Monthly Archives: July 2013

PENYANDANG DISABILITAS di Denpasar dibantu Kursi Roda

K3S Serahkan Bantuaninilahbali, Denpasar: Kepedulian dan bantuan yang disalurkan Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Denpasar terhadap penyandang disabilitas terus berkesinambungan.

Kali ini di bulan pertengahan Juli, K3S kembali memberikan bantuan berupa peralatan berupa kursi roda dan alat bantu dengar yang menjadi kebutuhan penyandang disabilitas.

“Bantuan ini merupakan kegiatan rutin K3S Kota Denpasar dengan menyerahkan bantuan kursi roda, dan alat bantu lainnya kepada penyandang disabilitas,” kata Ny. I.A. Selly Dharmawijaya Mantra di sela-sela penyerahan bantuan, Kamis (18/7). Adapun yang diserahkan yaitu 24 alat bantu dengar dan 7 kursi roda.

Dalam pemberian bantuan itu, kata Ny. Selly, tidak saja terbatas pada momen-momen peringatan hari besar nasional melainkan bisa kapan saja sepanjang ada laporan tentang adanya warga tak mampu yang membutuhkannya. Begitu ada laporan langsung turun ke lapangan untuk mengecek kondisi di lapangan.

“Begitu ada laporan adanya warga disabilitas yang membutuhkan bantuan alat bantu kami langsung turun menyambangi ke tempatnya,” ujar Selly yang juga istri walikota Denpasar Rai Darmawijaya Mantra ini.

Salah seorang warga penyandang disabilitas penerima bantuan kursi roda, Made Geloh asal Banjar Celuk, Kelurahan Panjer Denpasar Selatan mengaku sangat terbantu dengan diterimanya bantuan berupa kursi roda.

“Dengan bantuan kursi roda ini, saya merasa sangat terbantu dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada K3S Denpasar,” aku Made Geloh.

Dalam memberikan bantuan, lanjut Selly, K3S yang dipimpinnya itu juga memberikan meberikan bantuan modal kerja bagi penyandang disabilitas yang memiliki usaha.

“Uluran tangan para pengusaha dan BUMN sangat dibutuhkan untuk membantu penyadang disabilitas khususnya di Kota Denpasar,” ujar Ny. Selly.

Ny. Selly mengatakan, K3S Kota Denpasar dalam program kerjanya tidak saja menyerahkan bantuan kepada penyandang disabilitas, namun berinovasi memberikan ruang untuk berkarya, serta lewat FTV Widya “Jemari Jiwaku Menari” dan VCD mini Album “Tak Ada yang Sempurna” ingin menggugah masyarakat dan donatur untuk mengetahui keberadaan penyandang disabilitas di Kota Denpasar. (ers)

Pemkot Denpasar Segera Cairkan TPG

Drs Wayan Gunawaninilahbali.com, Denpasar: Setelah tertunda beberapa bulan, Pemkot Denpasar segera akan mencairkan Tunjangan Profesi Guru (TPG) untuk tahun 2013. Tunjangan sertifikasi guru yang akan dicairkan adalah untuk triwulan pertama dari bulan Januari sampai Maret, dan dananya akan ditransfer ke rekening guru.

Pelaksana harian Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Kota Denpasar, Drs. Wayan Gunawan, Kamis (18/7) di Denpasar mengatakan tunjangan untuk triwulan I yakni untuk bulan Januari, Pebruari dan Maret akan segera dicairkan. Terkait dengan pencairan TPG ini Gunawan mengatakan saat ini sudah diproses di Bagian Keuangan Pemkot Denpasar.

Pencairan tunjangan ini baru bisa dicairkan dikarenakan lambatnya turun SK TPG tersebut dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dijelaskan dari 3.515 jumlah guru yang ada di Denpasar yang sudah lulus sertifikasi sampai tahun 2013 berjumlah 2.582 orang, namun yang bisa dibayarkan TPG nya berjumlah 2.266 orang karena SK TPG telah turun, sementara yang belum bisa dibayarkan TPG-nya berjumlah 316 orang karena SK TPG belum turun dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Adapun penyebab belum turunnya SK TPG terhadap 316 orang guru ini adalah karena Nomor Registrasi Guru (NRG) belum diproses oleh Dikbud Pusat dan adanya kekurangan jam mengajar sesuai yang dipersyaratkan yakni 24 jam per minggu dan harus linier.

Di samping itu, kata Gunawan, data yang dikirimkan masing-masing sekolah harus benar-benar akurat, bila tidak lengkap atau tidak akurat, maka akan mengakibatkan tidak cairnya bantuan pemerintah termasuk TPG. Untuk mempercepat keluarnya SK TPG tehadap guru yang tercecer ini pihaknya telah bersurat ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar segerra diproses, namun sampai saat ini belum mendapat jawaban.

Sementara yang berkaitan dengan syarat adanya kekurangan jam mengajar, Gunawan menyarankan agar guru yang bersangkutan dapat memenuhi persyaratan tersebut dengan memberikan pelajaran pada sekolah lainnya atau sekolah swasta.
“Kami akan berupaya terus agar secepatnya kekurangan tersebut dapat segera dibayarkan,” kata Gunawan.

Ditanya masalah dana yang dperlukan untuk membayar TPG untuk triwulan pertama ini, Gunawan memastikan dana sudah ada di APDB Kota Denpasar. “Jumlahnya mencapai Rp23,2 miliar untuk membayar TPG 2.266 orang guru yang SK TPG telah turun,” pungkas Gunawan. (ers)

ATASI HIV/AIDS DAN ‘HUMAN TRAFFICKING’ Bupati Artha All Out Kerahkan Dinas Terkait

Bupati Arthainilahbali.com, Jembrana: Persoalan HIV/AIDS dan perdagangan anak yang sekarang mencuat di Kabupaten Jembrana, rupanya membuat gerah Bupati Jembrana I Putu Artha. Orang nomor satu di Jembrana ini mengaku telah memerintahkan dinas-dinas terkait untuk mencegah dan meminimalisir kasus yang lebih besar datang lagi di Jembrana. Hal ini sekaligus membantah berbagai anggapan bahwa Pemkab Jembrana kurang tanggap terhadap kasus yang saat ini sedang hangat di Jembrana.

Dinas dan kantor yang diberi tugas itu antara lain Dinas Kesehatan, Dinas Dikporaparbud, Kantor PPKB, Kantor Kesbanglinmaspol, Dinas Nakertrans serta Kantor Pol PP untuk pengawasan dan penindakan. Untuk Dinas Kesehatan dan Pendidikan diberikan tugas memantau tingkat perkembangan penderita HIV/AIDS sekaligus dalam hal pencegahan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan sekolah dalam mengadakan penyuluhan bahaya HIV/AIDS, tentang human trafficking dan bagaimana cara agar tidak terjerumus.

Sedangkan Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana lebih banyak melakukan pendekatan dan pengawasan agar anak-anak tidak terjerumus pada kasus perdagangan anak. Pendekatan ini juga termasuk memberikan pemahaman pada orang tua dan keluarga terhadap bahaya memperkejakan anak dibawah umur. Bupati Artha juga telah memerintahkan kepada Dinas Nakertrans untuk mendata dan mengumpulkan para pemilik usaha dan investor di Jembrana, melarang keras memperkerjakan anak-anak di bawah umur. “Kita tegas melarang hal itu , Dinas Nakertrans wajib mengingatkan para pengusaha ini dan ada sanksi yang tegas bila melanggar, “ tandas Artha.

Namun Artha juga mengakui dalam perjalanan berbagai langkah yang dilakukannya ini masih mengalami kendala. Diantaranya semangat untuk memberantas human trafficking juga akan sia-sia apabila niat baik ini justru tidak didukung oleh orang tua korban sendiri. “Pada beberapa kasus dengan alasan ekonomi, orang tuanya sendiri justru merestui anaknya “ dipekerjakan” tanpa memperhitungkan bahaya ke depan dan masa depan anak itu sendiri. Hal ini membuat miris kita semua, “papar Artha.

Karena itu Artha menghimbau kepada semua pihak pemangku kepentingan seperti desa adat, desa dinas , sekolah dan lembaga pemerhati anak lainnya untuk bersama-sama memperhatikan persoalan ini. “ HIV/AIDS dan human trafficking ini saling berkaitan dan bisa kita cegah apabila ada perhatian bersama , tidak sendiri-sendiri,” ujarnya.

Selama ini pihaknya mengaku di bawah koordinasi dinas dikporaparbud, pihaknya telah berusaha memfasilitasi ruang bagi para anak maupun ABG-ABG Jembrana berkreasi agar menggunakan waktunya secara positif. Di antaranya melalui pertunjukan pentas malam minggu di gedung kesenian Bung Karno yang menampilkan kesenian masing-masing sekolah. Ada juga siraman rohani serta pasraman sekolah yang sudah
berjalan.

Selain itu, hambatan lainnya adalah Pemkab tidak memiliki wewenang untuk melakukan penangkapan kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran itu. Karena itu Artha sangat berharap dengan akan segera disahkan dan diberlakukannya Perda tentang Human Trafficking, pemerintahnya nanti lebih memiliki “taring” untuk bertindak mengatasi masalah ini. “Dengan adanya payung berupa Perda ini kami akan intensifkan adanya pemeriksaan maupun sweeping kepada pihak maupun pengusaha yang terbukti melakukan human trafficking. Ini berlaku baik bagi orang lokal maupun investor asing, “tegasnya.

Sementara itu Kasubag Humas Polres Jembrana, AKP Wayan Setiajaya seizin Kapolres Jembrana mengatakan terkait dengan human trafficking pihaknya sudah melakukan penyelidikan. Namun sampai saat ini belum ada laporan atau pihak yang merasa dirugikan terkait hal ini. “Jika nanti ditindaklanjuti silahkan kalau ada yang merasa dirugikan/kebaratan agar melapor ke Polres Jembrana atau bila ada yang memiliki data akurat sesuai fakta silahkan lapor ke Polres,” jelasnya.

Di sisi lain Ketua DPRD Jembrana, Ketut Sugiasa menanggapi terkait adanya dugaan human trafficking di Jembrana mengatakan memang indikasi ke arah itu ada, namun untuk pembuktiannya adalah wewenang aparat penegak hukum. Namun semua ini katanya merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah daerah maupun tokoh masyarakat seperti yang ada di desa pekraman. “Kami di DPRD baru menyelesaikan Perda tentang perdagangan orang, kami berharap dengan adanya Perda ini minimal bisa menanggulangi masalah ini. Peran orang tua sangat besar juga terhadap perilaku anak-anak,” jelasnya. Pihaknya mengusulkan agar sekolah ada pendidikan etika dan moral lebih dominan atau agar meningkatkan ekstrakulikuler di sekolah. (hsj)

WABUP SUKERANA: Keliru, Asumsi Pajak Online Mahal

Babup Sukeranainilahbali.com, Karangasem: Asumsi yang menengarai bahwa sistem pembuatan program pelayanan pajak online berisiko harga mahal dan adanya kepentingan di balik upaya terobosan itu, sangat tidak benar dan keliru. Upaya tersebut murni untuk mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas pelayanan pajak, tanpa adanya dugaan kebocoran dan penyimpangan lagi.

Demikian penegasan Wakil Bupati Karangasem, I Made Sukerana, SH, menyikapi perkembangan tentang prakarsa penyusunan payung hukum sistem pelayanan pajak online di Amlapura Selasa, (16/07/2013). Dikatakan, sekarang ini media sosial/online sudah menjadi kebutuhan keseharian dari publik, sehingga kemudahan pembayaran pajak pun juga harus dapat memanfaatkan teknologi tersebut sehingga bersifat lebih terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik secara mudah, efektif dan efisien. Bahkan dari segi anggaran sesuai masukan teknis dari programmer, biaya untuk pembuatan program online dengan materi sistem pelayanan pajak sudah sangat murah, tidak seperti hasil gambaran sebelumnya yang mencapai miliaran rupiah.

Mengenai dugaan adanya kepentingan lain di balik rencana tersebut, Wabup I Made Sukerana, mengaku sangat mustahil program seperti itu ditunggangi maksud lain. Tujuan dalam membuat sistem pelayanan pajak online merupakan suatu perangkat sistem soft ware berbasis website yang dapat diakses publik. Bagaimana mungkin pembuatan suatu sistem lebih maju secara teknologi ada muatan kepentingan lain, kecuali kepentingan untuk mengoptimalkan pelayanan dan meningkatkan perolehan pendapatan pajak kepada negara.

Sekda Ir. I Gede Adnya Mulyadi, M.Si didampingi Kadispenda I Nengah Toya, SE, M.AP menambahkan, pelayanan pajak online dalam era modernisasi pelayanan publik, sudah menjadi kebutuhan sistem manajemen perpajakan guna menciptakan transparansi dan akuntabilitas pelayanan bidang perpajakan. Dikatakan, konsep pajak online dalam pengelolaan pajak PHR (Pajak Hotel dan Restoran) meliputi pelaporan, pembayaran dan pengawasan secara bertahap. Di bidang pelaporan WP (Wajib Pajak) dimudahkan penyampaian laporannya tanpa menyampaikan SPTPD namun hanya perlu mengklik SPTPD online dalam website Dispenda.

Untuk identitas WP digunakan Persoanal Identification Number (PIN) atau ID khusus bagi seluruh WP hotel dan restoran. Sedangkan untuk pembayaran akan dilakukan kesepakatan bersama dan perjanjian kerjasama dengan bank sehingga WP dapat melakukan pembayaran pada outlet cabang bank yang terdekat dengan lokasi WP dan diketahuinya perkembangan penerimaan secara treal time.

Sementara di bidang pengawasan pemasangana aplikasiya pada WP trasaksinya menggunakan perangkat elektronik yang terhubung dengan internet dan kerahasiaan data wajib pajak tetap terjaga.

Ditekankan, untuk kesiapan di Dispenda telah disiapkan SDM berkualifikasi teknik informatika untuki mengelola sistem secara profesional dan aplikasinya dalam tahap pengembangan. Untuk pemasangan aplikasi sistim online terus dilakukan sosialisasi pada WP hotel dan restoran dan rata-rata menunjukkan rerspon positif, sehigga bisa menyentuh wajib pajak yang perlu didukung adanya payung hukum terlebih dahulu. Semangat sistim online ini juga diinspirasi dari keberhasilan pengelolaan pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang menggunakan CCTV pada pos pengawasan dan menggunakan kartu tanda pengambilan setiap pengangkutan. Sistem tersebut tenrnyata efektif meningkatkan peneriman PAD dengan pencapaian Rp14,6 miliar tahun 2010 meingkat menjadi Rp56,6 miliar tahun 2011 dan tahun 2012 melonjak menjadi Rp63,51 miliar.

Pajak hotel dan restoran bagi Pemkab Karangasem menjadi potensi pemasukan signifikan menyumbang dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga perlu terus dilakukan pembenahan dalam sistem payung hukum maupun operasionalnya di lapangan. Tahun 2012 pajak hotel yag ditargetkan sebesar Rp11.600.000.000 dapat terealisasi sebesar Rp12.768,988.401. Sedangkan pajak restoran yang ditargetkan sebesar Rp4.850.000.000 berhasil dicapai realisasi sebesar Rp 5.280.000.000. Sedangkan untuk tahun 2013 pajak hotel ditargetkan sebesar Rp11.600.000.000 hingga bulan Juni 2013 terealisasi sebesar Rp5.272.577.734,92 (45,45 %) dan pajak restoran yang ditargetkan sebesar Rp4.750.000.000, hingga bulan Juni berhasil terealisasi sebesar Rp 2.149.182.994 (45,25 %), dari tahap keduanya 45%. (ers/hms)

RIBUAN SISWI SMP di Denpasar Divaksinasi Kanker Serviks

Launching Vaksinasi Kanker Serviksinilahbali.com, Denpasar: Ribuan siswi SMP Negeri se-Kota Denpasar mendapatkan layanan gratis vaksinasi kanker serviks yang diselenggarakan Pemkot  Denpasar melalui Dinas Kedehatan, Senin (15/7).

Tujuan kegiatan ini  adalah untuk mengantisipasi  terjangkitnya kanker  serviks di kalangan wanita khususnya di Denpasar. Sebab  dari data yang terhimpun menunjukkan  kasus kanker serviks di Denpasar relatif tinggi yang berbubtut pada jatuhnya  korban jiwa.

“Vaksinasi kanker serviks ini berdasarkan pengkajian dari Dinas Kesehatan dan Persatuan Dokter Indonesia untuk mencegah kematian,” ujar Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, di sela-sela acara peluncuran vaksinasi kanker serviks di SMP Negeri 7 Denpasar, Senin (15/7).

Menurut Rai Mantra, dalam vasinasi kanker serviks ini, Pemkot Denpasar juga sekaligus melakukan sosialisasi tentang pemahaman sejak dini kanker serviks serta sekaligus pencegahannya yang antara lain dengan pola makan dan perilaku yang sehat.

Selain memberikan layanan vaksinasi kanker serviks, kata walikota Mantra tiap pusat kesehatan masyarakat  (puskesmas) yang tersebar di empat kecamatan di Denpasar  juga telah memberikan pelayanan pap smear kepada masyarakat yang bertujuan untuk menemukan secepatnya gejala kanker serviks untuk memungkinkan diobati sedini  mungkin.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr. Luh Putu Sri Armini mengatakan tingginya angka kematian akibat kanker serviks selama ini sebagai akibat  keterlambatan pendeteksian awal. Dalam kegiatan pengendalian kanker serviks ini pihak Dinkes Denpasar bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti dengan Yayasan Kanker Indonesia cabang Kota Denpasar. Di samping itu pihaknya juga melakukan pembinaan dan sosialisasi ke lingkungan banjar-banjar dan tingkat desa/kelurahan, kecamatan   melakukan deteksi dini secara efektif dan efisien dengan  pelayanan IVA dan pap smear.

Dalam menekan angka kematian pihaknya telah melakukan pendeteksian dini di  lingkungan  SD hingga SMA. Dan pada tahun ini program vaksinasi kanker serviks dilakukan di seluruh SMP Negeri se-Kota Denpasar, dengan menyasar siswi SMP yang baru naik kelas II, yang jumlahnya mencapai 2.247 orang. (ers)

Duta Besar Prancis Siap Bantu Program Pemkot

Dubes PrancisInilahbali.com, Denpasar: Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Corinne Breuze berkunjung ke Pemkot Denpasar. Kunjungan kehormatan ini diterima langsung Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra, Jumat (12/7) di Denpasar. Kunjungan Dubes Prancis ke Denpasar adalah untuk menjajaki kerja sama dan memberikan bantuan kepada Pemerintah Kota Denpasar. “Kami siap membantu program kerja Pemerintah Kota Denpasar dalam meningkatkan berbagai fasilitas dalam memberikan pelayanan kepada masayarakat,” ujar Corinne Breuze.

Kehadirannya yang kedua kali di Denpasar ini untuk bertukar informasi terkait dengan pembangunan di Kota Denpasar. Seperti terkait dengan pelayanan air bersih di Kota Denpasar, serta permasalahan limbah, sehingga kunjungan ini dapat lebih dekat mengetahui situasi dan beberapa program pelayanan air bersih, dan limbah di Kota Denpasar.

“Kunjungan ini diharapkan dapat menjalin kerja sama anatara Pemerintah Kota Denpasar dan negara Perancis dalam meningkatkan pembangunan khususnya dalam pengelolaan air bersih dan pengelolaan limbah,” ujarnya.
Sementara Walikota I.B. Ra Dharawijaya Mantra mengucapkan terimakasih atas kunjungan Duta Besar Perancis untuk kedua kalinya di Kota Denpasar. Propinsi Bali bersama Pemerintah Kota Denpasar dan kabupaten lain telah membentuk Sarbagita untuk menangani permasalahan air bersih di Kota Denpasar. Banyak yang mesti dibenahi di kota Denpasar untuk mewujudkan Kota Denpasar sebagai kota idaman seperti masalah perkotaan secara umum, termasuk inprastruktur dan keberadaan penduduk dengan tingkat heterogenitas yang tinggi.

Rai Mantra juga mengatakan di samping hal tersebut, limbah pun tetap menjadi perhatian utama dalam membangun kota Denpasar baik menyangkut penanganan bagi masyarakat maupun dari kalangan pengusaha. Sebagai perusahaan yang juga memberikan layanan jasa, kata Rai Mantra, PDAM Denpasar wajib memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat selaku konsumen. Begitu pula terhadap ketersediaan air dari PDAM yang mesti terpenuhi.

”Bagaimana juga, ketersedian air mesti tetap terjaga sehingga pelanggan tetap mendapatkan air bersih. Begitu pula dengan daftar tunggu yang belum terlayani,” tandasnya.. Sementara terkait pengolahan limbah menurut Rai Mantra telah ditangani lewat Denpasar Sewarage Development Program (DSDP) yang dikelola oleh Pemerintah Propinsi Bali. Dengan pusat pengelolan di daerah Suwung, saat ini sedang dilakukan pengolahan untuk menjadikan air bersih yang nantinya dapat dijadikan menyiram taman. Di samping itu Pemerintah Kota Denpasar juga telah melakukan program sanitasi berbasis masyarakat. Untuk mengetahui lebih dekat tentang pengelolaan limbah rumah tangga, Duta Besar Perancis Corinne Breuze diharapkan dapat mengunjungi langsung lokasi DSDP di kawasan Suwung. (ers)

 

“Taman Nusa”, Destinasi Wisata Baru di Gianyar

Taman Nusainilahbali.com, Gianyar: Satu lagi destinasi wisata berbasis budaya Indonesia hadir di Gianyar Bali, tepatnya di Banjar Blahpane Kelod Desa Sidan. Visi yang diusungnya adalah terwujudnya Taman Nusa sebagai pusat pelestarian dan riset beragam budaya Indonesia.

“Misi Taman Nusa selain melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa Indonesia juga memperkenalkan budaya Indonesia secara menyeluruh kepada anak negeri dan bangsa lain,” ujar Direktur Taman Nusa, Borkat Timbulan Lubis,  di sela acara pre-soft operation di Taman Nusa, Sabtu (6/7).

Borkat menjelaskan, di Taman Nusa yang luasnya 15 hektare ini ada 8  kawasan, yakni ada kawasan masa Pra-Sejarah, Masa Perunggu, Masa Kerajaan, Kampung Budaya, Indonesia Awal, Indonesia Merdeka, Indonesia Masa Kini, dan Indonesia Masa Depan.

Di masing-masing kawasan ada sejumlah tampilan seperti di pra-sejarah terdapat goa, batu-batuan, dan batu megalitik. Di Masa Perunggu bisa dijumpai peralatan pertanian dan kehidupan manusia. Sementara di kawasan Masa Kerajaan akan dijumpai candi Borobudur dengan ukuran 400 M2 terdiri dari 3 lantai.

Sedangkan memasuki  kawasan Kampung Budaya, terdapat sekitar 40 rumah tradisional dari berbagai suku/etnis yang menonjol, seperti rumah tradisional Toraja Sulawesi Selatan, rumah tradisional Minangkabau, Mandailing, Maluku Utara, Betawi, Yogyakarta, Gorontalo, Jawa Barat, Minahasa,  Nusa Tenggara Barat termasuk Bali dan lainnya.

“Rumah-rumah tradisional ini hampir semuanya diboyong dari daerah asalnya. Nantinya tiap rumah itu ada penghuninya yang juga asli dari daerah tersebut menetap di Taman Nusa yang sekaligus statusnya sebagai karyawan,” jelas Borkat. Setelah beroperasi, di masing-masing rumah tradisional itu juga akan ada pementasan atraksi kesenian mereka yang dibawakan asli dari masyarakat bersangkutan.

Yang menarik untuk kawasan Indonesia Masa Depan dilengkapi sejumlah museum dan perpustakaan. Misalnya ada museum Kain, museum wayang, museum etnografi Indonesia, serta perpustakaan desain gedung menyerupai sapu lidi yang kini dalam proses pembangunan.

“Jadi Taman Wisata ini antara lain menampilkan panorama perjalanan waktu bangsa Indonesia dari masa ke masa,” ujar Borkat.

Fasilitas pendukung lain di destinasi baru ini  adalah adanya auditorium berkapasitas 250 kursi, restoran Dapur Nusa, cafetaria dan rest area lainnya. Dari tempat ini pengunjung juga bisa menyaksikan keagungan Gunung Agung, persawahan, jurang, hutan, serta sungai di sepanjang areal wisata ini. (ers)

Dr. I Wayan Rika, Pencetak Siswa Pintar

Wayan Rikainilahbali.com, Denpasar : Bagi praktisi ataupun pengamat pendidikan di Bali bahkan nasional khususnya untuk tingkat sekolah menengah, nama I Wayan Rika tentunya tak asing lagi. Nama sosok yang satu ini, setidaknya makin melesat awal Juni 2013 saat pengumuman hasil UN SMA/SMK. Betapa tidak, melalui  tangan ‘dinginnya’, peraih gelar doktor di Universitas Negeri Malang Jawa Timur pada 2011 ini mampu mengantarkan 5 siswa-siswinya masuk dalam 10 besar peraih nilai UN tertinggi tingkat nasional. Dialah I Wayan Rika, 54, Kepala SMA Negeri 4 Denpasar, Bali.

Rika yang berpenampilan rendah hati ini boleh jadi  menjadi satu-satunya kepala sekolah (setingkat SMA) yang memegang jabatan terlama, yakni tahun ini sudah menginjak 15 tahun sejak 1998.  Dalam perjalanan kariernya, Rika tidaklah selalu mulus. Bahkan ketika tahun pertama memegang tampuk kendali sekolah yang ‘bermarkas’ di areal perumahan nasional Munang Maning Denpasar, Rika malah menuai demo dan dihujat habis-habisan oleh ratusan orang tua dan wali siswa yang menentang kebijakannya yang dinilai ‘nyleneh’, yaitu menaikkan uang SPP hingga berlipat ganda.

“Saya masih ingat di awal kebijakan saya, massa melancarkan demo besar-besaran dan menghujat,” ujar Rika mengenang kejadian di awal tahun 2000, dalam perbincangan ringan di ruang kerjanya, pertengahan Juni 2013.Pemicunya gara-gara menaikkan besaran nominal SPP yang semula Rp12 ribu melonjak menjadi Rp40 ribu. Dengan kata lain, dari sekolah yang awalnya dikenal paling murah SPP-nya, mendadak menjadi paling mahal.

Menghadapi gelombang penolakan itu, Rika tak menyerah, malah suami dari Ni Made Rai Sukerti ini tetap kukuh pada obsesinya untuk menjadikan sekolahnya maju yang penuh dengan prestasi. Saat itu salah satu program yang dia canangkan adalah persiapan mengikuti berbagai olimpiade yang tentunya memerlukan biaya cukup tinggi. Dia bertekad  menjadikan sekolah ini memiliki nilai lebih dan berkelas, ibarat tempat makan ya menjadi restoran yang bergengsi.Alhasil, orang tua siswa pun meski terpaksa akhirnya menerima setelah Rika berjanji siap mundur kalau gagal dengan program yang dia canangkan. Tapi penerimaan orang tua saat itu setengah hati terbukti sebagian dari mereka tidak rela bayar SPP. “Bayangkan, sudah tidak mau bayar SPP, mereka  menghujat lagi,” ujar ayah dua putra ini  sambil tersenyum.

Masa pembuktian pun Rika lakukan dengan serius dan kerja keras. Dan pelan  namun pasti, Ketua Pemuda Banjar Semer Kerobokan Kabupaten Badung Bali ini  mencoba membangun ‘iklim’ kultur  kebersamaan di sekolahnya. Dalam kultur yang dia ciptakan itu, Rika mengajak semua guru agar selalu siaga di sekolah sepanjang jam pelajaran sekolah, termasuk dalam kondisi tidak ada jam mengajar.

“Tidak ada guru yang baru datang ke sekolah ketika mau mengajar saja, atau pulang mendahului saat sudah tidak ada jam pelajaran. Semua guru harus tetap bersama-sama di sekolah, ada atau tidak ada jam pelajaran,” ujar Rika.

Merintis kultur seperti ini, diakui Rika tidaklah mudah. Namun pihaknya senantiasa secara terus-menerus menyosialisasikan kepada guru-guru dan pegawainya, mulai dari hal-hal kecil yang menyenangkan seperti makan bersama-sama apapun jenis makannannya. Secara perlahan akhirnya sampai sekarang kultur kebersamaan itu terbentuk sedemikian rupa di sekolah ini. Dalam keseharian, suasana sekolah cenderung ramai hingga sore, apalagi ditunjang sarana seperti kantin yang juga bisa dipakai diskusi siswa atau tempat mengerjakan tugas.

Dalam pengelolaan lembaga pendidikan, menurut Rika, tetap diperlukan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Guru sebagai pengelola sekolah haruslah jeli membaca situasi sesuai perkembangan zaman yang dikaitkan dengan sistem yang diterapkan pemerintah. Dalam hal ini, kata Rika, yg perlu dilakukan adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Ada banyak faktornya, antara lain terjalinnya kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti orang tua siswa, masyarakat dan lembaga-lembaga lain.

Untuk pencapaian mutu itulah, Rika membuat program peningkatan mutu (quality improvement programme) guna meningkatkan daya saing sekolah melalui siswa baik bidang akademis maupun non akademis di berbagai tingkatan mulai tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan internasional.

Berangkat dari pijakan ini, lantas dibuatlah klasifikasi siswa berdasarkan bakat dan minat baik akademis maupun non akademis. Untuk mengintensifkan proses pada siswa, Rika merancang kelompok-kelompok yang dia sebut klub sesuai klasifikasi bakat dan minat. Maka lahirlah bermacam klub, seperti klub matematika, fisika, biologi, bahasa Inggris, astronomi, kebumian, komputer, dan bahasa asing (jepang). Untuk memaksimalkan prestasi, pihak sekolah bahkan membijaksanai guru-gurunya bila perlu untuk mengundang konsultan seperti dari kalangan dosen.  Prestasi ini diarahkan untuk merebut even-even olimpiade. Khusus klub-klub ini, guru sekolah
kadang-kadang

“Setelah diuji coba setahun hasilnya cukup bagus, siswa jadi juara baik tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan internasional. Ini harus terus berlanjut disertai inovasi-inovasi karena teman-teman sekolah lain juga mengejar target lebih tinggi,” ujar Rika yang juga guru bidang Biologi ini.

Selain membentuk model klub, Rika juga menerapkan sistem pengayaan dan remidi yang tujuannya sebagai persiapan bagi siswa dalam menghadapi UN. Program ini dinilai penting mengingat nilai UN mulai tahun ini diintegrasikan untuk masuk ke perguruan tinggi.

Kegiatan ini diselenggarakan sore hari sebanyak tiga kali dalam seminggu. Siswa yang dilibatkan mulai dari kelas X dan XII. Lama kegiatan setiap harinya selama 4 jam pelajaran, atau mulai pukul  pukul 15.00-16.00 wita. “Inilah yang terus kita lakukan inovasi, create agar dapat nilai tertinggi, sehingga kepercayaan pemerintah dan masyarakat makin meningkat,” papar Rika.

Adanya beban tambahan kegiatan mengajar, Rika mengatakan guru-gurunya diberikan insentif. Meski demikian, pihaknya tetap menanamkan nilai-nilai pengabdian, karena kebanggaan seorang guru adalah ketika melihat kesuksesan anak didiknya. “Kita beri pengertian bahwa kebanggan guru bukanlah pada uang, tapi pengabdian untuk kesuksesan siswanya,” kata pria berpenampilan sederhana ini.

Rika juga tak menampik kesuksesan dalam pengelolaan sekolahnya tidak lepas dari kerja sama dan partisipasi dengan orang tua maupun lembaga lainnya. Setelah mampu menunjukkan bukti program terobosannya menjuarai berbagai olimpiade, kepercayaan orang tua makin menguat. Itu sebabnya, kalangan orang tua melalui rapat komite sekolah tak keberatan merogoh uang Rp550 ribu per bulannya untuk anaknya. Ada juga anak-anak dari kalangan miskin tapi berprestasi juga diterima dengan menerapkan subsidi silang. “Kita tetap terbuka bagi siswa miskin yang berprestasi dengan menerapkan subsidi silang,” kata Rika.

Dalam hitung-hitungannya, biaya tiap anak mencapai rata-rata Rp6 juta per tahun. Sekilas terkesan mahal, tapi Rika menilai termasuk murah mengingat program-programnya sangat padat bahkan termasuk ada jalinan kerja sama dengan sekolah-sekolah terkenal di sejumlah negara, seperti India, Korea, Jerman, Singapura, dan dua sekolah di Australia. Program ini dikenal dengan nama ‘Student nad Teacher Exchange Program’ yang dilakukan tiap tahun.

“Saat ini yang masih aktif rutin ada tiga negara yaitu India, Korea, dan Australia, sedangkan Jerman dan Singapura sifatnya tentatif,” ujar Rika. Dalam setiap tahun, ke masing-masing negara dikirim 20 orang, kecuali ke Australia 40 orang karena ada dua sekolah. Selama di negara tersebut, rombongan diberikan layanan akomodasi gratis, kecuali tiket. Sebaliknya pada semester berbeda, pihak SMAN 4 yang jadi  tuan rumah menerima rombongan dari ketiga negara tersebut dan menanggung biaya akomodasinya.

“Program ini sudah berlangsung sejak delapan tahun,” ujar Rika. Kini sekolah yang sempat berlabel RSBI ini semakin diburu lulusan SMP. Padahal pada awal-awal dia memimpin, sekolah ini cenderung dijadikan pilihan terakhir, bahkan SMPN 7 yang tetangganya juga tak tertarik ke sini.

“Betul, dulu peringkatnya kisaran nomor 4 sampai 5 di antara SMA di Denpasar, tapi sekarang malah diburu lulusan dari SMP favorit,” papar Rika sembari tersenyum.

Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sekolah, Rika menyebutkan antara lain sumber daya manusia yang belum terpenuhi, seperti masih menggunakan guru honorer hingga 16 orang dari 70 guru keseluruhan, begitu juga tenaga administrasinya hanya 5 orang PNS. Belum lagi kondisi gedungnya yang lantai bagian terasnya  dari sepuluh kelas belum dikeramik sehingga terkesan kotor. Sementara dana BOS sendiri  dikeluhkan karena datangnya tidak tepat waktu, padahal operasional sekolah begitu siswa sudah mulai sekolah, ya langsung perlu dana saat itu juga. Dia berharap teknis pencairan dana BOS bisa tepat waktu sehingga tidak mengganggu kegiatan sekolah.

Meski demikian, Rika tetap berusaha mengfungsikan dan mengoptimalkan perangkat yang ada. Karena sesuai mottonya, “We are simple people”, dia senantiasa berusaha menyederhakan masalah-masalah yang seberat, sekompleks dan serumit apapun.

Berkat kepiawaiannya dalam memimpin, Rika yang pernah meraih penghargaan Wijaya Kusuma dari Gubernur Bali sebagai Kepala Sekolah Berdedikasi Sekolah Terbaik tingkat provinsi Bali ini mampu mengantarkan SMAN 4 Denpasar sebagai peringkat III dari 15 SMA terbaik di Indonesia versi Kemendikbud pada 2010.

Tidak itu saja, berbagai lomba tingkat internasional pun disabetnya, antara lain tampil sebagai “The Best Speaker English Debate Competition” di Turki  mewakili Indonesia pada 2012. (ers)

Wedakarna Terima Utusan Khusus Pendidikan AS

Arya Wedakarnainilahbali.com, Denpasar: Tidak banyak yang tahu, bahwa jika orang tua berani menyekolahkan putra putri mereka di jenjang SMA, seharusnya para orang tua harus mempunyai rencana jelas bahwa setamat SMA, putra putri mereka wajib untuk meneruskan ke perguruan tinggi. Mengingat lulusan SMA tidak memiliki skill dan kemampuan bekerja langsung. Hal itu berbeda dengan lulusan SMK, yang selama 3 tahun ditempa menjadi pekerja didunia industri.

Namun sayangnya, lulusan SMA/SMK didunia industri akan sulit mengandalkan ijazah SMK belaka, mengingat diperlukan promosi karir dan jenjang penghasilan yang lebih besar, dan itu bisa didapat jika SDM sudah mendapatkan gelar Sarjana (S1), belum lagi lulusan SMA/SMK disinyalir akan berjuang melawan sistem outsourcing ( Tenaga Kontrak ) yang merugikan masa depan. Namun solusi akan hal itu disampaikan oleh Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III ( Rektor Univ.Mahendradatta Bali ) disela – sela menerima  Mr.Marshall S Smith ( Hon.Under Secretary of The US Department Of Education dibawah pemerintahan Presiden AS Obama), Senin (30/6).

Ia mengatakan bahwa lulusan SMK dapat dan sangat mungkin untuk kuliah S1, mengingat kebutuhan dunia global akan lulusan Bachelor – Undergaduate Degree (S1). ”Saya himbau kepada orang tua Bali dan para lulusan SMK baik negeri atau swasta, jika memungkinkan jangan menunda kuliah. Sebisa mungkin bekerjalah sambil kuliah,” tandas Wedakarna. .

Kata Wedakarnaa, dimanapun kuliah bagus, asalkan saya minta kuliah diprogram S1 ( Sarjana ), sesegera mungkin anak muda Bali harus menjadi sarjana, magister dan doktor. Bali perlu orang pintar untuk merebut pusat – pusat ekonomi yang sudah dikuasai oleh orang luar Bali. Dan tidak ada yang melarang, lulusan SMK bisa jadi sarjana, justru jika lulusan SMK bisa jadi sarjana ekonomi, sarjana teknik, sarjana hukum, sarjasna sosial Politik itu akan menghasilkan generasi yang hebat sekali. Begitu juga lulusan SMA, karena lulusan SMA menurut aturan seharusnya langsung ke perguruan tinggi karena tidak punya skill. Jadi rugi besar  jika lulus SMA tapi tidak ke PT, karena hanya akan diombang ambingkan oleh perusahaan. “Kasian generasi muda Bali, pakai ijazah SMA/SMK dari kampung, gaji tidak naik – naik, promosi karir terhambat dan status kerja kontrak. Saya tidak rela jika anak – anak  Bali menderita karena kurang cerdas berstrategi akan pendidikan,”  ungkap Dr. Arya Wedakarna yang juga Sekretaris Asosiasi Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (APTISI Bali) ini.

Lalu bagaimana solusinya ? ”Di Bali ini ada 60 perguruan tinggi. Dan jangan jadikan kemiskinan sebagai halangan untuk sekolah. Sebagian dari PTN / PTS di Bali sudah ada program beasiswa. Silakan datangi kampus dan tanya. Astungkara dengan gotong royong kita bisa saling membantu. Tahun ini Universitas Mahendradatta Bali menyediakan 1000 Beasiswa S1 di Fakultas Ekonomi, Hukum, Teknik, Sosial Politik untuk lulusan SMA/SMK.

“Anak muda bisa kuliah pagi / sore dengan bebas biaya hingga semester VIII. Manfaatkan kesempatan ini, anak desa harus bisa kuliah. Bangkitkan rasa jengah Bali, rasa jengah itu bisa dilawan dengan mencerdaskan diri sendiri. Kalau sudah cerdas, maka tidak akan tergantung lagi pada siapapun. Ini dinamakan Berdikari ala Bung Karno.”ungkap Direktur Eksekutif Asosiasi BP-PTSI Bali. (ers)