tradisi tersebut. Ini tak terlepas dari darah Jawa yang mengalir dalam dirinya sehingga dalam karya-karyanya yang dituangkan dalam kanvas tersirat jelas adanya pemahaman dan pendalaman karakter terhadap wayang itu sendiri.

Sementara dalam karyanya yang bertema bunga, terkesan cukup jelas ungkapan rasa sang pelukis yang menggambarkan berbagai emosi dan keindahan dalam hidup manusia. Dalam pemilihan kombinasi warna pun tampak warna-warni, mulai dari yang lembut hingga mencolok merah.

“Lukisan bunga juga merupakan ungkapan hati saya untuk berbagi kisah hidup,” ujar Sasya yang sudah melakukan pameran di sejumlah negara seperti Singapura, Kuala Lumpur.

Karya-karyanya pun cukup menyedot perhatian orang-orang besar baik di dalam negeri maunya,seperti mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Pramono Anung, Joop Ave, Fuad Hassan, Hary Tanoesoedibjo, Ciputra, Hashim Djojohadikusumo. Sementara tokoh mancanegara yang mengoleksi lukisannya antara lain presiden Corazon Aquino (Filipina), Dato Tony Fernandez (Malaysia), penyanyi Daniel Sahuleka (Belanda), dan Lopez da Cruz (Portugal).

“Saya kadang tak terpikirkan suatu ketika bisa duduk berdampingan dengan tokoh politisi,” ujarnya yang mencontohkan pertemuannya dengan Pramono Anung.

Bagi Sasya, keindahan karya-karya yang dihasilkannya itu dirasakan sebagai rahmat dan kasih Tuhan dalam menolong dirinya bermetamorfosis melewati masa-masa sulit dalam kehidupannya.

“Saya merasa kasih Tuhan begitu besar telah menolong dalam bermetamorfosis melewati masa-masa sulit dalam kehidupan saya,” ujarnya. Berkat besarnya kasih Tuhan itu pula, dia merasakan karya-karyanya memancarkan aura kebesaran Tuhan. Padahal ,kata Sasya, sebelumnya dirinya tak pernah bermimpi untuk jadi perupa.

Dia pun melukiskan kisah perjalanan hidupnya yang berwarna yang mirip warna-warni dalam karyanya. Sebab ketika keluarganya yang kedua orang tuanya adalah dokter mendorong menjadi dokter, dia malah memilih kuliah di Industrial Engineering & Operations Research di Syracuse University New York. Selanjutnya dia pun mengambil program MBA di Rotterdam School of Management di Erasmus Universiteit Belanda.

“Saya tidak jadi dokter karena tidak kuat melihat darah,” aku Sasya.

Kini, sejak menggeluti sebagai pelukis yang sudah berlangsung 20 tahun, Sasya sudah memiliki koleksi ratusan karya yang terfokus padatiga tema yakni bunga, wayang dan kupu-kupu. (ana)

Tutup 2013, Gubernur Pastika Baca Kata Mutiara

Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat membaca kata-kata mutiara. (foto: inilahbali.com)

Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat membaca kata-kata mutiara. (foto: inilahbali.com)

inilahbali.com, DENPASAR – Di penghujung tahun 2013, Selasa (31/12) Gubernur Bali Made Mangku Pastika menggelar acara ramah tamah dengan pimpinan redaksi media massa dan jurnalis bertempat di press room Kantor Gubernur Bali. Di sela-sela acara yang penuh nuansa keakraban itu, mantan Kapolda Bali ini pun membaca puluhan kata mutiara yang ditulis tangan dalam sebuah buku tulis.

“Jika ingin menjadi orang besar, beradalah di lingkungan orang-orang kecil,” ujar Gubernur Pastika saat membaca satu per satu kata-kata mutiaranya. Saat itu Pastika didampingi Wakil Gubernur Ketut Sudikerta, Kepala Biro Humas, I Ketut Tenengdan staf lainnya.

Ada juga kata mutiara lainnya yang berbunyi, ”Bisikan orang besar jauh lebih dahsyat daripada teriakan orang kecil.” Yang lainnya ada juga, ”Satu musuh itu sudah banyak, tapi seribu teman masih kurang.” Bahkan istilah “AIDS” pun diartikan sebagai musuh yang harus dilawan dan kendalikan. Yakni (A) marah, I (ri hati), D (endam), dan S (ombong).

Gubernur mencatat semua kata mutiara yang ditulisnya berjumlah 219 buah, namun yang dibacakan pada acara itu puluhan saja. Semua kata-kata mutiara itu tercetus dan lahir sepanjang 2013.
Selain membacakan kata mutiara, di awal juga diputar rekaman peristiwa kegiatan selama 2013 termasuk Pilkada Bali yang menjadikannya kembali sebagai gubernur berpasangan dengan I Ketut Sudikerta untuk periode yang kedua kalinya.

Tekan Kemiskinan

Dari sejumlah program unggulan yang terkemas dalam ‘Bali Mandara’ (Bali yang maju, aman, damai, dan sejahtera), satu hal yang sangat dititikberatkan adalah pengentasan kemiskinan. Melalui program Bali Mandara, Pastika sudah mengklaim mampu menurunkan angka kemiskinan di Pulau Dewata hingga separuhnya sejak 2008. Yakni dari 6,17 persen kemiskinan pada 2008 turun drastis menjadi 3,19 persen pada 2013. Bahkan prestasi ini tercatat terbaik kedua setelah DKI Jakarta.

Dalam kurun waktu sejak 2008 hingga 2013 angka kemiskinan tinggal 3,19 persen,” papar Pastika. Hanya saja persentase tersebut diakui masih bersifat makro, artinya masih banyak di antara kalangan penduduk yang kesenjangan penghasilannya cukup tinggi.

Sebagai contoh, ada seseorang yang penghasilannya hanya Rp500 ribu/bulan dan bahkan untuk dibagi empat sampai lima orang keluarganya. Sementara di sisi lain ada satu orang bisa berpenghasilan hingga Rp1 miliar. Bagi Pastika, kondisi ini menjadi tantangan karena sebagai pemimpin harus mampu mengentaskan kemiskinan, dan optimistis akan mampu lebih baik pada akhir 2018.

“Adalah berdosa jika seorang pemimpin sampai membiarkan kemiskinan rakyatnya. Koruptor lebih berdosa lagi karena membuat rakyat lebih miskin,” ujar Pastika.

Salah satu program nyata yang dilakukan dalam pengentasan kemiskinan adalah membantu masyarakat dalam akses mendapatkan air bersih terutama di daerah tandus yang kesulitan air seperti di Nusa Penida, Kintamani, dan beberapa tempat lainnya. Untuk Nusa Penida tiap tahun digelontor dana bantuan keuangan khusus (BKK) sebesar Rp 1 miliar/tahun, dan untuk Kintamani sebesar Rp750 juta/tahun.

Gubernur Pastika bertekad memutus lingkaran yang menjadi sumber kemiskinan penduduk. Yang tak punya rumah dibantu bedah rumah, memberikan beasiswa agar anak miskin tetap bisa sekolah, memberikan layanan kesehatan gratis (jaminan kesehatan Bali Mandara/JKBM) bagi yang sakit, dan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui program simantri (sistem pertanian terintegrasi) yang tiap unitnya senilai Rp 200 juta.

Daridana Rp200 juta tersebut, antara lain berupa pemberian sapi betina. Dari sapi-sapi ini kelompok keluarga pengelolanya bisa menikmati hasil mulai dari pemanfaatan urine maupun kotoran sapi yang bisa diolah menjadi bioenergi, dan pupuk organik, termasuk anak-anak sapi menjadi bonusnya.

Dalam kepemimpinannya sejak 2008, Mangku Pastika berhasil menggenjot pendapatan asli daerah (PAD) provinsi Bali dari Rp1,386 triliun pada 2008 menjajdi Rp 2,064 triliun pada akhir 2013. Sementara dana APBD pada 2008 yang besarnya Rp 1,51 triliun melonjak menjadi Rp 4,77 triliun pada 2014. (ana)